Untuk pertama kalinya, keterwakilan komunitas pedalaman dibuka dalam seleksi bintara Polri. Tiga remaja dari komunitas Orang Rimba pun berhasil lolos memenuhi seluruh kualifikasi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Untuk pertama kalinya, warga komunitas adat di pedalaman Jambi mendapatkan peluang masuk kesatuan Polri. Hasilnya, tiga remaja lolos dalam seleksi penerimaan Bintara Polri Tahun 2021 mewakili komunitas Orang Rimba di pedalaman Bukit Duabelas.
Ketiganya bernama Perbal dari pedalaman Kabupaten Sarolangun, Seri Santoso dari Kabupaten Bungo, dan Jeni Andi Saputra dari Kabupaten Merangin. Ketiganya kini tinggal di asrama untuk menempuh pendidikan bintara di Sekolah Polisi Negara Pondok Meja, Jambi.
Kepala Kepolisian Daerah Jambi Inspektur Jenderal Albertus Rachmad Wibowo menyebut, untuk pertama kalinya, keterwakilan komunitas pedalaman dibuka. Ketiganya lolos setelah dinyatakan memenuhi seluruh kualifikasi. Rachmad menyampaikan rasa bangga sekaligus mengingatkan agar ketiganya serius berjuang sebagai pelopor dan teladan bagi sesama Orang Rimba.
”Siswa Diktukba (Pendidikan Pembentukan Bintara) Polri yang berasal dari suku Anak Dalam harus menjadi pelopor dan teladan bagi warga lainnya. Menjadi sumber motivasi untuk pendidikan siswa bintara tahun berikutnya,” ujarnya, seusai upacara pembukaan pendidikan pembentukan Bintara Polri Tahun 2021, di Sekolah Polisi Negara Pondok Meja, Jambi, Senin (26/7/2021).
Ia mengingatkan mereka jangan cepat berpuas diri. Sebab, ini baru permulaan. ”Belajar, belajar, dan terus belajar,” ujarnya. Ia pun mengintruksikan kepada semua siswa untuk menjaga kesehatan dan kebersihan dengan selalu menerapkan protokol kesehatan.
Komunitas Orang Rimba menempati lima kabupaten di ekosistem Bukit Duabelas, Jambi. Selama ini, mereka kerap digolongkan sebagai kelompok terbelakang karena sebagian warganya masih menjalani cara hidup berpindah dan tradisional.
Sebagian warganya juga belum melek huruf karena akses pendidikan belum sepenuhnya menyasar mereka. Mereka pun kerap ditempatkan pada kelas sosial yang lebih rendah dan kerap kesulitan mengakses layanan publik. Pendidikan yang belum memadai menyebabkan Orang Rimba sulit pula meraih profesi sebagai pelayan negara.
Ketiganya lolos setelah dinyatakan memenuhi seluruh kualifikasi.
Salah seorang remaja yang lolos seleksi bintara Polri, Jeni Andi (19), merupakan anak Ngilo, pimpinan rombong Orang Rimba di wilayah Pamenang, Merangin. Jeni mengaku terharu bisa lolos menjadi bintara. Selama ini, lanjutnya, ia sangat ingin mengangkat harkat komunitas pedalaman itu.
Jeni dan Ngilo merupakan segelintir warga rimba yang memiliki literasi memadai akan pendidikan di pedalaman. Sejak kecil, Jeni telah belajar membaca, menulis, dan berhitung dari seorang relawan guru.
Ia pun difasilitasi untuk masuk ke sekolah dasar formal. Di sekolah, Jeni menunjukkan prestasi. Sehari-hari, ia mencintai dunia sastra. Waktu senggangnya dimanfaatkan untuk menulis puisi.
Tahun 2015, Jeni menyabet juara untuk lomba mencipta dan membaca puisi tingkat Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin. Puisi ciptaannya mengisahkan keindahan rimba Bukit Duabelas dan ulah manusia yang merusak hutannya. ”Hampir setiap malam, orangtua kami menceritakan indahnya rimbo (hutan) kami dulu. Namun, sekarang, rimbo sudah habis,” ucapnya.
Sepulang sekolah, ia kerap mengajari baca tulis anak-anak kecil di kelompoknya. Jeni juga mengajak teman-temannya untuk turut bersekolah. Kini, dari 40-an keluarga di rombong tersebut, hampir semua anak-anak sudah bisa membaca dan menulis.
Sebagian besar kini bahkan mengenyam pendidikan formal di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Jeni berharap langkah juangnya dapat membangun motivasi bagi masyarakat rimba.
Dalam sambutan tertulis, Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri Komisaris Jenderal Rycko Amelza Dahniel mengatakan, meski di masa pandemi, pendidikan bintara yang berlangsung pada 31 SPN di seluruh Indonesia tetap berjalan secara tatap muka. Alasannya, pendidikan Diktuba terdahulu dinilai dapat berjalan dengan minim penyebaran Covid-19.
Ia pun mengingatkan para siswa agar secara ketat mengikuti protokol kesehatan. Jangan sampai kampus menjadi episentrum penyebaran atau kluster Covid-19.