Artjog 2021 kembali digelar secara hibrida. Dengan tema ”Arts in Common-Time (to) Wonder”, seniman menginterpretasikan waktu dalam karya.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pameran seni tahunan Artjog digelar secara hibrida, yaitu campuran luring dan daring, pada 8 Juli hingga 31 Agustus 2021. Pameran tersebut diharapkan menjadi salah satu model percontohan penyelenggaraan pameran seni di masa pandemi Covid-19.
Direktur Artjog Heri Pemad mengatakan, pameran tersedia secara virtual selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat yang berlaku di Jawa dan Bali, termasuk Yogyakarta. Bila PPKM darurat berakhir, publik bisa melihat pameran secara langsung di Jogja National Museum, Yogyakarta.
”Penyelenggaraan Artjog 2020 sudah bisa dikatakan nekat karena berlangsung di masa pandemi. Rupanya, tahun ini kondisi lebih mencekam. Tapi, ini menjadi semangat kami. Artjog bertekad menjadi pilot project penerapan kebiasaan baru di event. Setelahnya, seniman dan penyelenggara event bisa menjadikan Artjog sebagai acuan,” kata Heri pada pembukaan Artjog MMXXI secara daring, Kamis (8/7/2021).
Pada 2020, Artjog dilaksanakan pada 7 September hingga 10 Oktober 2020 di Jogja National Museum. Pameran dilaksanakan secara daring dan luring. Publik dapat mengunjungi Artjog secara terbatas. Ada tiga sesi kunjungan pada Senin-Kamis dan empat sesi pada Jumat-Minggu. Tiap-tiap sesi berdurasi 2 jam dan dibatasi maksimal 60 orang (Kompas.id, 18/12/2020).
Adapun tahun ini, Artjog 2021 mengusung tema ”Arts in Common-Time (to) Wonder”. Ada 41 seniman yang terlibat, sebagian di antaranya adalah seniman muda berusia di bawah 35 tahun.
Kurator Artjog, Agung Hujatnika, mengatakan, tema Artjog kali ini bercerita tentang interpretasi waktu di mata seniman. Sebagian seniman mengasosiasikan waktu dengan masa lalu dan ingatan personal. Menurut dia, karya yang ada merupakan cara seniman menggunakan masa lalu untuk merefleksikan masa kini dan masa mendatang.
Ia menambahkan, tema Artjog tahun ini merupakan bagian dari pameran trilogi ”Arts in Common” oleh Artjog. Pameran bagian pertama dimulai pada 2019 dengan tema soal ruang.
”Pada 2020, tema Artjog adalah resilience (ketahanan) yang merupakan respons dari masa pandemi. Tahun ini, kami kembali ke tema trilogi dengan konsep waktu. Artjog tahun depan akan bertema kesadaran sehingga pameran trilogi kami akan bicara soal ruang, waktu, dan kesadaran,” tutur Agung.
Salah satu perupa Artjog 2021, Sirin Farid Stevy, membuat instalasi berjudul Reaktor Dongo Dinongo. Instalasi itu dibuat bersama ayahnya sebagai bentuk penghormatan kepada kakek Sirin yang terdampak tragedi 1965.
”Selama hampir 11 tahun, kami mencari kuburan eyang dan tuntas di 2020. Karya seni ini jadi sumber energi untuk mendoakan eyang, memantik kesadaran bersama untuk saling mendoakan, serta menjadi reaktor doa untuk rekonsiliasi 1965 dan teman-teman lain yang memperjuangkan isu HAM,” ucap Sirin.
Karya Entang Wiharso turut dipajang dalam perhelatan Artjog di Jogja National Museum, Yogyakarta, Selasa (25/8/2020). Kegiatan seni tahunan tersebut mengangkat tema ”Resilience”. Sedikitnya 170 karya dari sekitar 140 seniman ditampilkan pada ajang ini. Pameran yang digelar dengan protokol kesehatan ini berlangsung hingga 10 Oktober 2020.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mendukung penyelenggaraan Artjog 2021. Menurut dia, transformasi dan inovasi menjadi penting, termasuk dalam pelaksanaan pameran seni.
”Saya harap Artjog menjadi ruang kolaborasi dan wadah orang-orang kreatif untuk mencari inspirasi. Diharapkan nilai-nilai kontribusi kita semua bermanfaat bagi bangsa dan negara,” katanya.