Ketika Sekolah dan Guru Melawan Ancaman Penurunan Hasil Belajar
Sejumlah sekolah dan guru berinovasi untuk melawan ancaman penurunan hasil belajar siswa akibat pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19. Dengan memakai teknologi pendidikan, pembelajaran bisa tetap optimal.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
Kompas/Priyombodo
Tangkapan layar siswa baru kelas 2C saat mengikuti masa penanganan lingkungan sekolah (MPLS) secara daring yang dipimpin guru Ida Nurlela di SD Negeri Bintaro 04 Pagi, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Selasa (13/7/2021). Masa MPLS secara daring yang berlangsung selama tiga hari, Senin (12/7/2021) hingga Rabu (14/7/2021), merupakan masa pengenalan siswa dan sosialisasi peraturan pembelajaran untuk tahun ajaran baru 2021/2022 yang masih dilaksanakan secara daring.
Pembelajaran jarak jauh telah berjalan lebih dari satu tahun ajaran di masa pandemi Covid-19, tetapi masih banyak keluhan muncul. Secara umum, pembelajaran jarak jauh baru sebatas memindahkan pembelajaran kovensional atau tatap muka di kelas menjadi pembelajaran secara daring ataupun sekadar memberi tugas yang dikirim lewat aplikasi percakapan daring.
Kondisi tersebut dikhawatirkan membuat kemampuan belajar siswa menurun atau learning loss. Karena itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyiapkan pertemuan tatap muka terbatas pada tahun ajaran baru agar learning loss tak semakin dalam.
Keraguan terhadap efektivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) pun perlahan dibenahi. Sekolah dan guru yang bersemangat mengutamakan layanan pendidikan terbaik bagi siswa di tengah keterbatasan pun tak tinggal diam. Sejumlah sekolah dan guru mengambil langkah untuk melawan ancaman penurunan kemampuan belajar dengan mengembangkan PJJ yang lebih efektif.
Arif Jamali, guru Matematika SMAN 5 Yogyakarta, misalnya, menamakan praktik mengajar dengan Wagetub (memakai Whatsapp, Google Meet, dan Youtube) untuk PJJ yang dikuasainya. Arif yang di awal pandemi Covid -19 tak mengerti cara mengajar daring hanya menyerahkan soal bagi siswa agar dikerjakan sebagai ganti belajar tatap muka. Alhasil, belajar Matematika pada Maret-Mei 2020 ala kadarnya.
Kompas/Priyombodo
Ida Nurlela, wali kelas 2C, menyapa siswa barunya dalam pembelajaran jarak jauh melalui aplikasi Zoom Meeting di SD Negeri Bintaro 04 Pagi, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Selasa (13/7/2021).
Arif pun merasa bersalah karena belum menguasai kemampuan pembelajaran daring. Pada tahun ajaran baru 2020/2021, Arif membenahinya dengan melakukan survei kepada siswanya demi meningkatkan mutu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi pendidikan.
”Ujung tombak agar pembelajaran tidak terbengkalai atau learning loss itu, ya, guru. Dari situ saya berpikir untuk memaksimalkan semua media online dari WA, video conference, Youtube, dan sebagainya. Bahkan jika tidak ada fasilitas internet, guru tetap bisa membuat lembar kerja yang mengajak siswa berpikir kritis,” ujar Arif di webinar guru bertajuk ”Learning Loss dalam Pembelajaran Matematika pada Masa Pandemi : Permasalahan dan Solusinya”, (10/7/2021), yang dibagikan di kanal Ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id.
Arif pun belajar dari anaknya di rumah untuk dapat membuat akun Youtube. Pembelajaran lewat grup WA dengan mengirim video dan pesan suara untuk menjelaskan suatu materi dinilai tak lagi memadai. Melalui uji coba, produksi video belajar Matematika di Youtube dengan aplikasi Bandicam makin mahir digunakan Arif dan respons siswa untuk pembelajaran membaik.
Cara sederhana
Arif pun kini makin mantap dengan metode Wagetub yang dipelajarinya akibat pandemi Covid-19. Metode pembelajaran daring tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Di awal grup WA, Arif mengirim link materi pembelajaran dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Lalu, dia memanfaatkan Google Meet/Zoom secara gratis maksimal 15 menit untuk menjelaskan secara singkat suatu konsep. Setelah itu, siswa dapat kembali belajar dengan melihat link Youtube Arif dan kapan pun bisa mengajak sang guru berdiskusi.
”Saya mencoba mengevaluasi dengan minta respons siswa. Dengan metode Wagetub yang sederhana, anak-anak lebih perhatian saat belajar, ketuntasan belajar jadi meningkat, dan anak-anak tak kehilangan motivasi belajar,” ujarnya.
Pengalaman Arif yang dibagikan kepada para guru lain secara daring ini pun menjadi inspirasi. Salah satunya Sumardi, guru Matematika SMAN 1 Majene, Sulawesi Barat, yang langsung penasaran mencari tahu aplikasi Bandicam yang disebut Arif. Aplikasi ini bisa dipakai untuk membuat video 10 menit secara gratis dengan hasil memuaskan.
”Selama ini saya mengadakan Zoom dan direkam. Agar siswa bisa belajar kembali, rekaman Zoom saya bagikan. Tadi saya dikasih tahu aplikasi untuk buat video, saya langsung tertarik,” ucapnya.
Sumardi mengakui, PJJ bisa menimbulkan penurunan hasil belajar siswa atau learning loss. Sejumlah siswa di rumahnya tidak ada jaringan internet sehingga tidak hadir saat ada pertemuan daring. ”Kadang siswa tak ikut Zoom, dan tidak mungkin saya kasih tak naik kelas. Kalau dikasih naik kelas, bagaimana siswa lain yang rajin. Kondisi saat ini tidak memungkinkan menegakkan aturan dengan ketat,” tuturnya.
Manfaat positif
Praktisi pendidikan Indra Charismiadji mengatakan, berkali-kali pihak Kemendikbudristek menyampaikan bahwa makin lama pembelajaran tatap muka tidak terjadi, kian besar dampak negatif pada anak.
Kompas/Priyombodo
Seorang ibu mendampingi putranya bermain gawai di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (18/2/2021). Pembelajaran jarak jauh secara daring selama pandemi Covid-19 dengan menggunakan gawai berdampak pada semakin mudahnya anak-anak mengakses gawai dengan berbagai fasilitasnya, seperti menonton dan bermai gim.
Menurut Indra, pernyataan pejabat Kemendikbudristek ini dikategorikan sebagai fixed mindset karena menutup kemungkinan ada dampak positif pembelajaran virtual. Dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, pertemuan tatap muka terbatas kembali harus ditunda.
”Apakah tak mungkin PJJ memberi manfaat positif bagi peserta didik? Pendidik inovatif mampu mengubah learning loss jadi learning gain (peningkatan hasil belajar) lewat pembelajaran virtual berbasis proyek,” kata Indra di acara Sharing Para Pendidik bertajuk ”Pembelajaran Berbasis Proyek : Strategi Ampuh Menghindari Learning Loss Selama Pandemi”, Minggu (18/7/2021).
Pembelajaran berbasis proyek virtual yang membuat siswa tetap aktif belajar dilakukan sejumlah sekolah demi mengatasi learning loss. Bertemu di ranah digital membuat guru dan siswa terhubung untuk belajar dan menghasilkan produk pembelajaran secara kreatif yang ditayangkan lewat media sosial sekolah.
Kepala SD Mardi Rahayu 01 Ungaran, Jawa Tengah, Heri Ismanto mengatakan, upaya serius menghadirkan PJJ bermakna dimulai dari diskusi dan refleksi para guru, apakah mau menerima kondisi apa adaya atau memakai momen ini untuk berbenah. Hal itu dimulai dari mengubah pola pikir, yakni guru berkomitmen menyelenggarakan pendidikan demi menyiapkan kecakapan abad ke-21 di tengah keterbatasan yang ada.
Kondisi sekolah dan siswa dipetakan. Hampir semua siswa punya telepon seluler Android, ada yang punya komputer jinjing, tablet, dan lain-lain. Bagi siswa yang tidak punya perangkat itu bisa difasilitasi sekolah. Sekolah pun memilih Learning Management System Microsoft Office. Pembelajaran tak dibatasi karena bisa dilakukan setiap saat sehingga orangtua leluasa mendampingi anak belajar di rumah.
Kompas/Priyombodo
Syukron, guru Agama Islam bagi siswa kelas 5 dan 6, mempersiapkan bahan penilaian harian yang akan diunggah ke platform pembelajaran jarak jauh Google Form di SD Negeri Jurang Mangu Barat 01, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (29/1/2021).
Beragam produk, seperti animasi, podcast, iklan, dan video, menjadi media hasil pembelajaran siswa. Salah satunya, saat ada pembelajaran dengan memakai dongeng Timun Mas, banyak karya siswa kelas IV SD yang menunjukkan penguasaan dari hasil belajar yang baik.
Ada siswa yang memaparkan video tokoh-tokoh dalam dongeng Timun Mas dan menonjolkan karakter baik. Ada siswa yang mengangkat manfaat keberagaman dengan belajar dari nenek dan Timun Mas.
”Nenek dan Timun Mas tidak berasal dari satu keluarga, tapi bisa hidup bersama,” kata seorang siswa di video. Dia menjelaskan, keberagaman dilihat dari banyak hal untuk saling belajar.
Ada pula siswa yang mengaitkan belajar dongeng Timun Mas dengan pertanian atau potensi alam. Penyajian dikemas dengan animasi dan video yang memaparkan sumber makanan pokok dengan potensi wilayah pegunungan.
Melampaui buku teks
Hasil belajar siswa pun melampaui buku teks. Mereka berkreasi untuk memaknai belajar dengan produk beragam sesuai minat mereka.
”Orangtua menyambut baik dan menganggap pembelajaran jadi kekinian. Anak jadi terbiasa memakai teknologi informasi. Meski PJJ, anak memperoleh pengetahuan, keterampilan sosial, dan spiritual. Kolaborasi tetap dapat dilakukan,” tutur Heri.
Kompas/Priyombodo
Jani, siswa TK kecil Sekolah Islam Terpadu Citra Azzahra, Jakarta, yang mendapat kunjungan guru ke rumahnya di Kreo, Kota Tangerang, Banten, tampak antusias menerima materi pembelajaran, Selasa (5/1/2021). Selain untuk menyapa para siswa, kunjungan tersebut juga dilakukan untuk menyampaikan bahan-bahan pembelajaran selama proses pembelajaran jarak jauh.
Arum Andita, Wali Kelas 1 SD Mutiara Harapan Islamic School di Tangerang Selatan, pun berusaha mengatasi kondisi belajar siswa kelas awal yang belum pernah bertemu.
Pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan science, technology, engineering, arts, mathematics (STEAM) berbahasa Inggris dilakukan secara daring. Siswa diajak melihat masalah terkait pandemi dan mencari solusi dengan pembuatan video-video singkat dari ide anak, yang tentu saja didampingi orangtua.
Orangtua menyambut baik dan menganggap pembelajaran jadi kekinian. Anak jadi terbiasa memakai teknologi informasi.
Jika belajar daring dilakukan dengan kegiatan tidak kreatif, banyak siswa mematikan kamera dan suara karena bosan dengan guru yang ceramah. ”Dengan interaksi dan kolaborasi, anak-anak bersemangat,” ujar Arum.
Secara terpisah, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengatakan, dunia pendidikan butuh keberanian mengambil risiko untuk berinovasi dengan mencoba hal baru untuk mutu pembelajaran. ”Guru pun harus banyak mencoba, bertanya, banyak karya,” ungkapnya.
Penggunaan teknologi pendidikan akan permanen jadi pembelajaran campuran. ”Yang penting, kemerdekaan sekolah menemukan keseimbangan menciptakan kreativitas Merdeka Belajar. Itu menuntut guru dan kepala sekolah merancang pembelajaran bagi siswa,” ujarnya.