Memperkuat Nalar Kritis dengan Semangat Merdeka Belajar
Pendidikan yang memerdekakan atau yang kini dinamakan Merdeka Belajar harus memberi mahasiswa atau warga di institusi pendidikan ruang luas untuk mengungkapkan pandangan secara bebas.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
Transformasi pendidikan lewat Merdeka Belajar dicanangkan dengan tujuan menghasilkan para pelajar dengan Profil Pelajar Pancasila. Karakter dari Pelajar Pancasila yang didambakan yakni beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bernalar kritis, mandiri, bergotong royong, dan kreatif.
Di perguruan tinggi, program Merdeka Belajar bertujuan untuk menghasilkan pelajar Pancasila yang siap memasuki kehidupan nyata, baik terjun ke bidang profesional maupun wirausaha yang dikembangkan dengan Kampus Merdeka. Berbagai kegiatan kuliah lintas program studi hingga kegiatan di luar kampus dihadirkan untuk membuat mahasiswa memenuhi kompetensi dunia kerja, yaitu terampil, berkarakter, dan bernalar kritis.
Bukan zaman lagi mahasiswa hanya disiapkan untuk berenang di “kolam renang” yang serba terkendali, yakni hanya di dalam kampus dan belajar secara linier.(Nadiem Makarim)
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan, Merdeka Belajar Kampus Medeka menyiapkan mahasiswa siap mengarungi lautan kehidupan yang luas bahkan dengan gelombang tinggi begitu keluar kampus. Bukan zaman lagi mahasiswa hanya disiapkan untuk berenang di “kolam renang” yang serba terkendali, yakni hanya di dalam kampus dan belajar secara linier.
“Profil Pelajar Pancasila jadi tujuan semua transformasi pendidikan yang dilakukan lewat Merdeka Belajar. Lewat Kampus Merdeka, mahasiswa bisa mengembangkan diri sesuai minat dan passion mereka,” kata Nadiem.
Sikap Kritis
Namun, pertanyaan tentang keseriusan kampus membangun sikap dan nalar kritis di kalangan mahasiswanya kini dilontarkan. Dalam unggahan di media sosial Badan Eksektutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia beberapa waktu lalu, BEM UI secara lugas mengatakan Presiden Joko Widodo sebagai The King of Lip Service, berhenti membual, rakyat sudah mual.
Sampai Selasa (29/6/7) sore, komentar terhadap unggahan itu sudah mencapai lebih dari 29 ribu komentar di akun IG BEM UI. Sampai ada yang dengan nada bercanda mengatakan komentarnya sudah seperti ada giveaway.
Komentar semakin ramai karena ada kabar pihak BEM UI dipanggil pimpinan kampus akibat unggahan itu. Bahkan beredar kabar, ada permintaan supaya unggahan tersebut dihapus.
Pihak Humas UI sempat mengabarkan akan ada penjelasan resmi lewat rilis. Namun, Selasa ini, seorang staf humas menyampaikan informasi bahwa Kepala Biro Humas dan Komunikasi Informasi Publik UI Amelita Lusia berpesan tidak ada pernyataan resmi dari UI.
Praktisi Pendidikan yang juga Dosen Universitas Negeri Jakarta Jimmy Paat mengatakan, kritik baik di dalam kelas, kampus, maupun terhadap kondisi masayarakat dan pemerintahan menjadi bagian yang biasa di kampus. Bahkan, kemampuan untuk mengkritik dengan argumentasi yang jelas dan berdasar ilmiah harus dikembangkan di kalangan mahasiswa maupun dosen.
“Kalau ada sedikit kritik, lalu pimpinan kampus atau dosen menekan mahasiswa, ya ini enggak searah dengan Merdeka Belajar atau Kampus Merdeka. Yang harus banyak dilakukan mahasiswa dan pengajar, ya lakukan kritik di kampus atau di luar kampus,” ujar Jimmy.
Dalam pandangan Jimmy, pendidikan yang memerdekakan atau yang kini dinamakan Merdeka Belajar harus memberi mahasiswa atau warga di institusi pendidikan ruang luas untuk mengungkapkan pandangan secara bebas. Di kampus, bahkan bisa saja dosen yang menggunakan landasan A, lalu mahasiswa memakai argumen B, untuk berdialog dan berdiskusi.
“Satu aspek pendidikan yang memerdekakan di kampus yakni mahasiswa mengkritik, tentu pakai alasan atau argumentasi,” kata Jimmy.
Menurut Jimmy, para dosen harus menyadari aspek kritis mahasiswa. Dengan demikian, terbuka ruang diskusi dan dialog untuk menerima perbedaan pendapat dan pandangan. Iklim kampus yang menjunjung kebebasan akademik juga bakal terwujud.