Gotong Royong Hadirkan Inovasi dan Ide untuk Pendidikan Berkualitas
Mendikbudrisetek Nadiem Makarim mengatakan, dengan teknologi yang ada sekarang, kita harus makin kreatif dan kritis karena banyak peluang yang terbuka. Jangan sampai teknologi menurunkan minat belajar dan prestasi kita.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masa pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk membenahi berbagai persoalan pendidikan dan mengubah pola pikir dalam memajukan pendidikan. Inovasi dan ide kreatif dari pemerintah dan masyarakat dibutuhkan untuk membuat falsafah pendidikan Ki Hadjar Dewantara mewujudkan Merdeka Belajar tidak lagi sebagai slogan semata, tetapi dapat dirasakan dalam layanan pendidikan berkualitas bagi anak-anak bangsa.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim di acara pembukaan pameran virtual Hari Pendidikan Nasional 2021 yang digelar Kemendikbud Ristek, mulai Jumat (21/5/2021) hingga Minggu ini, mengatakan, masih banyak persoalan pendidikan yang harus diatasi secara gotong royong dengan ide dan inovasi bersama. Banyak anak usia sekolah yang tidak bisa menggapai cita-cita karena putus sekolah, akses pendidikan tidak merata, hingga belum merasakan belajar merdeka di kelas dan sekolah.
Nadiem menyebutkan, transformasi dalam bidang pendidikan salah satunya dioptimalkan dengan memanfaatkan teknologi digital untuk pendidikan. Seperti pameran Hardiknas 2021, bisa menyajikan pameran virtual dengan kebijakan dan capaian Merdeka Belajar hingga layanan pendidikan dari pemerintah. Masyarakat dapat mengakses pameran ini lewat gawai di laman www.pameranhardiknas.com.
Dengan teknologi yang ada sekarang, kita harus makin kreatif dan kritis karena banyak peluang yang terbuka. Jangan sampai teknologi menurunkan minat belajar dan prestasi kita. (Nadiem Makarim)
Di acara peluncuran Program Kita Harus Belajar (KI Hajar) 2021, Nadiem mengatakan, digitalisasi sekolah menjadi salah satu program prioritas untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar anak-anak Indonesia dengan memanfaatkan teknologi.
”Dengan teknologi yang ada sekarang, kita harus makin kreatif dan kritis karena banyak peluang yang terbuka. Jangan sampai teknologi menurunkan minat belajar dan prestasi kita,” ujar Nadiem.
Menurut Nadiem, teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan pembelajaran tatap muka dan interaksi langsung antara guru dengan murid. Namun, pemanfaatan teknologi dapat mengakselerasi transformasi pendidikan dan mendorong lompatan kemajuan, asal teknologi dimanfaatkan secara tepat sasaran dan cakap.
”Kecakapan digital bukan hanya berkaitan mampu menggunakan gawai, melainkan juga cerdas dan bijak dalam menggunakannya,” ujar Nadiem.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Kemendikbudristek Mohamad Hasan Chabibie mengatakan, Kemendikbudristek menyiapkan program Ki Hajar sejak 2006 sebagai wadah eksplorasi digital bagi siswa seluruh jenjang level pemanfaatan TIK berbasis sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM) untuk meningkatkan kemampuan litearsi, numerasi, pendayagunaan TIK, dan pendidikan karakter. Ki Hajar hadir untuk memberi ruang kemerdekaaan bagi siswa dan guru dalam proses belajar agar lebih menyenangkan dan maksimal.
Pendidik perlu mengemas pembelajaran yang sesuai karakteristik generasi milenial dengan memanfaatkan konten-konten lewat Televisi Edukasi, Radio Suara Edukasi, dan Rumah Belajar.
”Tahun lalu, lebih dari 65.000 siswa mendaftar. Tahun ini pendaftar program Ki Hajar ditargetkan lebih dari 70.000 siswa,” jelas Hasan.
Secara terpisah, Doni Koesoema, Pemerhati Pendidikan dan Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyampaikan, pendidikan tetap harus ditujukan untuk berpusat pada manusia sehingga mampu menumbuhkan segala potensi yang ada dalam diri tiap orang. Dengan demikian, pendidikan membantu siswa untuk menemukan kekuatan yang mendukung mereka meraih aspirasi dan cita-cita.
Karena itu, pendidikan seharusnya dijalankan dengan memberikan kepercayaan dan kebebasan untuk belajar serta memberikan kelenturan atau fleksibilitas. Meskipun pendidikan dipersonalisasi, tetaplah harus ditetapkan standar pembelajaran setinggi mungkin.
Kemajuan teknologi digital dalam pendidikan memberi ruang untuk mewujudkan pemerataan pendidikan berkualitas, termasuk menerapkan kurikulum terpersonalisasi yang mengakui keberagaman tiap individu.
”Dengan kemajuan teknologi saat ini, implementasi kurikulum terpersonalisasi tetap bisa dijalankan di tengah dominasi kurikulum massal,” ujar Doni.
Sayangnya, kata Doni, pendidikan yang sesuai tahapan perkembangan tiap anak untuk mencapai aspirasi dan cita-cita mereka belum dipahami dengan baik. Dalam pendidikan di Indonesia, mata pelajaran masih banyak serta asesmen yang masih seragam. Pendidikan dijalankan dengan semangat satu untuk semua atau one size for all.