Gerakan Filantropi Butuh Manajemen dan Koordinasi yang Baik
Gerakan filantropi perlu dikoordinasikan dengan baik agar bantuan yang diberikan bisa lebih optimal. Gerakan ini bisa menjadi solusi di tengah lonjakan kasus Covid-19 yang membutuhkan kecepatan penanganan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gerakan filantropi berperan penting dalam menangani lonjakan kasus Covid-19 yang membutuhkan solusi cepat. Koordinasi dan manajemen yang baik pun diperlukan agar pendistribusian bantuan kemanusiaan dari gerakan filantropi bisa lebih optimal.
Ketua Pelaksana Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Laksono Trisnantoro menyampaikan, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia membutuhkan solusi yang cepat. Misalnya, terkait pengadaan sarana dan prasarana kesehatan, obat-obatan, ataupun oksigen. Namun, pemenuhan kebutuhan itu tidak mudah diatasi dengan sistem keuangan pemerintah formal, sementara mobilisasi dana dan barang harus cepat.
”Peran lembaga filantropi dan gerakan filantropi sangat penting ketika pemerintah tidak bisa bergerak cepat. Filantropi bisa mengisi kebutuhan ketika dana pemerintah masih belum bisa cepat dimobilisasi. Meski begitu, filantropi tidak untuk menggantikan fungsi dana pemerintah,” katanya dalam webinar Peran dan Kontribusi Filantropi dalam Menghadapi Dampak Covid-19 Gelombang Kedua di Jakarta, Kamis (15/7/2021).
Laksono mengungkapkan, selama pandemi Covid-19 berlangsung, banyak gerakan filantropi yang muncul di tengah masyarakat, baik yang bersifat individual maupun lembaga. Bantuan yang diberikan pun beragam, mulai dari uang, alat pelindung diri bagi petugas kesehatan, hingga oksigen.
Akan tetapi, gerakan yang berjalan ini sifatnya spontanitas dan tidak direncanakan. Karena itu, diperlukan adanya koordinasi, manajemen yang baik, dan pengawasan dalam pendistribusian bantuan kemanusiaan dari seluruh gerakan filantropi.
”Kegiatan donasi atau filantropi ini bukan pekerjaan sambilan sehingga butuh dukungan tenaga terampil agar tujuannya jelas. Untuk mewujudkan itu, kita butuh mengembangkan keterampilan filantropi di lembaga pemerintah dan swasta,” ujar Laksono.
Keterampilan itu, menurut dia, antara lain, dalam perencanaan proposal donasi, meneliti para donatur, mengembangkan kegiatan penggalian dana, serta mengelola data. Tenaga filantropi juga perlu memiliki keterampilan dalam melakukan pemasaran.
Peran lembaga filantropi dan gerakan filantropi sangat penting ketika pemerintah tidak bisa bergerak cepat. Filantropi bisa mengisi kebutuhan ketika dana pemerintah belum bisa cepat dimobilisasi.
Presiden Human Initiative Board Humanitarian Forum Indonesia Tomy Hendrajaty menuturkan, lembaga filantropi bisa berperan di berbagai aspek dalam penanganan lonjakan kasus Covid-19. Hal utama ialah untuk merespons pemenuhan kebutuhan darurat.
Selain itu, gerakan filantropi juga dapat berperan untuk memobilisasi sumber daya masyarakat, penguatan kapasitas lembaga lokal dan komunitas, serta mengembangkan inovasi dalam strategi penanganan pandemi.
Tomy menuturkan, gerakan filantropi yang ada di Indonesia bisa lebih dioptimalkan apabila semua pihak bisa berkontribusi dengan baik. Masyarakat yang mendapatkan akses bantuan pun bisa lebih merata, termasuk pada kelompok marjinal dan disabilitas.
”Intervensi program yang aman dan tidak menimbulkan permasalahan baru juga diperlukan. Gerakan ini semua berdasarkan pada prinsip perlindungan dan kehidupan yang bermartabat,” katanya.
Dalam Indeks Kedermawanan Dunia (WGI) 2021 yang dipublikasi oleh Charities Aid Foundation, Indonesia menjadi negara paling dermawan di dunia. Skor Indonesia mencapai 69 persen. Dari tiga indikator yang dinilai, Indonesia memiliki skor tertinggi di dua indikator, yakni menyumbang uang dan meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan kesukarelawanan. Indikator lainnya terkait membantu orang yang tidak dikenal menempati urutan ke-26 (Kompas, 17/6/2021).
Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Udrekh menyampaikan, peran filantropi dalam penanganan pandemi terlihat dalam upaya penyelesaian permasalahan jaringan ketersediaan dukungan. Tidak sedikit pula dukungan penyewaan rumah bagi pasien isolasi mandiri diberikan.
”Pada dasarnya sekarang ini banyak sekali yang telah dilakukan lewat gerakan filantropi. Kekuatan kedermawanan ini menjadi kekuatan yang paling besar buat kita untuk bisa bahu-membahu dalam upaya percepatan penanganan Covid-19,” ucapnya.