Kesenian virtual berkembang selama pandemi Covid-19. Walau tidak bisa menggantikan pengalaman batin dari interaksi fisik dengan seni, pertunjukan seni virtual menjaga napas kesenian tetap panjang.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·5 menit baca
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
Pementasan jaranan secara virtual dari Balai Pemuda, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (20/12/2020). Jaranan merupakan bagian dari Parade Seni Budaya Surabaya yang bergulir untuk memelihara penghidupan seniman dan budayawan. Parade disiarkan melalui media sosial terkait situasi wabah Covid-19 yang belum mereda.
Menyaksikan pertunjukan seni lewat Zoom, Youtube, atau media sosial bukan hal baru lagi. Seniman dan penikmat seni sudah beradaptasi dengan situasi pandemi Covid-19. Kompromi itu, ditambah kreativitas dan kemauan belajar hal baru, menghidupkan lagi denyut kesenian.
Tujuh penari membuka perhelatan International Mask Festival (IMF) 2021 di Ndalem Purwohamijayan, Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (11/6/2021). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, IMF kali ini dilakukan secara hibrida; disiarkan daring lewat Youtube dan berlangsung luring secara terbatas.
Penonton mengandalkan koneksi internet dan menyaksikan dari jauh. Ada yang dari Jawa Timur, Jawa Barat, hingga Kalimantan Timur. Dinamika tarian yang dipentaskan langsung dari Solo itu sedikit banyak bisa dinikmati audiens. Ini berkat gerak kamera yang dioperasikan videografer berbaju hitam di lapangan. Ia terekam kamera utama sedang menyorot para penari dari dekat sambil membungkukkan badan.
KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA
Semarak Candrakirana bersama Bambang Besur menyajikan karya Candika Ayu dalam gelaran International Mask Festival 2018 di Pendopo Prangwedanan Pura Mangunegaran, Solo, Jawa Tengah, Jumat (26/10/2018).
IMF yang berlangsung pada 11-12 Juni 2021 menyuguhkan 30 penampilan. Ada seniman tari Indonesia dan luar negeri, yaitu Malaysia, Filipina, Perancis, Korea Selatan, dan Vietnam. Hingga Senin (14/6/2021), festival dua hari ini ditonton 9.800 kali di Youtube.
”IMF tahun ini sebagai diplomasi budaya antarmasyarakat sekaligus promosi pariwisata Solo jangka panjang. Kegiatan ini juga bertujuan merajut harmoni dalam keberagaman topeng di dunia lewat seni pertunjukan,” kata Chief Executive IMF Mimi Zulaikha pada pembukaan IMF 2021.
Pertunjukan seni daring juga dilakukan seniman Melati Suryodarmo akhir pekan lalu, Sabtu (12/6/2021). Pertunjukan berjudul ”The Promise” ini bagian dari pameran ”Why Let the Chicken Run”. ”Why Let the Chicken Run” ditampilkan di Museum Seni Modern dan Kontemporer Nusantara (Macan) pada tahun 2020 dan 2021.
Penonton menyaksikan penampilan Melati melalui layanan konferensi video Zoom. Ia duduk mengenakan gaun merah sambil menimang hati sapi segar. Ia tak bicara selama pertunjukan berlangsung tiga jam. Pertunjukan ini mengacu pada istilah ”makan hati”.
Kompas
Tangkapan layar penampilan seniman Melati Suryodarmo berjudul ”The Promise” yang disiarkan secara daring, Sabtu (12/6/2021). ”The Promise” merupakan bagian dari pameran “Why Let the Chicken Run”. ”Why Let the Chicken Run” ditampilkan di Museum Seni Modern dan Kontemporer Nusantara (Macan) pada 2020 dan 2021.
Mengutip laman Museum Macan, ”The Promise” mengekspresikan rasa sakit dan kehilangan Melati dari kisah panjang ibunya melawan kanker. Pertunjukan ini juga menampilkan pengalaman perempuan yang universal dan luas.
Sekali lagi, kerja kamera di lapangan membantu audiens terhubung dengan seni yang ditampilkan. Kerja kamera pula yang membuat audiens di rumah menangkap ekspresi kesedihan sang seniman.
Tanpa sorak-sorai
Menurut pemain bas grup musik Slank, Ivan, manggung tanpa penonton yang menyaksikan langsung itu gampang-gampang susah. Tidak ada sorak-sorai penonton. Padahal, itu bahan bakar musisi kala manggung. Energi dari penonton menentukan euforia suatu pertunjukan.
”Kami tetap berekspresi maksimal, main band seolah-olah di depan kami ada ratusan ribu orang. Kami harus sok asyik saja,” katanya pada webinar Budaya dan Seni untuk Melawan Pandemi, Kamis (3/6/2021).
Dengan kondisi pandemi Covid-19, tantangan itu dimaklumi. Pandemi bahkan dinilai membawa berkah terselubung. Ivan mengatakan, pandemi melatih kepekaan manusia. Kepekaan itu menjadi modal dan inspirasi bagi Slank buat berkarya.
KOMPAS/DENTY PIAWAI NASTITIE
Banyak cara dilakukan untuk mengikat emosi antara musisi dan penggemarnya selama krisis Covid-19. Grup musik Slank, misalnya, pada Mei lalu menggelar konser virtual Pahlawan Jalanan (Konser Sumbang Suara) yang dapat disaksikan melalui Youtube. Konser juga dimaksudkan membantu masyarakat terdampak Covid-19.
Pada kesempatan yang sama, seniman Butet Kartaredjasa mengatakan, pertunjukan virtual mendorong praktik seni yang inklusif. Dengan internet, penikmat seni tidak lagi hanya menjangkau kota-kota besar, tetapi juga pelosok daerah di Indonesia.
”Kami tersadarkan bahwa tiket pertunjukan virtual bisa lebih murah dari panggung pertunjukan. Penontonnya pun jangkauannya lebih luas,” kata Butet. ”Artinya, jika tempo hari saya buat pertunjukan, yang nonton hanya di Jakarta, Yogyakarta, dan kota besar lain. Kini saya bisa mempraktikkan suatu sajian yang berkeadilan. Orang-orang di mana pun bisa menikmati pertunjukan saya dengan murah,” katanya.
Adapun Butet diminta Komite Pencegahan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) untuk membantu menggelar Pertunjukan Virtual Panggung Tradisional. Ia mengatakan, ada 12 agenda virtual yang akan tayang hingga September nanti. Para seniman dijadwalkan tampil bergantian, setidaknya dua kali sebulan.
Pertunjukan virtual
Pertunjukan virtual dinilai sebagai jalan keluar seniman di masa paceklik akibat pandemi. Bukan hanya ruang berkesenian yang jadi terbuka. Pekerja industri kreatif yang mendukung pertunjukan pun ikut kebagian rezeki.
Kami tersadarkan bahwa tiket pertunjukan virtual bisa lebih murah dari panggung pertunjukan. Penontonnya pun jangkauannya lebih luas.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, pihaknya sedang merancang rencana pemulihan tempat dan komunitas seni. Ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan ekosistem seni, khususnya maestro seni.
”Seniman yang sekolah empat tahun belum tentu menjadi seniman yang baik. Perlu waktu yang cukup panjang dan energi yang tidak sedikit. Ini (seniman) adalah investasi yang luar biasa. Jika orang-orang, khususnya maestro seni, hilang karena pandemi, akan sulit mengembalikannya lagi,” kata Hilmar.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Penari menaburkan bunga saat Dalang Sih Agung Prasetya mulai menampilkan pementasan wayang dengan lakon Pandawa Gumolong di Studio Mendut, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (14/3/2021). Wayang dengan bahan pelat logam tersebut merupakan karya seniman Sujono dari Kecamatan Sawangan, Magelang. Selain sebagai sarana eksplorasi kesenian wayang, pementasan wayang tersebut juga ditujukan untuk sosialiasi pentingnya vaksinasi untuk mengakhiri pandemi Covid-19.
Pemerintah pun bekerja sama dengan seniman-seniman untuk memuat pertunjukan. Protokol kesehatan pertunjukan seni pun sudah disusun. Ia berharap pemerintah daerah turut ambil bagian membantu seniman di level akar rumput.
Saat dihubungi terpisah, peneliti budaya, media, dan komunikasi Idi Subandy Ibrahim mengatakan, pertunjukan seni virtual membatasi cara seniman berekspresi. Cara audiens mengapresiasi pun juga jadi terbatas. Perubahan cara menikmati seni diperkirakan bisa terjadi di generasi mendatang.
”Pemaknaan dan apresiasi terhadap karya seni itu berbeda untuk setiap generasi. Buat generasi baru, ini (pertunjukan seni virtual) mungkin hal yang biasa, tetapi adalah guncangan buat generasi lama,” katanya.
Sementara itu, ruang untuk belajar seni secara daring semakin terbuka lebar. Pendiri mejaseni.com, Budi Bagus Prasetyo, mengatakan, platformnya dibuat agar masyarakat bisa belajar seni secara aman. Platform kursus seni ini terbuka untuk publik, baik anak-anak, orang dewasa, hingga pegiat seni profesional. Sejumlah seniman dari berbagai latar belakang dilibatkan sebagai pembimbing.
”Seni penting karena saya yakin bahwa bangsa yang beradab adalah yang (masyarakatnya) berkesenian. Seni yang disediakan secara daring bisa diakses dengan mudah dan murah oleh publik selama ada jaringan internet,” kata Budi, pekan lalu.
Kompas/Priyombodo
Latihan tari Katumbiri secara daring dari Yayasan Belantara Budaya Indonesia di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (5/6/2021). Kelas tari Museum Nasional ini dapat diikuti secara gratis melalui aplikasi Zoom dan kanal Youtube Museum Nasional setiap hari Sabtu dari pukul 10.00.
Kemendikbudristek juga menyediakan kesempatan bagi siswa sekolah untuk belajar seni dari seniman. Ada 924 seniman dari berbagai kabupaten/kota yang akan terlibat di program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) ini. Kelas seni akan secara luring, daring, hingga campuran, tergantung kebijakan setiap sekolah.
Menurut Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Restu Gunawan, siswa perlu belajar seni untuk mewujudkan karakter Pancasila, kenal kebudayaan, dan tahu kebinekaan global. Adapun seni melatih siswa mengolah rasa, belajar empati, toleransi, kerja sama, dan mempertajam intelektualitas.