Anak-anak Ingin Vaksinasi Covid-19 Merata hingga Daerah Terpencil
Vaksinasi yang belum merata pun dirasakan anak-anak. Anak-anak berusia lebih dari 12 tahun yang berada di daerah terluar, terdepan, dan terpencil sebagian di antaranya belum divaksin.
Oleh
Sonya Hellen Sinombo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung pada tahun kedua membawa dampak tersendiri bagi anak-anak di Tanah Air. Berbagai perasaan hadir di dalam benak mereka, mulai dari kejenuhan, kekhawatiran, ketakutan, hingga keinginan untuk kembali bersekolah. Mereka pun berharap mendapat berbagai informasi terkait Covid19 termasuk program vaksinasi untuk anak-anak.
Sejumlah anak-anak di Tanah Air terutama di daerah-daerah yang tinggal di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) mengaku hingga kini belum mendapat vaksin. Mereka berharap secepatnya bisa mengikuti program vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak di atas 12 tahun.
”Saya masih belum mendapat vaksin karena stok vaksin di daerah saya sudah habis. Saya berharap banyak orang bisa mendapat pemahaman tentang vaksin supaya mau divaksin sehingga tidak membahayakan dirinya sendiri dan orang lain,” kata Rambu Kudu (16), anak dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, saat hadir dalam media briefing yang diselenggarakan Wahana Visi Indonesia (WVI) pada Kamis (29/7/2021) secara daring.
Hadir dalam acara tersebut perwakilan anak dari Jakarta, Sambas (Kalimantan Barat), Palu (Sulawesi Tengah), Nias (Sumatera Utara), dan daerah lain. Sebagian besar dari mereka belum mendapat vaksin.
Anak-anak menyampaikan suara mereka tentang vaksinasi dan kerinduan mereka supaya pandemi Covid-19 segera berakhir.
Pada acara dalam rangka Peringatan Hari Anak Nasional 2021, anak-anak menyampaikan perasaan mereka, terutama rasa takut setiap mendengar ambulans lewat. Soal vaksin, Pahmi (15) dari Sambas mengaku hingga kini belum divaksin karena stok vaksin di wilayahnya habis.
Anak-anak juga mengungkapkan di daerahnya orang dewasa takut divaksin karena alasan takut ada efek samping. Namun, Fadia (17) dari Palu mengungkapkan kerinduannya untuk melihat semua anak divaksin agar bisa kembali masuk sekolah.
”Sekarang masih banyak yang tidak ikut (vaksin) karena takut efek sampingnya. Semoga Covid-19 cepat pergi, karena sudah ingin sekolah lagi, sudah bosan sekali belajar dari rumah,” katanya.
Hadir juga dalam dialog tersebut Manajer Advokasi WVI Junito Drias dan Ketua Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Eva Devita. Drias mengungkapkan, sosialisasi mengenai pentingnya vaksin harus terus dilakukan.
Berdasarkan Survei Kerentanan 2021 yang dilakukan WVI, hanya 59,9 persen responden di daerah 3T yang ingin mendapat vaksin Covid-19. Hal ini terjadi karena minim informasi dan banyaknya hoaks mengenai vaksin.
Drias menegaskan, pemberian vaksin diharapkan bisa menyasar anak-anak yang dari kelompok rentan yang terkendala vaksin karena tidak memiliki nomor induk kependudukan (NIK) dan kartu keluarga. Ia mencontohkan kondisi sebagian anak-anak di Papua dan daerah terpencil yang tidak memiliki akta lahir, KK, dan NIK.
Dalam kondisi seperti ini, pemerintah diharapkan memperhatikan anak-anak seperti itu dengan memberikan layanan administrasi kependudukan dengan cara menjemput bola.
Saat berdialog media, anak-anak menyampaikan suara mereka tentang vaksinasi dan kerinduan mereka supaya pandemi Covid-19 segera berakhir. Mereka berharap mendapat informasi yang lengkap mengenai vaksin, termasuk orang dewasa, sehingga baik orang dewasa maupun anak-anak mau mendapat vaksinasi Covid-19.
Virgin (15) yang juga berasal dari Sumba Timur berharap orang dewasa bisa menjadi contoh agar anak-anak tidak takut divaksin. Sebab, hingga kini masih ada orang dewasa tidak mau divaksin karena dengar kabar bisa meninggal sehabis divaksin. Itu menakutkan bagi mereka.
Kerinduannya untuk bisa kembali masuk sekolah diungkapn Fadia (17) dari Kota Palu, Sulawesi Tengah. ”Semoga Covid-19 cepat pergi, karena sudah ingin sekolah lagi, sudah bosan sekali belajar dari rumah,” katanya.
Kendati belum pernah ada kasus Covid-19 di Nias Selatan, Cantus (17) dari Nias Selatan berharap bisa mendapat vaksin Covid-19. ”Kami berharap anak-anak di daerah juga bisa mendapat kesempatan yang sama,” kata Cantus.
Solidaritas terhadap anak-anak Nusantara disampaikan Ghifara (16) dari Jakarta. Ia mengaku telah mendapat informasi vaksin dari sekolahnya, dan dirinya sudah mendapat vaksin. Namun, belakangan ini dia menyaksikan banyak tetangganya yang terpapar Covid-19. Tingginya kasus membawa kesadaran orang untuk menggunakan masker.
Hal serupa diungkapkan Cantika (13) dari Surabaya yang sudah mendapat vaksinasi Covid-19 karena didaftarkan orangtuanya yang menjadi kader posyandu. Namun, ia melihat masih ada anak yang tidak diperbolehkan orangtuanya karena takut terhadap efek samping vaksin.
Anak terpapar
Eva mengungkapkan, 1 dari 8 orang yang terinfeksi Covid-19 adalah anak. Gejala klinis Covid-19 pada anak sama dengan orang dewasa bisa ringan sampai berat dan menyebabkan kematian. Namun, 20 persen anak yang terinfeksi Covid-19 bisa tidak menunjukkan gejala dan menularkan pada orang lain di sekitarnya.
Untuk mencegah penyebaran virus korona, dia mengingatkan masyarakat agar tetap menjalankan protokol Kesehatan dengan benar, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, tidak keluar rumah kecuali alasan penting, dan melakukan vaksinasi.