Pemerintah melakukan perubahan jenjang pendidikan vokasi untuk menjawab kebutuhan dari sisi peserta didik agar meraih kesempatan yang sama dalam mengembangkan karier.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberlanjutan lulusan vokasi dari jenjang pendidikan menengah ke pendidikan tinggi vokasi disinergikan untuk memperkuat kompetensi dan peningkatan karier lulusan SMK. Ini adalah peluang untuk memperkuat kembali link and match instusi pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan industri agar memiliki kerja sama yang saling menguntungkan.
Melalui kebijakan Kampus Merdeka Vokasi, transformasi pendidikan vokasi dilakukan dengan memperkuat peningkatan kualitas pendidikan vokasi dari jenjang menengah hingga sarjana terapan serta riset terapan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengucurkan dana sekitar Rp 270 miliar untuk mewujudkan Kampus Merdeka Vokasi tahun 2021, dengan syarat adanya kemitraan nyata pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan industri (DUDI).
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek Wikan Sakarinto dalam acara Bincang Pendidikan Merdeka Belajar Episode 11, Kamis (27/5/2021), mengatakan, sinergi antarpendidikan vokasi diwujudkan dengan mendorong program SMK-diploma dua jalur cepat (fast-track) dan meningkatkan jenjang diploma tiga ke diploma empat (sarjana terapan). Lalu, ada program dana padanan (matching fund) agar pendidikan tinggi vokasi bisa menghasilkan riset-riset terapan yang berpotensi dihilirisasi atau dikomersialisasikan DUDI, serta membangun usaha rintisan (start up).
Jika SMK-diploma dua jalur cepat berhasil, makin banyak lulusan vokasi SMK yang bekerja, melanjutkan kuliah, atau berwirausaha. Beragam pilihan ini akan mengurangi angka pengangguran lulusan SMK.
”Jika SMK-diploma dua jalur cepat berhasil, makin banyak lulusan vokasi SMK yang bekerja, melanjutkan kuliah, atau berwirausaha. Beragam pilihan ini akan mengurangi angka pengangguran lulusan SMK,” ujar Wikan.
Perubahan dalam jenjang pendidikan vokasi ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan dari sisi peserta didik agar meraih kesempatan yang sama dalam mengembangkan karier. Bagi DUDI, ada kebutuhan mendapatkan tenaga kerja terampil dan profesional sebagai teknisi ahli, operator ahli, hingga manajer/supervisor. Kebutuhan untuk jenjang diploma dua dan sarjana terapan justru tinggi.
Dalam acara peluncuran Merdeka Belajar Episode 11: Kampus Merdeka Vokasi, Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim mengatakan, muncul paradigma bahwa lulusan perguruan tinggi (PT) vokasi tidak mendapat kesempatan sama dibandingkan lulusan dari PT akademik. ”Kekeliruan dalam memandang pendidikan vokasi ini harus dikoreksi. Kita harus membuat lulusan PT vokasi jauh lebih produktif dan kompetitif,” ujar Nadiem.
Kenyataan yang lain adalah lulusan pendidikan vokasi dari SMK untuk naik ke jenjang diploma tidak ada pengakuan hasil belajar di jenjang sebelumnya. Lewat program SMK-diploma dua jalur cepat, institusi SMK dan PT vokasi bekerja sama dan bermitra dengan industri. Nantinya lulusan SMK bisa ke diploma dua, tetapi hanya satu semester teori, lalu dua semester berikutnya magang industri dengan total masa pendidikan sekitar 4,5 tahun.
Ada pula dorongan bagi diploma tiga berubah menjadi diploma empat untuk meningkatkan lulusan vokasi agar setara dengan sarjana. Selama ini, lulusan diploma tiga yang ingin meningkatkan karier terpaksa melanjutkan kuliah ke jenjang strata satu akademik dengan waktu lebih lama karena hasil belajar sebelumnya tidak selalu diakui. Dengan demikian, dalam waktu empat tahun, lulusan vokasi di diploma empat sudah bisa menyandang gelar sarjana terapan yang dibutuhkan industri untuk level supervisor hingga manajer.
Executive Vice President Talent Development PT PLN (Persero) Daru Tri Tjahjono menyambut baik transformasi pendidikan vokasi karena memang hal tersebut dibutuhkan DUDI. PLN bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi untuk menghasilkan sarjana terapan guna mengisi berbagai posisi di perusahaan ini. Selain itu, PLN juga menerima mahasiswa magang bersertifikat.
Menurut Daru, penguatan pendidikan vokasi untuk menghasilkan lulusan yang terampil dan memiliki sikap siap bekerja membantu DUDI untuk tidak menghabiskan waktu dan biaya mendidik ulang tenaga kerja baru di perusahaan. Dalam kemitraan PLN bersama PT vokasi, dukungan diberikan dengan mengirimkan para ahli untuk memberi kuliah dan saat program magang di perusahaan ada mentor yang mendampingi mahasiswa.
”Kemitraan dengan berbagai PT vokasi sejak 2013 dan program menerima mahasiswa magang bukan hanya untuk kebutuhan tenaga kerja di PLN. Ada anak perusahaan PLN dan perusahaan listrik lain yang juga membutuhkan lulusan yang punya keahlian sesuai. Jadi, (ini) memberi peluang anak-anak muda untuk mendapatkan pekerjaan karena sudah siap bekerja,” katanya.
Permintaan tinggi
Wakil Direktur IV Kerja Sama Politeknik Negeri Bali I Wayan Arya mengatakan, integrasi pendidikan vokasi di jenjang menengah dan tinggi memberi kepastian untuk layanan pendidikan vokasi. Selama ini masih terpisah-pisah, tetapi kita mendorong sinergi SMK, PT vokasi, dan DUDI sehingga semakin menghasilkan lulusan yang terampil, matang, dan siap kerja.
Wayan menyebutkan, Politeknik Negeri Bali sudah bermitra dengan hotel-hotel ternama di Bali untuk memenuhi tenaga kerja perhotelan. Ada kebutuhan besar dari DUDI untuk mendapatkan tenaga kerja dengan kemampuan lulusan diploma dua perhotelan, tetapi jumlahnya terbatas dan menunggu waktu lama.
”Program SMK-diploma dua fast-track menjadi wadah integrasi serumpun dari SMK ke jenjang lebih tinggi. Bagi kami di pendidikan tinggi vokasi, diploma dua fast-track ini jadi kesempatan untuk berkolaborasi dengan industri karena memiliki keahlian. Peserta didik dari SMK dan diploma dua sudah ditangani dari tingkat SMK dan dilanjutkan di kampus dan industri. Dari waktu yang normalnya 10 semester bisa sembilan semester, bahkan delapan semester,” kata Wayan.
Sementara itu, Dekan Sekolah Vokasi IPB University Arief Daryanto mengatakan, program peningkatan diploma tiga menjadi diploma empat saat ini masih pilihan. Untuk IPB University yang memiliki program multistrata, termasuk ada program sekolah vokasi, perubahan harus dipikirkan secara matang supaya ada perbedaan yang kuat antara lulusan diploma empat/strata satu terapan dan strata satu reguler.
”Vokasi itu, kan, cirinya praktik dan lulusannya harus benar-benar siap kerja. Kemitraan dengan DUDI harus saling menguntungkan. Kami juga menyambut baik ada dana padanan atau matching fund untuk riset terapan yang memang harus juga dilakukan sekolah vokasi untuk menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi DUDI,” ujar Arief.
Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Kemendikbud Ristek Beny Bandanadjaya mengatakan, program peningkatan pendidikan vokasi SMK-diploma dua fast-track ataupun diploma tiga menjadi diploma empat diminati. Dari survei awal yang dilakukan, program SMK-diploma dua fast-track disambut 31 program studi dan 77 perusahaan. Adapun peningkatan diploma tiga ke diploma empat diminati sekitar 500 PTN dan PTS vokasi. ”Tapi, nanti harus tetap dipilih yang memenuhi syarat karena kita menghasilkan lulusan vokasi dalam waktu yang cepat, namun tetap berkualitas,” ujar Beny.