Menata Kembali Entri Positif Perempuan di ”Kamus Besar Bahasa Indonesia”
Cara pandang masyarakat terhadap perempuan yang masih dipengaruhi oleh budaya patriarki membuat posisi perempuan sering dipandang lebih rendah daripada laki-laki.
Cara pandang masyarakat terhadap perempuan masih diwarnai dengan stigmatisasi. Bahkan, sejumlah stereotip masih melekat pada perempuan. Namun, di sisi lain, kesadaran untuk meningkatkan penghormatan dan perlindungan terhadap perempuan terus tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat.
Kesadaran tersebut juga untuk mengikis dan menghapus cara pandang negatif terhadap perempuan dan akan mendorong pandangan positif terhadap perempuan. Kontribusi dan peran perempuan yang semakin besar di berbagai bidang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mendorong pengakuan publik terhadap eksistensi perempuan.
Perhatian terhadap isu-isu yang terkait dengan perempuan pun menguat. Tak hanya gencar menyuarakan stop kekerasan terhadap perempuan, penggunaan bahasa yang terkait dengan perempuan pun kini tak luput dari perhatian publik. Salah satunya soal definisi perempuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) beberapa waktu lalu meminta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi agar memutakhirkan arti kata ”perempuan” di KBBI. Sebab, dalam KBBI V edisi cetak Pusat Bahasa, definisi kata perempuan maupun gabungan kata berinduk kata perempuan masih menaruh kata-kata yang berkonotasi negatif.
Sebagai contoh di gabungan kata tertulis antara lain ”perempuan geladak”, ”perempuan jahat”, ”perempuan jalanan”, ”perempuan jalang”, ”perempuan nakal”, dan seterusnya. Sementara definisi untuk laki-laki cenderung bernada positif. Di gabungan kata laki-laki hanya ada satu, yakni ”laki-laki jemputan” yang diartikan ”laki-laki yang dipilih dan diambil menjadi menantu”.
Baca juga: Pendidikan dan Pengajaran
Bagi Komnas Perempuan, bahasa termasuk dalam KBBI berperan penting dalam membangun nilai-nilai kesetaraan dan keadilan jender serta penghapusan kekerasan terhadap perempuan. ”Bahasa tidak bebas nilai, tetapi bagian dari budaya yang mengandung nilai-nilai tertentu dan turut membentuk pandangan dunia sesorang dan masyarakat,” ujar Rainy Hutabarat, salah satu komisioner Komnas Perempuan, Kamis (20/5/2021).
Terkait definisi perempuan dan gabungan kata tersebut, pada pertengahan April 2021, Komnas Perempuan ketika beraudiensi dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Ristek dan mendapat penjelasan terkait proses di KBBI.
Dari penjelasan Pemimpin Redaksi KBBI Daring Dora Amalia, KBBI dalam prosesnya menggunakan prinsip pengumpulan data corpus, yakni corpus-based atau corpus-driven lexicography. Artinya, penyusunan kamus menyandarkan pada corpus yang tersaji apa adanya dan frekuensi kemunculan yang tinggi menjadi salah satu syarat masuknya kata menjadi entri KBBI.
Dengan demikian, kamus merupakan rekaman penggunaan bahasa yang dapat menyajikan gambaran sosial yang tidak selalu berupa gambaran ideal. KBBI tidak menghilangkan entri beserta kelengkapannya yang sudah ada karena setiap entri mewakili fakta kebahasaan pada masanya, karena fungsi kamus historis.
Peluang kata baru
Dora mengungkapkan, KBBI Daring setiap tahun mengalami dua kali pemutakhiran data, yakni bulan April dan Oktober. Setiap kali ada perubahan, selalu ada penambahan kata-kata baru, termasuk perempuan, yakni bertambahnya kata-kata gabungan seperti perempuan adat, perempuan besi, perempuan idaman, perempuan karier, perempuan pekerja, perempuan suci, dan perempuan tangguh.
Soal kritik penyusunan KBBI tidak sensitif jender, Dora mengungkapkan, jika kata lama tentang perempuan masih dipertahankan itu semata-mata karena KBBI merupakan jenis prinsip historis.
”Dengan masuknya kata baru, berarti kata perempuan sudah sering disandingkan dengan makna berkonotasi positif. Kata yang lama dipertahanakan, tetapi ada cara menandainya kalau itu sudah lama. Kalau buka KBBI Daring ada tulisan ’ark’ itu artinya kata lama. Lalu di KBBI juga ada kolom untuk usulkan makna baru,” kata Dora.
Seiring munculnya fitur-fitur baru, maka berbagai usulan kata baru sangat terbuka untuk masuk. ”Jadi kami bukan tidak sensitif, tetapi ada proses seleksi terhadap entri baru yang masuk yang diusulkan. Setiap kali pemutakhiran, kami ada semacam lokakarya, ada saja pihak di luar badan bahasa yang kami panggil untuk ikut dalam lokakarya. Jadi bukan tidak mungkin Oktober nanti kami mengundang Komnas Perempuan,” kata Dora.
Bahkan, Dora mengungkap ada sejumlah kata terkait perempuan yang banyak dibicarakan masyarakat, seperti ”pelakor” yang berkonotasi negatif, yakni perebut laki orang, juga masuk dalam usulan di KBBI. Karena itulah, dia mengajak publik agar aktif memberikan usulan kata-kata positif.
Karena tugas kamus adalah rekam fakta kebahasaan, kami anjurkan dan mengimbau masyarakat untuk menggunakan kata-kata baik, yang berkonotasi positif, agar makin banyak kata muncul. (Dora Amalia)
”Karena tugas kamus adalah rekam fakta kebahasaan, kami anjurkan dan mengimbau masyarakat untuk menggunakan kata-kata baik, yang berkonotasi positif, agar makin banyak kata muncul,” tegas Dora.
Baca juga: Isme di KBBI
Seniman Ika Vantiani mengungkapkan sebagai perempuan pekerja seni, dia berharap agar definisi kata ”perempuan” di dalam KBBI bisa menjadi lebih inklusif lagi, di mana perempuan tidak hanya dilihat sebagai bagian dari sebuah proses reproduksi dan subordinat saja.
Namun, di saat yang sama, kamus sendiri adalah bentuk pendokumentasian/pencatatan kebahasan yang digunakan untuk membicarakan ”perempuan” artinya kamus bisa terus-menerus mengikuti perkembangan bagaimana perempuan dibahasakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
”Kamus bisa menjadi bagian dari upaya untuk memutakhirkan percakapan tentang perempuan dalam kehidupan kita di Indonesia,” kata Ika.
Sebagai seniman, menurut Ika, di dalam mengerjakan proyek (karya seninya) ”Perempuan Dalam Kamus Bahasa Indonesia” dia tidak membandingkan banyaknya konotasi negatif dalam kata ”perempuan” dibandingkan ”laki-laki” karena fokusnya memang hanya pada kata ”perempuan”-nya yang dipertanyakan kenapa dijelaskan seperti itu.
”Menurut saya pribadi, dengan atau tanpa adanya lelaki sekalipun perempuan adalah sosok yang mandiri, artinya kata ’perempuan’ itu sendiri mestinya juga mandiri tanpa harus selalu disandingkan dengan lelaki,” tegas Ika.
Terkait dengan KBBI, dari pengamatan Kompas, ternyata selain KBBI Daring resmi, yang dikelola oleh Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), lamannya adalah https://kbbi.kemdikbud.go.id, ternyata di internet ada juga KBBI daring tidak resmi, yakni laman https://kbbi.web.id.
Dan ini paling sering muncul. ”Kami sangat dirugikan karena informasinya sangat tertinggal dan yang diserang Kemendikbud Ristek,” kata Dora.
Beragam arti
Di laman KBBI Daring, ketika mencari perempuan, maka akan muncul kata ”pe.rem.pu.an” dengan tiga arti. Pertama, orang (manusia) yang mempunyai vagina, biasanya dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, atau menyusui; wanita; puan. Kedua, istri; bini. Ketiga, betina (khusus untuk hewan).
Selain itu, juga muncul kata turunan perempuan, yakni ke.pe.rem.pu.an yang berarti perihal perempuan dan juga kehormatan sebagai perempuan. Lalu ada gabungan kata yang berisi sejumlah gabungan kata yang terkait perempuan, yakni perempuan adat, perempuan besi, perempuan geladak, perempuan idaman, perempuan jahat, perempuan jalanan, perempuan jangak, perempuan karier, perempuan lacur, perempuan lecah, perempuan nakal, perempuan, pekerja, perempuan suci, dan perempuan tangguh.
Dari gabungan kata tersebut, ada delapan kata yang berarti negatif, yang sudah ada semenjak KBBI sebelumnya (sebelum revisi terakhir). Gabungan kata tersebut adalah perempuan geladak; perempuan jahat; perempuan jalanan; perempuan jalang; perempuan jangak; perempuan lacur; perempuan lecah; dan perempuan nakal.
Semua kata tersebut artinya negatif. Jika diklik ”perempuan geladak” muncul artinya perempuan pelacur, begitu seterusnya ”perempuan jahat” berarti perempuan nakal, ”perempuan jalanan” berarti pelacur. Kata gabungan ”perempuan jalang” berarti perempuan yang nakal dan liar yang suka melacurkan diri, serta diartikan sebagai pelacur; wanita tunasusila.
Adapun ”perempuan jangak” diartikan sebagai perempuan cabul, buruk kelakuannya, ”perempuan lacur” diartikan pelacur, wanita tunasusila. ”Perempuan lecah” diartikan sebagai pelacur perempuan dan ”perempuan nakal” diartikan sebagai perempuan (wanita) tunasusila; pelacur; dan sundal.
Di KBBI Daring terbaru ini, sudah ada gabungan kata perempuan yang bermakna positif, yakni perempuan adat, perempuan besi, perempuan idaman, perempuan karier, perempuan pekerja, perempuan suci, dan perempuan tangguh.
Perempuan adat dalam KBBI Daring berarti bagian dari komunitas adat yang berperan setara dengan kaum lelaki untuk menjaga tatanan hidup komunitas itu berdasarkan adat turun-temurun. Begitu juga perempuan besi yang berarti perempuan yang memiliki karakter, pendirian, dan kemauan kuat. Arti lain, perempuan atlet angkat besi, angkat beban, atau binaraga.
Perempuan karier (wanita karier), perempuan pekerja (perempuan yang bekerja di sektor publik atau sektor produktif), perempuan suci yakni perempuan yang menjaga kesucian dan kehormatannya, merupakan julukan untuk Maryam binti Imran (dalam Islam) atau Bunda Maria (dalam Kristen). Adapun perempuan tangguh berarti perempuan yang andal, kuat, tidak mudah putus asa, dan mampu bertahan dalam berbagai kondisi.
Kata terkait laki-laki
Sebenarnya, kata negatif yang terkait dengan laki-laki ada juga di KBBI Daring, hanya saja posisinya berdiri sendiri tidak bersanding dengan definisi laki-laki. Misalnya, kata ”buaya darat” yang di KBBI Daring artinya penjahat (pencuri, pencopet, dan sebagainya) dan penggemar perempuan.
Ada juga kata ”hidung belang” yang artinya laki-laki yang gemar mempermainkan perempuan, serta kata ”gigolo” yang berartilaki-laki bayaran yang dipelihara seorang wanita sebagai kekasih ataulaki-laki sewaan yang pekerjaannya menjadi pasangan berdansa.
Oleh karena itu, agar semakin banyak kata positif masuk di KBBI, maka peran publik pun sangat penting. Semakin banyak masukan kata positif untuk pemutakhiran arti kata atau penambahan entri di KBBI, tentu akan semakin baik. Kata negatif tentang perempuan pun akan semakin berkurang, berganti dengan kata positif.