Penanganan Dini Kurangi Risiko Kematian Anak akibat Covid-19
Di tengah lonjakan kasus Covid-19 saat ini, orangtua diimbau agar lebih berhati-hati dan melindungi anak dari paparan Covid-19. Hal itu disebabkan anak-anak berisiko terpapar penyakit itu sebagaimana orang dewasa.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak-anak memiliki risiko terpapar Covid-19 sebagaimana orang dewasa dan tingkat kematiannya tinggi, terutama bagi yang punya komorbid. Selain upaya pencegahan, pemeriksaan dan penanganan dini bisa mengurangi risiko kematian anak karena Covid-19.
Rismala Dewi, dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dalam webinar, di Jakarta, Jumat (18/6/2021), mengatakan, kasus Covid-19 pada anak biasanya gejalanya lebih ringan. Namun, banyak pasien anak yang terkena Covid-19 dan dikirim ke Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta meninggal dunia. ”Ini yang membuat kami kemudian melakukan penelitian,” katanya .
Kajian yang dilakukan Rismala dan timnya tentang Covid-19 pada anak, bulan ini diterbitkan di International Journal of Infectious Diseases (IJID). Studi dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan dari rekam medis pasien suspek dan terkonfirmasi Covid-19 yang dirawat di RSCM, yang jadi rujukan tersier di Indonesia, mulai Maret 2020 hingga Oktober 2020. Pada 2020, 31.075 pasien dari segala usia mengunjungi unit gawat darurat di rumah sakit ini, dengan 1.373 (4,41 persen) pasien dikonfirmasi positif Covid-19.
Secara total, 490 kasus anak (usia 0-18 tahun) dikategorikan sebagai suspek atau kemungkinan Covid-19. Dari jumlah itu, 50 anak atau 10,2 persen dikonfirmasi positif melalui analisis polimerase rantai ganda (PCR). Di antara kasus anak yang dikonfirmasi ini, 20 pasien atau 40 persen meninggal.
”Di dunia, kasus Covid-19 pada anak 1-5 persen, yang tidak bergejala 13 persen, dan bergejala ringan 84 persen. Ada juga yang bergejala berat sekitar 3 persen. Dari 3 persen inilah yang masuk rist kita, ternyata 40 persen meninggal,” tuturnya.
Dari usia anak 0-18 bulan, semakin besar cenderung semakin rentan tertular Covid-19. Meski demikian, anak baru lahir juga termasuk sangat rentan. ”Dalam riset kami, anak-anak berusia di atas 10 tahun yang bergejala berat dan meninggal. Mungkin anak-anak usia ini bermain keluar dan protokol kesehatannya belum bagus,” katanya.
Selain itu, pasien anak yang paling berisiko meninggal karena Covid-19 adalah yang punya penyakit komorbid. Rata-rata yang punya pasien gagal ginjal kronik. Ketakutan membawa ke rumah sakit membuat pasien datang ke RS kondisinya berat karena tidak diobati penyakit bawaannya. Berikutnya pasien jantung dan dengan keganasan seperti kanker, hingga pasien dengan obesitas.
Dalam riset kami, anak-anak berusia di atas 10 tahun yang bergejala berat dan meninggal. Mungkin anak-anak usia ini bermain keluar dan protokol kesehatannya belum bagus.
”Sebanyak 80 persen komorbidnya lebih dari satu, misalnya gagal ginjal dengan kelainan jantung. Jadi, yang meninggal memang datang dalam kondisi berat. Jadi, anak-anak yang punya komorbid memang harus lebih hati-hati,” ujarnya.
Menurut Rismala, deteksi dini dan penanganan yang cepat pada pasien anak, khususnya yang punya komorbid, bisa menghindari risiko kematian karena Covid-19. ”Sekalipun ada komorbid juga bisa ditolong. Kuncinya pemeriksaan dan penanganan dengan cepat,” katanya.
Lindungi anak
Nina Dwi Putri, dokter anak, ahli infeksi, dan pediatri tropis di RS Brawijaya Saharjo mengatakan, Covid-19 merupakan virus baru yang butuh kehati-hatian, termasuk bagi anak-anak. Cara mengurangi risiko kematian pada anak karena Covid-19 adalah menghindari infeksi dengan menerapkan 3T (test, tracing, dan treatment) dan penerapan protokol kesehatan.
Menurut Nina, anak-anak harus dibiasakan menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjaga kerumunan. ”Kalau terpaksa keluar rumah, usahakan cari tempat terbuka yang tidak terlalu padat. Hindari tempat tertutup seperti mal dan bioskop,” katanya.
Sejauh ini, vaksin Covid-19 untuk anak belum ada di Indonesia. ”Kita menunggu vaksin Covid-19 untuk anak. Di beberapa negara mulai digunakan, seperti di Amerika. Namun, ini masih dalam tahap penelitian,” ujarnya.
Dalam webinar terpisah, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia Aman Pulungan mengingatkan, tingkat kematian anak-anak karena Covid-19 di Indonesia termasuk paling tinggi di dunia.
”Dari data nasional, proporsi kasus Covid-19 pada anak usia 0-18 tahun sebanyak 12,5 persen. Artinya 1:8 kasus Covid-19 adalah anak-anak. Data IDAI, case fatality rate pada anak 3-5 persen, ini kematian anak paling tinggi,” ujarnya.
Oleh karena itu, di tengah lonjakan kasus Covid-19 saat ini, Aman meminta agar orangtua lebih berhati-hati dan melindungi anak dari paparan Covid-19. ”Orangtua dan pengasuh harus mendampingi anaknya. Saat berkegiatan di luar rumah, hindari area terturup, kepadatan, dan jaga jarak. Penuhi hak anak untuk hidup dan untuk sehat. Jaga anak kita, jangan sampai ada yang sakit,” katanya.