Kaum perempuan masih mengalami diskriminasi di berbagai sektor kehidupan. Meski demikian, perempuan memiliki peran dan kekuatan untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kaum perempuan Indonesia perlu terlibat aktif dalam memperkuat persatuan dalam keberagaman. Hal itu bisa dilakukan dengan menjadi sosok teladan dalam perdamaian, pendidikan karakter berbasis nilai Pancasila, serta penopang pelestarian adat dan budaya luhur.
Peran perempuan Indonesia yang strategis dalam pembangunan mengemuka dalam dialog virtual bertajuk ”Refleksi Kebangkitan Nasional dengan Menakar Peran Perempuan dalam Pembangunan”, Rabu (26/5/2021), di Jakarta.
Dialog virtual itu merupakan kerja sama Puan Hayati Pusat dan Direktorat Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Acara tersebut sekaligus untuk merayakan ulang tahun ke-4 organisasi kemasyarakatan Perempuan Penghayat Indonesia (Puan Hayati).
Ketua Puan Hayati Pusat Dian Jennie Cahyawati mengatakan, akhir-akhir ini perempuan menjadi sasaran strategis dilibatkan dalam terorisme dan radikalisme. Untuk itu, kekuatan perempuan harus bisa digerakkan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. ”Perempuan bisa jadi basis budaya, agen perubahan, dan agen perdamaian,” kata Dian.
Ketua Umum Perempuan Aliansi Masyarakat Adat Nusatantara (AMAN) Devi Anggraini mengatakan, meski hak-hak perempuan, termasuk dalam masyarakat adat, belum sepenuhnya dilindungi negara, para perempuan tak berhenti berjuang. Pembangunan harus ramah terhadap perempuan yang menopang pengetahuan berkelanjutan antargenerasi untuk membawa kehidupan ke arah yang lebih baik.
”Perempuan dalam kelompok masyarakat berperan kunci dalam kehidupan harian keluarga, kampung, berbangsa. Namun, sering kali kehidupan perempuan dipandang sebagai ranah domestik, sebagai ruang tidak politis, remeh-temeh, atau distigma. Jadi, dianggap ruang tidak penting. Padahal, banyak aktivitas ruang yang dikelola perempuan dengan pengetahuan untuk kemandirian dan mempengaruhi kehidupan lebih besar,” papar Devi.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Direktorat Jenderal Kebudayaan Samsul Hadi mengatakan, perempuan strategis dalam pelestarian dan pemajuan budaya. Perempuan pun didorong untuk mengangkat ekonomi kerakyatan.
Pendidikan keluarga
Direktur Indonesian Conference on Religion and Peace Musdah Mulia mengatakan, perempuan dapat berperan terdepan untuk membuat perdamaian menjadi impian mayoritas umat manusia. ”Kalau bermimpi perdamaian, akan terus dijaga dan tidak dirusak. Berjihad untuk merajut perdamaian,” kata Musdah.
Perdamaian dan toleransi, menurut Musdah, semakin penting. Kedua hal ini dibangun lewat pendidikan dalam arti seluas-luasnya, lewat sistemik dan terogransiasi. ”Terutama dalam keluarga untuk menanamkan nilai-nilai cinta damai. Ibu menjadi inisator,” ucapnya.
Perempuan punya peran mengajak berpaling kembali pada Pancasila, yakni spiritualitas Pancasila dan karakter, untuk menjadi model bagi anak-anak dan lingkungan.
Musdah mengaku prihatin dengan Pancasila yang implementasinya tidak dikembangkan secara baik dalam kehidupan. Akibatnya, prinsip penghargaan terhadap semua manusia, termasuk jender, tidak baik. Banyak aturan daerah yang diskriminatif terhadap perempuan dan masyarakat adat.
Sementara itu, Direktur Institut Sarinah Eva K Sundari mengatakan, perempuan dapat menjaga karakter dan identitas keindonesiaan yang menghadapi tantangan. Perempuan harus yakin untuk menguatkan karakter anak-anak bangsa dengan merujuk pada Pancasila.
”Pancasila membuka pikiran, hati, dan niat untuk kemajuan. Jadi, perempuan punya peran mengajak berpaling kembali pada Pancasila, yakni spiritualitas Pancasila dan karakter yang dibekalkan pada diri sendiri untuk jadi model bagi anak-anak dan lingkungan,” papar Eva.
Guru Besar Sosiologi Hukum dari Universita Parahyangan Wila Chandrawila Supriadi menambahkan, kaum perempuan dan pelestarian budaya leluhur begitu erat. Budaya leluhur gotong royong hidup di dalam masyarakat adat, kemudian menjadi budaya Indonesia.
”Kita bisa mendorong agar perempuan selalu berkontribusi melestarikan dan mewariskan budaya luhur bangsa, yang intinya gotong royong, kepada generasi penerus,” ujar Wila.