Muncul Perubahan-perubahan Baru pada Festival Film Indonesia 2021
Festival Film Indonesia 2021 direncanakan berlangsung secara terbatas. Panitia memastikan acara akan digelar dengan protokol kesehatan ketat seperti malam puncak FFI 2020.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Festival Film Indonesia digelar untuk yang kedua kalinya di masa pandemi Covid-19. Sejumlah perubahan dilakukan untuk beradaptasi dengan keadaan, baik dalam struktur kepanitiaan, penyelenggaraan acara, hingga adanya empat nominasi baru.
Rangkaian Festival Film Indonesia (FFI) 2021 dimulai hari ini, Kamis (15/7/2021). Sineas dapat mendaftarkan karyanya mulai Kamis ini hingga 30 Agustus 2021. Seleksi dan penjurian pada 30 Agustus hingga 25 Oktober 2021. Malam pengumuman nominasi rencananya pada 10 Oktober 2021, sementara malam penganugerahan Piala Citra pada 10 November 2021.
“Malam penghargaan bertepatan dengan Hari Pahlawan. Ini sebagai momentum untuk mendorong Usmar Ismail, bapak perfilman nasional, sebagai pahlawan nasional,” kata Ketua Komite FFI 2021-2023 Reza Rahadian pada konferensi pers daring.
Malam penghargaan bertepatan dengan Hari Pahlawan. Ini sebagai momentum untuk mendorong Usmar Ismail, bapak perfilman nasional, sebagai pahlawan nasional.(Reza Rahadian)
Hingga kini acara direncanakan berlangsung secara terbatas. Panitia memastikan acara akan digelar dengan protokol kesehatan ketat seperti malam puncak FFI 2020. Format acara dapat berubah, menyesuaikan dengan situasi pandemi.
Selain itu, susunan panitia FFI kali ini juga berubah. Reza mengatakan, masing-masing bidang kepanitiaan diisi para profesional yang punya rekam jejak dan capaian di profesi perfilman.“Peran perempuan dalam kepanitiaan FFI tahun ini juga cukup besar. Sistem penjurian juga kami sempurnakan dengan memberi ruang agar semua pihak terlibat aktif sejak proses awal. Peran dari asosiasi-asosiasi film diharapkan untuk merespons pertumbuhan di kerangka perfilman,” ujar Reza.
Ketua Bidang Penjurian FFI 2021 Garin Nugroho mengatakan, diskusi dengan asosiasi-asosiasi profesi perfilman telah dilakukan. Diskusi mencakup antara lain tantangan yang mereka hadapi dan kondisi ekosistem perfilman saat ini. Ruang diskusi terbuka dan asosiasi dibebaskan memberi masukan. Selanjutnya, asosiasi bakal dilibatkan dalam penjurian, termasuk pemungutan suara.
Menurut Garin, pelibatan asosiasi profesi film sangat penting. Selain karena mereka paham kondisi ekosistem perfilman, mereka pun punya daya untuk menjangkau pelaku industri film hingga ke daerah.
“Kondisi asosiasi profesi itu menggambarkan kondisi perfilman negeri. Perfilman Korea Selatan bisa maju seperti sekarang karena ada peran dari asosiasi,” kata Garin pada sesi wawancara terbatas.
Ia menambahkan bahwa proses penjurian dimulai dengan mengurasi 30 film terpilih oleh lima kurator, antara lain Garin, Reza Rahadian, dan produser Gita Fara. Penjurian dilanjutkan dengan pelibatan asosiasi film. Garin mengatakan bahwa penjurian akan berlangsung dengan protokol kesehatan tanpa mengurangi akurasi.
Berdasarkan data dari laman festivalfilm.id per 30 Juni 2021, ada 62 film yang rilis di Indonesia selama setahun terakhir. Adapun panitia FFI tidak membatasi jumlah film yang dapat mendaftar tahun ini. Sama seperti FFI 2020, FFI tahun ini pun memasukkan film yang tayang di platform over the top (OTT) dalam penjurian.
“Syaratnya, film di OTT harus dikonversi dalam format DCP (Digital Cinema Package), yaitu teknologi standar bagi film untuk tayang di bioskop. Bila film OTT nanti terpilih, harus ditransformasikan (formatnya) nanti,” ucap Garin.
Pada 2019, terdapat 180 film panjang yang terdaftar di FFI, sedangkan pada 2020 jumlahnya menurun menjadi 65 film panjang. Penurunan jumlah film merupakan imbas dari pandemi Covid-19.
Nominasi baru
FFI 2021 menambah empat nominasi baru, yakni Film Favorit, Aktor Favorit, Aktris Favorit, dan Kritik Film. Kategori favorit ini ditentukan melalui pungutan suara publik. Masyarakat bisa memilih film, aktor, dan aktris favorit mereka melalui media sosial.
Menurut Reza dan Garin, nominasi baru ini tidak berhubungan dengan kualitas. Nominasi baru ini untuk memberi publik berpartisipasi. Ini karena masyarakat adalah bagian dari ekosistem film.
Adapun tema FFI tahun ini adalah Sejarah Film dan Media Baru: Beralih Masa, Bertukar Rasa Film Indonesia. Tema tersebut, menurut Reza, menggambarkan perjalanan industri film yang perlu direnungkan seluruh pelaku industri. Pelaku industri juga diajak membaca arah perfilman Indonesia dengan adanya media-media baru.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, geliat perfilman mulai tampak di semester II-2020. Geliat itu kembali terhambat karena kenaikan kasus Covid-19. Ia berharap FFI jadi ajang mendukung ketahanan para insan film.
Sementara itu, Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI) Chand Parwez Servia berharap agar FFI mendorong kemajuan perfilman Indonesia. “Semoga FFI menjadi pembuktian eksistensi perfilman Indonesia,” kata Chand.