Peringatan dari Kluster Sekolah Berasrama di Padang Panjang
Kluster penularan Covid-19 di SMA 1 Padang Panjang, Sumatera Barat, menjadi peringatan akan pentingnya protokol kesehatan yang ketat dalam menggelar pembelajaran tatap muka. Sedikitnya 27 siswa di sana terpapar Covid-19.
Oleh
YOLA SASTRA/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/KORNELIS KEWA AMA/SEKAR GANDAWANGI
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Sedikitnya 27 siswa SMA 1 Padang Panjang, Sumatera Barat, dinyatakan positif Covid-19 dengan kondisi tanpa gejala. Sebagian besar siswa diisolasi di asrama sekolah, sedangkan siswa lain yang negatif Covid-19 dipulangkan.
Kepala SMA 1 Padang Panjang Sefriadi, Senin (7/6/2021), mengatakan, kasus Covid-19 pertama kali ditemukan pada 21 Mei 2021, sebelum pembelajaran tatap muka dimulai pada 24 Mei 2021. Dari hasil penelusuran kontak erat, ditemukan kasus-kasus berikutnya hingga mencapai 27 siswa.
”Empat siswa dibawa pulang orangtua mereka. Siswa lainnya menjalani isolasi di asrama sekolah. Besok ratusan siswa asrama putri dan guru menjalani tes usap,” kata Sefriadi.
Ia menambahkan, sejauh ini kondisi siswa yang diisolasi relatif baik, tidak ada keluhan yang mengkhawatirkan. Atas kejadian ini, kegiatan pembelajaran tatap muka dihentikan sementara dan dialihkan ke daring. Ujian akhir semester yang dilaksanakan dalam waktu dekat juga digelar secara daring.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Padang Panjang Nuryanuwar mengatakan, temuan kasus Covid-19 di SMA 1 Padang Panjang merupakan hasil penapisan. Kebijakan di Padang Panjang mewajibkan sekolah berasrama melakukan tes Covid-19 bagi siswa sebelum memulai sekolah tatap muka.
”Virus Covid-19 kemungkinan dibawa sejumlah siswa dari kampung lalu menularkan ke siswa lain di asrama. Semua siswa yang positif dari asrama putra,” katanya.
Sebelum kasus ini, kluster Covid-19 di sekolah berasrama di Padang Panjang pernah ditemukan di Pondok Pesantren Perguruan Diniyyah Putri dan SMA 1 Sumbar. Di Pondok Pesantren Perguruan Diniyyah Putri pada November 2020, ada 135 siswa tingkat SMP dan SMA yang terpapar Covid-19. Adapun di SMA 1 Sumbar pada Maret 2021, ada 61 siswa (versi sekolah 58 siswa) yang dinyatakan positif Covid-19.
Virus Covid-19 kemungkinan dibawa sejumlah siswa dari kampung lalu menularkan ke siswa lain di asrama. Semua siswa yang positif dari asrama putra. (Nuryanuwar)
Ia pun mengimbau masyarakat, termasuk siswa dan guru, agar tetap mematuhi protokol kesehatan. Apalagi, beberapa bulan terakhir kasus Covid-19 di berbagai kabupaten/kota di Sumbar terus meningkat signifikan.
Di Jawa Barat, simulasi pembelajaran tatap muka terbatas di Kota Bandung dilaksanakan kemarin hingga dua pekan ke depan. Dinamika kasus Covid-19 di Kota Bandung menjadi pertimbangan untuk tetap melanjutkan atau menunda pembelajaran tatap muka.
Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, simulasi dilaksanakan 330 sekolah di 30 kecamatan. Sekolah itu dianggap layak untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas dari total 3.523 sekolah di Bandung.
”Sekolah diminta konsisten melaksanakan simulasi. Jika ada yang tidak layak, akan gugur,” ujarnya.
Ema menambahkan, pihaknya akan mempertimbangkan penundaan pembelajaran tatap muka jika ada lonjakan kasus di Kota Bandung. Kesehatan dan keselamatan siswa serta tenaga pengajar menjadi yang utama.
Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar) pada Senin (7/6/2021) pukul 18.00, jumlah kasus Covid-19 di Kota Bandung mencapai 20.325 orang. Peningkatan kasus harian pun cukup tinggi. Rata-rata temuan kasus harian selama tujuh hari terakhir ada 74 kasus.
Kondisi ini disinyalir berdampak pada partisipasi siswa dalam melaksanakan simulasi. SMAN 22 Bandung, misalnya, dari 100 siswa yang bersedia menghadiri simulasi hari pertama, hanya seorang siswa yang melaksanakan pembelajaran tatap muka di sana.
Pemerintah Kota Bandung akan mempertimbangkan penundaan pembelajaran tatap muka jika ada lonjakan kasus di Kota Bandung. Kesehatan dan keselamatan siswa serta tenaga pengajar menjadi yang utama. (Ema Sumarna)
”Untuk percobaan pertama, kami memang menyebarkan formulir kesediaan hadir untuk siswa kelas X dan ada 100 orang yang menyetujui. Namun, yang datang cuma satu orang. Kami tetap mengadakan simulasi dan nanti akan ada rapat daring lagi kepada orangtua untuk meyakinkan mereka bahwa sekolah telah siap untuk tatap muka terbatas,” kata Kepala SMAN 22 Bandung Hadili.
Kepala SD Santo Yusup Kota Bandung Yohana Dhita mengatakan, pihaknya menggelar pembelajaran daring dan luring. Guru tetap memberikan pembelajaran dengan video streaming di dalam kelas sehingga siswa yang memilih belajar daring tetap terlayani.
Sementara itu, Pemerintah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, berencana menggelar pembelajaran tatap muka mulai 1 Juli 2021. Hal itu hanya berlaku pada sekolah yang siap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Persentase kematian
Di Jakarta, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti merekomendasikan, wilayah dengan angka kepositifan atau tingkat penularan Covid-19 di atas 5 persen agar tidak menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Ini sesuai angka kasus positif ideal yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Adapun wilayah yang persentase kasus positifnya nol didorong menggelar pembelajaran tatap muka, khususnya daerah yang terkendala pembelajaran jarak jauh.
Kematian di atas 3 persen itu luar biasa tinggi. Ada daerah di Indonesia yang angkanya di atas itu, tetapi masih termasuk zona kuning. Ini karena ada data yang tidak sinkron. Jadi, jangan andalkan zona warna karena bisa memberi rasa aman semu. (Elina Ciptadi)
Koordinator Sukarelawan Kawal Covid19 Elina Ciptadi mengatakan, publik dapat mengacu data kematian akibat Covid-19 di daerahnya. Persentase kematian di atas 1 persen dinilai tinggi sehingga pembelajaran berisiko.
”Kematian di atas 3 persen itu luar biasa tinggi. Ada daerah di Indonesia yang angkanya di atas itu, tetapi masih termasuk zona kuning. Ini karena ada data yang tidak sinkron. Jadi, jangan andalkan zona warna karena bisa memberi rasa aman semu,” kata Elina.
Menurut Direktur Sekolah Menengah Pertama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Mulyatsyah, panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi telah disusun Kemendikbud Ristek. Panduan itu bisa disesuaikan dengan kondisi setiap daerah.
”PTM (pembelajaran tatap muka) tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan semua pihak. Ini butuh keterlibatan orangtua, guru, pemda, hingga pemerintah pusat,” kata Mulyatsyah.