Kolaborasi Menjaga Keberlangsungan Seni Selama Pandemi
Kolaborasi antarseniman menjadi semangat baru untuk berkarya di masa pandemi. Dengan begitu, ekosistem seni tetap berkelanjutan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seniman didorong berkolaborasi dengan pelaku bidang seni lain di masa pandemi Covid-19. Kolaborasi ditambah adaptasi teknologi memungkinkan seni diakses oleh publik.
Direktur Artistik Ekostika Karmawibhangga Indonesia (EKI) Dance Company Rusdy Rukmarata mengatakan, kolaborasi antarseniman mesti dipertahankan agar karya-karya baru muncul. Terlebih saat pandemi, seniman tidak bisa berdiri sendiri.
”Seniman tari tidak bisa menari saja, sama seperti seniman teater tidak bisa (menekuni) teater saja. Kalau bisa kita kolaborasi dengan manajemen panggung yang bagus,” kata Rusdy pada perayaan ke-25 EKI Dance Company secara daring, Sabtu (3/7/2021).
Salah satu tantangan ekosistem seni saat ini adalah adanya generasi-generasi baru sebagai penikmat seni, yaitu generasi Z dan milenial.
Kolaborasi itu kemudian dikemas menjadi pentas seni virtual yang dapat diakses masyarakat selama pandemi. Rusdy mengatakan, ke depan, ia akan mempelajari secara serius media-media digital baru untuk mengembangkan seni.
Sementara itu, EKI Dance Company telah menggelar kegiatan seni melalui ruang digital, seperti lokakarya, kelas tari, pertunjukan musikal, dan gelar wicara. Upaya serupa dilakukan seniman-seniman lain agar seni tetap eksis, misalnya dengan pergelaran festival musik, pergelaran tari, teater, hingga sastra secara daring. Pemerintah pun turun tangan memfasilitasi seniman untuk pentas.
Pada 2020, Rusdy bersama sutradara Nia Dinata, penulis skenario Titien Wattimena, musisi Oni Krisnerwinto, dan sejumlah seniman lain berkolaborasi menggarap drama musikal Lutung Kasarung, bagian dari rangkaian drama #MusikalDiRumahAja. Drama ini disiarkan secara langsung melalui Youtube dan kini telah ditonton lebih dari 760.000 kali.
Generasi baru
Selain pandemi dan perkembangan teknologi, salah satu tantangan ekosistem seni saat ini adalah adanya generasi-generasi baru sebagai penikmat seni, yaitu generasi Z dan milenial. Karakter mereka dinilai berbeda dengan penikmat seni generasi sebelumnya.
”Mereka adalah penonton yang sama sekali baru dengan ekspektasi yang baru pula. Kami akhirnya bekerja sama terus dengan milenial-milenial di EKI Dance Company dan komunitas-komunitas anak muda,” kata Rusdy.
Menurut Direktur Utama EKI Dance Company Aiko Senosoentoro, tantangan lain yang dihadapi seniman adalah kejenuhan. Kendati pertunjukan daring bisa memfasilitasi ekspresi seni para seniman, umpan balik langsung dari penonton tetap penting. ”Tantangan terbesarnya adalah agar semangat tetap terjaga dii kondisi seperti ini,” ucapnya.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, kesenian semakin penting di masa pandemi. Produk kebudayaan, seperti film, sastra, musik, dan pertunjukan seni menjadi media masyarakat untuk bertahan selama pembatasan sosial.
”Kebudayaan akan ada di jantung upaya pemulihan keadaan (dari pandemi). Organisasi-organisasi seni, seperti EKI, akan berperan penting,” kata Hilmar.
Sebelumnya, ia mengatakan bahwa pemerintah tengah merancang rencana pemulihan tempat dan komunitas seni. Tujuannya untuk menjaga keberlanjutan ekosistem seni, khususnya para maestro seni. Para penggiat seni dan maestro dinilai sebagai investasi seni yang tidak boleh hilang karena pandemi.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengapresiasi semangat para penggiat seni untuk berkarya secara daring. Ia berharap ada karya-karya inovatif lain yang dihasilkan untuk memajukan seni di Indonesia.