Kerja Sama Sekolah dan Museum Dorong Merdeka Belajar
Museum telah lama menjadi tempat belajar masyarakat. Program Merdeka Belajar saat ini kembali menekankan peran museum sebagai sarana belajar dan memenuhi rasa ingin tahu siswa.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran di museum dinilai bisa menumbuhkan minat belajar dan rasa ingin tahu siswa. Kerja sama antara sekolah dan museum dapat dipertimbangkan untuk mendorong program Merdeka Belajar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pamong Budaya Ahli Utama Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek Siswanto, Senin (21/6/2021), mengatakan, konsep Merdeka Belajar sebenarnya sudah diterapkan di museum sejak dulu. Museum selama ini terbuka untuk siswa, mahasiswa, peneliti, hingga masyarakat umum yang ingin belajar. Namun, program Merdeka Belajar menekankan kembali peran museum sebagai sarana belajar.
”Hal itu sudah lama diterapkan. Artinya, museum adalah tempat untuk belajar apa saja, bahkan belajar hal yang tidak berhubungan dengan koleksi, misalnya belajar tarian daerah dan membatik. Bisa langsung praktik (di museum),” kata Siswanto yang juga menjabat sebagai Kepala Museum Nasional periode 2017-2020.
Museum menyimpan bukti-bukti keberagaman Indonesia, jejak Nusantara zaman dahulu, teknologi, hingga sejarah Indonesia sehingga sesuai untuk bahan pembelajaran. Publik dan siswa bisa memanfaatkan edukator museum untuk memberi informasi tentang koleksi-koleksi yang ada.
Menurut Siswanto, museum berfungsi seperti laboratorium karena siswa bisa berinteraksi langsung dengan koleksi museum. Adapun akses belajar di museum tetap terbuka selama pandemi Covid-19. Sejumlah museum tetap melayani publik secara terbatas dengan protokol kesehatan dan ada yang membuka layanan daring.
”Akan lebih baik jika ada program khusus hasil kerja sama antara sekolah dan perguruan tinggi (dengan museum). Ini supaya ada perjanjian kerja sama, program yang jelas, dan materi pembelajaran yang lebih terprogram,” kata Siswanto.
Artinya, museum adalah tempat untuk belajar apa saja, bahkan belajar hal yang tidak berhubungan dengan koleksi, misalnya belajar tarian daerah dan membatik. Bisa langsung praktik (di museum).
Demokratisasi kebudayaan
Sementara itu, Agung Wibowo, kandidat doktor di Euclide La Rochelle Université, Perancis yang meneliti di Muséum d’Histoire Naturelle de La Rochelle, mengatakan, Pemerintah Perancis menerapkan program Demokratisasi Kebudayaan untuk pendidikan. Dengan program ini, pemerintah daerah, museum, dan sekolah berkolaborasi mengembangkan kurikulum berbasis seni dan budaya.
Pemerintah kota La Rochelle, menurut Agung, membentuk Direksi Kebudayaan dan Warisan Budaya untuk merespons kebijakan itu. Direksi tersebut mengumpulkan seluruh institusi pendidikan formal dan nonformal, kemudian mereka merumuskan kurikulum seni budaya. Kurikulum itu tidak hanya tentang museum, tetapi juga mencakup pendidikan tentang film, tari, teater, dan cabang seni budaya lain.
”Ada dua agen penting di sini, yakni mediator museum dan guru. Mereka berdiskusi membuat materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan guru dan murid. Ini dikomunikasikan bersama karena mediator museum bukan guru, begitu pula sebaliknya,” ujar Agung pada diskusi daring Merdeka Belajar dan Program Edukasi di Museum, Jumat (18/6/2021).
Salah satu tujuan program itu adalah membangun pengalaman fisik untuk anak-anak saat melihat, menyentuh, atau berinteraksi langsung dengan koleksi atau kegiatan di museum. Agung mengatakan, mengamati koleksi museum membangkitkan rasa ingin tahu dan keinginan siswa untuk belajar.
Ia menilai bahwa museum di Perancis dinamis merespons perubahan masyarakat sehingga tetap kontekstual dengan kegiatan belajar. Dibutuhkan komitmen politik kuat dari pemerintah untuk memberdayakan museum sebagai media belajar.
Sebelumnya, Ketua Galeri Nasional Indonesia Pustanto mengatakan, pameran di Galeri Nasional Indonesia merupakan sumbangsih untuk publik, termasuk siswa sekolah. ”Pameran ini mendukung gerakan pendidikan Merdeka Belajar yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Karya-karya yang dipamerkan bertujuan memberikan bahan pendidikan Merdeka Belajar,” kata Pustanto (Kompas, 9/5/2021).