Para pegiat literasi bersiasat agar tetap bisa beraktivitas selama pandemi Covid-19. Mereka berharap minat baca masyarakat tidak surut.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menyebabkan kegiatan para pegiat dan komunitas literasi berhenti sesaat. Berbagai siasat pun dilakukan agar upaya meningkatkan minat baca dan literasi masyarakat tetap berjalan.
Hal ini dialami komunitas Literaksi Pop. Komunitas ini biasanya menyediakan perpustakaan jalanan di Taman Suropati, Jakarta Pusat, setiap Sabtu dan Minggu sore. Namun, kegiatan itu dihentikan selama pandemi.
”Kami break (berhenti) untuk sementara waktu sampai pandemi selesai. Ada program-program kami yang terhambat, salah satunya pemberdayaan masyarakat di Kebon Pala, Jakarta Timur,” kata sukarelawan Literaksi Pop, Agam (24), saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (25/5/2021).
Kendati demikian, upaya menyediakan buku bacaan bagi masyarakat tetap dilakukan. Literaksi Pop menyediakan buku digital yang bisa diakses melalui tautan Google Drive.
Tautan tersebut bisa ditemukan di akun Instagram mereka. Buku digital itu berasal dari berbagai sumber, termasuk koleksi teman-teman Literaksi Pop.
Sukarelawan komunitas Motor Literasi (Moli), Firman Hadiansyah, mengatakan, kegiatan membagikan buku ke taman-taman bacaan masyarakat tidak lagi sesering sebelum pandemi. Moli kemudian mencoba jemput bola dengan mendatangi rumah orang-orang yang berminat membaca buku. Namun, sambutan warga tidak terlalu positif.
Mungkin karena ini sedang pandemi, bukan karena (kurangnya) minat baca. Mereka ragu apa buku itu steril (dari virus) atau tidak. (Firman Hadiansyah)
”Mungkin karena ini sedang pandemi, bukan karena (kurangnya) minat baca. Mereka ragu apa buku itu steril (dari virus) atau tidak,” ucap Firman yang pernah menjadi Ketua Umum Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM).
Menurut Firman, kegiatan sejumlah TBM di Banten pun berhenti total akibat pandemi. Warga yang ingin membaca disarankan mengakses perpustakaan kota atau provinsi yang menyediakan layanan digital.
Kegiatan literasi di sejumlah TBM mulai dilakukan lagi secara terbatas. Protokol kesehatan pun diterapkan. Warga yang hendak meminjam buku ke TBM diwajibkan mengenakan masker. Buku-buku juga disemprot disinfektan secara berkala.
”Donasi dan distribusi buku sempat terhambat karena pandemi. Melalui program donasi sejuta buku di Festival Hari Buku Nasional besok, kami mencoba mengumpulkan buku-buku untuk didonasikan nanti ke TBM seluruh Banten,” ucap Firman.
Layanan perpustakaan di sejumlah daerah pun sudah dibuka kembali dengan pembatasan, misalnya di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Kepala Seksi Akuisisi, Pengolahan, dan Layanan Pustaka Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan Junaenah mengatakan, layanan kunjungan anak di perpustakaan kota sudah beroperasi lagi. Sebelumnya, layanan itu ditutup karena pandemi.
”Layanan kunjungan anak sudah kami perbolehkan. Tapi, itu hanya untuk kunjungan anak yang didampingi orangtua atau wali. Waktu kunjungan maksimal dua jam per anak atau per keluarga. Kunjungan kelompok belum diperbolehkan karena ada potensi kerumunan,” kata Junaenah melalui keterangan tertulis.
Untuk mengatasi keterbatasan akses bacaan akibat pandemi, perpustakaan didorong untuk melakukan digitalisasi. Menurut Kepala Pengembangan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Khusus Upriyadi, perpustakaan perlu beradaptasi agar publik bisa segera mengakses layanan. Adapun koleksi Perpustakaan Nasional bisa diakses publik melalui aplikasi iPusnas di ponsel pintar.
”Pengembangan koleksi tetap harus dilakukan. Saya harap layanan perpustakaan menjadi lebih baik dan bermanfaat untuk masyarakat,” katanya.