Program Kita Cinta Lagu Anak (KILA) 2021 berupa lomba cipta lagu anak dan lomba menyanyi untuk anak. Ekosistem lagu anak di Indonesia diharapkan kembali bergeliat.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Minimnya lagu anak membuat anak-anak kerap mengonsumsi lagu yang tidak sesuai dengan usia mereka. Padahal, lagu berdampak ke pertumbuhan dan perkembangan anak. Upaya menumbuhkan kembali ekosistem lagu anak pun dilakukan.
Hal itu diupayakan melalui program Kita Cinta Lagu Anak (KILA) 2021, yaitu lomba cipta lagu anak dan lomba menyanyi untuk anak. KILA 2021 digagas KITA Indonesia serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. KILA pertama kali diselenggarakan pada 2020.
Menteri Dikbud Ristek Nadiem Makarim mengatakan, lagu anak berkualitas semakin sulit ditemui saat ini. Lagu anak yang dimaksud, antara lain, yang mengandung nilai budi pekerti, pesan kasih, serta pengetahuan tentang kebudayaan dan alam Indonesia.
Ada pengetahuan yang akan menyangkut di memori mereka dan akan jadi kebiasaan baik hingga mereka dewasa. (Shelomita Diah)
”Lagu adalah bahasa pengajaran bagi anak-anak yang berpengaruh besar ke tumbuh kembang mereka,” kata Nadiem pada konferensi pers daring, Jumat (23/7/2021). ”Semakin sedikitnya lagu anak yang sesuai perkembangan usia anak jadi tantangan orangtua dan pendidik. Program KILA menjadi jembatan untuk mengisi kekosongan itu,” tambahnya.
Menurutnya, program ini menjadi wadah belajar dan berkebudayaan untuk anak. Lagu anak diharapkan menjadi media memupuk nasionalisme, jati diri bangsa, dan membangun karakter anak.
Inisiator KILA dari KITA Indonesia, Dhenok Bientarno, mengatakan, kompetisi cipta lagu anak terbuka untuk publik. Adapun lomba menyanyi untuk anak usia dini dan SD. Sejumlah pendidik, seniman, hingga masyarakat peduli lagu anak Indonesia terlibat sebagai juri.
Total pendaftar lomba cipta lagu anak pada 2020 sebanyak 681 orang, tetapi yang memenuhi syarat sebanyak 484 orang. Peserta lomba menyanyi anak yang memenuhi syarat mencapai ratusan, yaitu 76 anak usia PAUD dan 230 anak SD. Sementara itu, lomba aransemen lagu anak diikuti 72 orang.
”Target kami tahun ini menjaring setidaknya 1.000 peserta. Kompetisi ini tidak dipungut biaya sama sekali. Pendaftaran mulai 23 Juli hingga 23 Agustus 2021,” ucap Dhenok.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid mengatakan, lagu anak dari KILA akan dipromosikan. Promosi akan dilakukan di beberapa kesempatan, seperti pada penyelenggaraan Pekan Kebudayaan Nasional. Promosi juga direncanakan melalui program Guru Penggerak dari Kemendikbud Ristek.
Adapun lagu-lagu KILA 2020 akan direkam dan dibuat dalam bentuk video musik tahun ini. Menurut rencana, ada lima lagu yang akan dibuat menjadi video musik.
Menurut penyanyi dan juri KILA 2020, Shelomita Diah, tidak banyak lagu yang dapat dinyanyikan anak-anak saat ini. Padahal, ekosistem lagu anak sempat berkembang di Indonesia beberapa tahun silam. Pada tahun 2000-an, sejumlah lagu dan penyanyi anak pun populer.
Ia mengatakan, lagu yang beredar saat ini kebanyakan merupakan lagu orang dewasa yang tidak sesuai dinyanyikan anak. Padahal, lagu berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Lagu dapat mengajari anak tentang banyak hal, seperti membaca, menghitung, menghormati orangtua, serta mendorong anak belajar etika, emosi, hingga ekspresi. Pelajaran itu diberi melalui lirik dan melodi yang sederhana serta mudah dipahami anak.
”Tanpa sadar, anak belajar banyak hal dari lagu dengan senang hati. Ada pengetahuan yang akan menyangkut di memori mereka dan akan jadi kebiasaan baik hingga mereka dewasa,” kata Shelomita.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbud Ristek Ahmad Mahendra mengatakan, lagu anak hasil KILA akan diupayakan menjadi materi pembelajaran di sekolah. Hal ini telah dibahas oleh sejumlah pihak terkait di kementerian.