Festival Topeng di Solo Libatkan Seniman Mancanegara
International Mask Festival tahun 2021 digelar secara hibrida atau campuran tahun ini. Festival tersebut melibatkan seniman dari beragam daerah Nusantara dan beberapa negara.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pergelaran seni topeng International Mask Festival 2021 kembali diselenggarakan di Surakarta, Jawa Tengah, pada 11-12 Juni 2021. Pemahaman tentang keragaman budaya diharapkan tercapai dengan pelibatan seniman dari luar daerah dan mancanegara.
International Mask Festival (IMF) diadakan setiap tahun sejak 2014 di Surakarta. Pada 2020, IMF diadakan secara daring untuk pertama kali karena pandemi Covid-19. IMF tahun ini berlangsung secara hibrida, yaitu campuran tatap muka dengan daring. Festival dapat disaksikan di kanal Youtube SIPA Festival.
Chief Executive IMF Mimi Zulaikha pada Jumat (11/6/2021) mengatakan, IMF beradaptasi dengan pandemi melalui teknologi. Dengan siaran daring, jangkauan penonton menjadi lebih luas. Berdasarkan catatan kanal Youtube SIPA Festival, IMF 2020 yang berlangsung dua hari telah ditonton 13.300 kali.
Seniman dari sejumlah daerah dilibatkan dalam perhelatan ini, antara lain dari Jakarta, Yogyakarta, Kutai Kartanegara, Pacitan, Pulau Bintan, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Ada pula seniman mancangerara, yakni dari Malaysia, Filipina, Perancis, Korea Selatan, dan Vietnam.
”IMF tahun ini merupakan diplomasi budaya antarmasyarakat sekaligus promosi pariwisata Solo jangka panjang. Kegiatan ini juga bertujuan merajut harmoni dalam keberagaman topeng di dunia lewat seni pertunjukan,” kata Mimi secara daring.
Menurut Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, pandemi mendorong para seniman menyesuaikan diri dengan keterbatasan akibat pandemi. Pertunjukan daring diharapkan membuka kesempatan bagi publik untuk mengakses seni.
Selain pertunjukan seni, IMF juga bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, dan menegah (UMKM) lokal untuk menjual produk secara daring selama festival. Topeng-topeng yang dijual antara lain topeng panji, naga, dan sekartaji. Kisaran harganya dari ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah.
Pemulihan
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kementerian Pariwista dan Ekonomi Kreatif Rizki Handayani Mustafa mendukung festival ini. Menurut dia, penyelenggaraan acara bisa mendorong pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Menurut catatan Koalisi Seni pada 31 Maret 2020 hingga 8 April 2020, ada 204 acara seni yang ditunda atau dibatalkan karena pandemi. Acara yang terdampak mencakup produksi, rilis, dan festival film (24 acara); konser, tur, dan festival musik (107 acara); pameran dan museum seni rupa (20 acara); pertunjukan tari (9 acara); acara sastra (92 acara); serta pentas teater, pantomim, wayang, boneka, dan dongeng (42 acara).
Seiring berjalannya waktu, pertunjukan seni mulai bergeliat kembali dengan sejumlah penyesuaian. Pada April 2021, Dinas Kebudayaan Surakarta menggelar Solo Menari 2021 untuk memeringati Hari Tari Sedunia.
Bila biasanya Solo Menari melibatkan ribuan orang di satu lokasi, Solo Menari 2021 diadakan berbeda. Para penari yang tersebar di lokasi berbeda menari secara serentak dengan bantuan teknologi konferensi video (Kompas.id, 2/5/2021).
IMF tahun ini merupakan diplomasi budaya antarmasyarakat sekaligus promosi pariwisata Solo jangka panjang. Kegiatan ini juga bertujuan merajut harmoni dalam keberagaman topeng di dunia lewat seni pertunjukan.
Rizki mengatakan, industri pariwisata dan ekonomi kreatif perlu menyesuaikan diri dengan menerapkan prinisip kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan keberlanjutan lingkungan (CHSE). Para pemangku kepentingan, seperti seniman, komunitas, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat, mesti berkolaborasi untuk mendukung pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
”Solo punya potensi wisata budaya dan UMKM yang sangat besar untuk mendukung kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif selama pandemi. Seluruh pemangku kepentingan agar bekerja sama menerapkan strategi inovasi, adaptasi, dan kolaborasi dalam setiap acaram,” ucap Rizki.