Semua pihak harus memiliki aksi nyata untuk melawan diskriminasi dan menghindari adanya pihak-pihak yang termarjinalkan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Generasi muda Indonesia harus secara sadar mendorong diri sendiri untuk “naik kelas” dalam bertoleransi. Tumbuhnya sikap toleran dari generasi muda menjadi kontribusi dalam mewujudkan Indonesia yang inklusif dan damai dalam keberagaman.
Di webinar bertajuk Gue Udah Toleran, Belum Sih? yang digelar Univeler Indonesia, Toleransi.id, dan IDN Media memperingati Hari Lahir Pancasila 2021, Ayu Kartika Dewi, Staf Khusus Presiden RI dan Co-Founder Tolernasi.id mengatakan, tingkatan bertoleransi dimulai dari membiarkan perbedaan, lalu menerima perbedaan, merayakan perbedaan, dan melindungi perbedaan.
Kalau kita hanya terus di level pertama yang membiarkan perbedaan, enggak apa-apa beda asal enggak mengganggu saya, sayang banget. Kita bisa belajar untuk naik kelas dalam bertoleransi untuk menjaga Indonesia yang beragam ini.(Ayu Kartika Dewi)
“Kalau kita hanya terus di level pertama yang membiarkan perbedaan, enggak apa-apa beda asal enggak mengganggu saya, sayang banget. Kita bisa belajar untuk naik kelas dalam bertoleransi untuk menjaga Indonesia yang beragam ini,” kata Ayu.
Menurut Ayu, modal dasar yang dibutuhkan generasi muda untuk untuk mampu bersikap toleran yakni harus memiliki pemikiran kritis sehingga tidak mudah terpengaruh atau larut dalam misinformasi yang belum jelas kebenaraannya. Selain itu, generasi muda perlu memiliki rasa empati yang hanya bisa didapat jika mereka melakukan interaksi langsung dengan orang –orang yang berbeda dengan dirinya.
Hernie Raharja, Chairman of Equality, Diversity and Inclusion Board Unilever Indonesia mengatakan, peringatan Hari Pancasila tahun ini yang bertema Pancasila dalam Tindakan, bersatu untuk Indonesia Tangguh, hanya dapat terwujud dalam dunia yang lebih toleran dan inklusif, menerima perbedaan dan persamaan untuk dijadikan kekuatan. Semua pihak harus memiliki aksi nyata untuk melawan diskriminasi dan menghindari adanya pihak-pihak yang termarjinalkan.
Menurut Hernie, mengembangkan sikap toleransi juga dilakukan dunia korporasi. “Dengan menerima perbedaan jadi lebih bisa kolaboratif. Banyak sikap toleransi yang dilatih, supaya tidak mendasarkan pada stereotip, tapi mau saling mengenal, lalu menerima perbedaan, sehingga bisa bekerja sama dengan baik,” kata Hernie.
Menurut Hernie, Unilever Indonesia punya komitmen untuk mewujudkan kesetaraan jender, kesetaraan untuk penyandang disabilitas, serta penghapusan diskriminasi dan stigma. “Bahkan kami mau meningkatkan keberagaman dalam iklan yang lebih merepresentasikan Indonesia yang beragam,” kata Hernie.
Sementara itu, Sutradara dan Penulis Skenario Naya Anindita menyuarakan keberagaman dan iklusivitas melalui karya-karyanya. Lewat tayangan Imperfect-The Series, Naya menyampaikan pesan untuk menerima kecantikan perempuan tidak hanya berdasarkan standar umum.
Kearifan Lokal
Secara terpisah melalui acara halal bihalal virtual bertajuk Menjalin Silaturahmi dalam Bingkai Kehidupan Orang Basudara yang diikuti 14 komunitas di Maluku, Minggu kemarin, anak-anak muda yang berbeda agama dan pulau diajak untuk meresapi kearifan lokal yang dimiliki daerah ini dalam menjaga perdamaian. Halal Bihalal untuk merayakan Idul Fitri, dirayakan bersama anak-anak muda dan para mama yang beragama Muslim maupun Kristen dari pulau yang berbeda-beda. Acara ini digelar Yayasan Cahaya Guru dan Lingkar Pemberdayaan Perempuan dan Anak Maluku
Panitia Halal Bihalal Mba Bai mengatakan, kehidupan persaudaran di Maluku berdasarkan penerimaan pada kemajemukan. Ada tradisi Pela Gandong yang menerima perbedaan dari saudara Muslim dan Kristen. “Nilai-nilai kearifan lokall Pela Gandong di Maluku ini harus dilestarikan dan diinternalisasikan untuk menumbuhkan toleransi sejak anak-anak,” ujar Mba Bai.
Menurut Mba Bai, tradisi Pela Gandong membuat kebersamaan antara sesama Muslim-Kristen berjalan harmonis, bekerja sama dan bersilaturahmi dari membangun tempat ibadah dan pertemuan. Tradisi Pela Gandong menjadi modalitas bagi masyarakat Maluku untuk menguatkan toleransi dalam keberagaman.