Pendampingan Orangtua Selamatkan Anak dari Penurunan Hasil Belajar
Riset awal di Bukittinggi dan Yogyakarta menunjukkan pandemi tidak menurunkan hasil pembelajaran siswa. Pendampingan orangtua menjadi faktor penting pendukungnya.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
KOMPAS/MELATI MEWANGI
Seorang siswa SDN Cijati, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ), 31 Agustus 2020. Dia menggunakan ponsel pintar untuk mencari jawaban dari tugas.
JAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19 yang dikhawatirkan berdampak pada hasil pembelajaran siswa yang menurun atau learning loss bisa dicegah. Keterlibatan dan kemampuan orangtua mendampingi anak-anak mereka saat belajar jarak jauh di rumah menjadi kunci untuk mengatasi ketertinggalan pembelajaran. Semakin baik pendidikan dan kondisi sosial ekonomi orangtua siswa, maka semakin mampu mengatasi tantangan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi.
Peneliti SMERU, Delbert Lim, mengatakan, dari temuan awal penelitian pandemi Covid-19 dan kemampuan siswa yang dilakukan di Kota Bukittinggi (Sumatera Barat) dan Kota Yogyakarta (DI Yogyakarta), kondisi belajar jarak jauh dari rumah bisa meningkatkan hasil pembelajaran.
Hasil belajar siswa tidak menurun atau tidak mengalami learning loss. Dengan pendampingan orangtua, justru terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam literasi dan numerasi untuk siswa, terutama di jenjang SD.
Di Bukittinggi, untuk pendidikan SD, sebelum pandemi sudah kuat pendampingan belajar pada anak dan makin meningkat pada masa pandemi. Ada budaya masyarakat yang mengutamakan pendidikan.
”Penelitian ini memang masih tahap awal yang membandingkan hasil belajar siswa tahun 2019 dan tahun 2020. Namun, masih banyak pertanyaan yang harus digali lebih lanjut sehingga dapat lebih mengidentifikasi kelompok mana yang terdampak dan kebijakan apa yang dibutuhkan untuk mengatasinya,” ujar Delbert di webinar perkembangan program Research on Improving System of Education (RISE) di Indonesia, Selasa (13/6/2021).
Program RISE ini kerja sama lembaga penelitian SMERU bersama Badan Penelitian, Pengembangan, dan Perbukuan pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Selasa (13/6/2021),
Menurut Delbert, selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), peran orangtua dominan dalam mendampingi anak belajar. Di Bukittinggi, untuk pendidikan SD, sebelum pandemi sudah kuat pendampingan belajar pada anak dan makin meningkat di masa pandemi. Ada budaya masyarakat yang mengutamakan pendidikan. Guru nyaris tidak berkomunikasi dengan siswa, hanya lewat orangtua untuk penugasan.
”Secara umum kan dipahami kalau pandemi menyebabkan learning loss, tetapi terlihat ada pengecualian di Buktinggi. Hal ini bisa jadi, kesempatan belajar di rumah bersama orangtua membuat anak lebih diperhatikan secara khusus dibandingkan dengan di dalam kelas yang banyak siswa,” kata Delbert.
Hasil awal terlihat, untuk siswa SD hasil pembelajaran literasi dan numerasi meningkat dari sebelum pandemi. Hal ini dialami anak-anak yang mendapatkan pendampingan orangtua atau difasilitasi orangtua mendapatkan guru les. Para orangtua yang memiliki kemampuan untuk mendampingi belajar anak serta pendidikan orangtua yang semakin baik berpengaruh positif pada hasil belajar yang meningkat meskipun sekolah dari rumah.
Di Yogyakarta, ada sebagian orangtua mendapat panduan atau informasi cara mendampingi anak atau cara mengajarkan anak dari pihak sekolah atau komunitas, bahkan diberikan rujukan sumber belajar. Meskipun secara umum baik, ada ancaman juga bagi anak-anak dari kelompok rentan untuk putus sekolah karena motivasi belajar yang turun dan tertinggal dalam belajar.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Guru SDIT Ibnu Sina Duren Sawit, Jakarta Timur, membuka layanan pengambilan tugas pekerjaan rumah siswa secara lantatur (drive thru) di depan sekolah, 5 Agustus 2020. Pekerjaan rumah diambil dua minggu sekali selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) wilayah DKI Jakarta.
Menurut Delbert, penelitian awal ini masih perlu didalami di daerah lain yang kondisinya berbeda. Sebab, Bukittinggi dan Yogyakarta merupakan daerah yang hasil pencapaian belajar seperti ujian nasional termasuk terbaik secara nasional, serta budaya pendidikan di masyarakat yang baik.
Mengatasi kelompok terdampak
Kepala Balitbang dan Perbukuan, Kemdikbudristek, Anindito Aditomo mengatakan hasil riset RISE pada temuan awal ini memberikan harapan bahwa learning loss tidak otomatis terjadi pada masa pandemi. Kini, justru harus dikaji secara serius siapa yang lebih terdampak karena kondisi tiap keluarga siswa yang bervariasi.
”Kebijakan pendidikan untuk mengatasi dampak pandemi pada hasil belajar perlu mengintervensi kelompok yang terdampak. Khusus tentang orangtua, perlu dipikirkan untuk mendukung orangtua menjadi mitra sekolah yang efektif dan menjawab kebutuhan mereka untuk dapat mendampingi anak belajar optimal di rumah,” kata Anindito.
Namun, perlu dikritisi juga seberapa optimistis keluarga dapat terus mendampingi anak-anak mereka ketika pandemi terus berkepanjangan. Sebab, dari temuan awal, terlihat semakin tinggi jenjang pendidikan anak, orangtua semakin sulit mendampingi, terutama orangtua yang berpendidikan rendah.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemdikbudristek, Iwan Syahril mengatakan temuan awal bahwa hasil belajar siswa justru naik ini terasa tidak nyata atau to be good to be true. Namun, bisa terjadi dengan pembelajaran yang lebih terpersonalisasi, terutama bagi anak-anak yang selama ini hasil belajarnya rendah atau sedang. Namun, tetap perlu dilihat bahwa kesenjangan pendidikan yang tinggi di Indonesia tetap membawa dampak learning loss yang besar bagi daerah lain yang kondisi pendidikannya belum baik.
Kompas/TOTOK WIJAYANTO
Sri Mulyati menjaga warung kaki limanya di Jalan Imam Bonjol, Karawaci, Tangerang, sembari memantau anaknya, Lentera, yang sedang mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan dibantu oleh Wahyu, tetangganya, Senin (3/8/2020). Dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena pandemi Covid-19, idealnya siswa didampingi oleh orang dewasa agar tetap terjaga konsentrasinya.
Sementara itu, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengatakan, riset pendidikan berperan penting untuk menyusun kebijakan publik dan mempersiapkan tantangan di masa depan. Dengan desentralisasi pendidikan, diharapkan daerah dapat mengembangkan metode dan lingkungan belajar seusai konteks daerah masing-masing untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
”Pemerintah lewat kebijakan Merdeka Belajar menjadi arah dan transformasi pendidikan. Dari skor PISA yang rendah, terlihat kemampuan literasi, numerasi, dan metode pembelajaran yang belum mendukung daya berpikir kritis siswa. Kita memiliki tujuan untuk tetap membuat akses, mutu pembelajaran, dan distribusi secara merata,” ujar Nadiem.
Ketua Program RISE di Indonesia Sudarno Sudarto mengatakan penelitian RISE yang memasuki tahun keempat ini untuk mendukung peningkatan pembelajaran. Harus ada upaya serius untuk mengatasi kesenjangan dan krisis pembelajaran di dunia, termasuk di Indonesia.
”Meskipun di Indonesia masih ada kesenjangan akses pendidikan, sebenarnya pemerintah sudah baik dalam memberikan akses pendidikan pada masyarakat. Namun, Indonesia masih menghadapi persoalan tentang mutu pembelajaran, dengan hasil PISA yang rendah,” ujar Sudarno.
Menurut Sudarno, sejak tahun 2017, perbaikan sistem pendidikan dilakukan dengan riset pada reformasi guru dan inovasi kebijakan daerah dalam pendidikan. Ada 15 studi yang sudah dilakukan.
”Riset dilakukan untuk mendorong perbaikan pembelajaran agar anak-anak memperoleh pendidikan berkualitas,” kata Sudarno.