Usai Polemik Kamus Sejarah, Kemendikbud Ristek Siapkan Ensiklopedia Sejarah RI
Kemendikbud Ristek berencana membuat "Ensiklopedia Sejarah Indonesia". Ini merupakan upaya menyempurnakan "Kamus Sejarah Indonesia" yang sebelumnya dikritik karena tidak mencantumkan nama pendiri NU, KH Hasyim Asy\'ari.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi berencana membuat Ensiklopedia Sejarah Indonesia yang disusun secara komprehensif selama beberapa tahun. Berbagai pihak akan dilibatkan dalam pembuatannya, termasuk akademisi, sejarawan, hingga organisasi masyarakat.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbud Ristek Restu Gunawan mengatakan, pembahasan tentang teknis pembuatan ensiklopedia masih berlangsung. Ia memperkirakan pengerjaan ensiklopedia berlangsung selama 3-5 tahun.
“Indonesia belum punya ensiklopedia sejarah sehingga ini momentum yang penting. Kami akan susun ensiklopedia yang memuat berbagai aspek sejarah Indonesia, disusun secara alfabetis, dan komprehensif,” kata Restu saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (18/5/2021).
Sebelumnya, Kemendikbud membuat Kamus Sejarah Indonesia Jilid I yang menuai kritik dari berbagai pihak. Alasannya karena nama dan jejak tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari tidak ada di kamus. Hal itu menimbulkan pertanyaan publik karena peran NU signifikan, baik pada masa perjuangan, hingga untuk perkembangan pendidikan dan kebudayaan Indonesia.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid pada April 2021 mengatakan, kamus tersebut tidak pernah diterbitkan secara resmi. Dokumen yang beredar di masyarakat merupakan salinan lunak (soft copy) naskah yang belum sempurna (Kompas, 28/4/2021).
Naskah tersebut, menurut Hilmar, tidak pernah dicetak dan diedarkan kepada masyarakat. Adapun naskah kamus disusun pada 2017, sebelum masa kepemimpinan Mendikbud Ristek Nadiem Makarim.
Restu menambahkan, selama proses penyusunan, ensiklopedia rencananya akan diuji publik setiap tahun. Publik dapat berpartisipasi dan memasukkan entri, namun warga yang punya latar belakang atau kompeten di bidang sejarah diutamakan. Mekanisme memasukkan entri masih dibahas.
“Entri akan disaring dan dikurasi agar tidak asal-asalan serta bisa dipertanggungjawabkan secara akademis. Dalam bayangan kami, akan ada sidang setiap tahun, seperti sidang redaksi, untuk melihat perkembangannya. Para pemangku kepentingan akan dilibatkan, termasuk organisasi masyarakat,” ucap Restu yang juga Sekretaris Jenderal Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI).
Begitu penyusunan rampung, ensiklopedia akan dirilis dalam bentuk salinan keras. Restu mengatakan, ensiklopedia itu akan jadi referensi pendidikan, pengetahuan, hingga referensi riset untuk publik.
Nadiem Makarim pada video yang diunggah di akun Instagram pada 21 April 2021 mengatakan, pihaknya sama sekali tidak berniat menghilangkan jejak sejarah. Peran KH Hasyim Asy’ari ia nilai signifikan buat perkembangan pendidikan dan kebudayaan bangsa. Ia telah meminta Direktorat Kebudayaan Kemendikbud Ristek untuk segera mengoreksi hal ini.
“Saya mohon doa restu agar kamus sejarah yang belum pernah dimiliki negara ini dapat kita lanjut sempurnakan bersama agar bermanfaat,” ucapnya.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini mengatakan, ia menyayangkan kealpaan nama tokoh penting yang berandil besar dalam perjuangan kemerdekaan negara. Namun, PBNU telah berdiskusi dengan Mendikbud Ristek. Mereka sepakat untuk merevisi kamus itu dengan melibatkan para pemangku kepentingan.
“Kami juga memberikan buku Ensiklopedia NU kepada Mendikbud sebagai salah satu bahan acuan dan referensi dalam merevisi kamus. Kami harap sejarah harus ditulis berdasarkan fakta. Ungkapan Bung Karno ialah ‘Jas Merah’, yaitu jangan sekali-kali melupakan sejarah,” ujarnya.
Menurut sejarawan Anhar Gonggong, Kemendikbud perlu membentuk tim yang memiliki kapasitas menyusun ensiklopedia sejarah. Pekerjaan rumah berikutnya ialah menentukan target pembaca ensiklopedia. Hal yang tak kalah penting adalah memilih peristiwa sejarah yang akan ditulis.
“Ini memang tidak mudah. Semua harus dilakukan berdasarkan pengetahuan sejarah. (Yang menulis) perlu menguasai betul peristiwa yang hendak ditulis,” tutur Anhar.
Pada Senin (10/5) lalu, Kemendikbud Ristek mengundang 80-an akademisi, sejarawan dan organisasi masyarakat dalam acara Curah Pikiran Bersama Ensiklopedia Sejarah Indonesia secara daring. Juru bicara NU, Imdadul Rahmat mengatakan, penulisan ensiklopedia diharapkan menerapkan prinsip kebersamaan atau gotong royong. "Ini bisa tegak jika kita semua berkomitmen untuk inklusif dan terbuka kepada semua kelompok dalam memberikan ruang dan rekognisi," kata dia.
Sementara itu, Prof Jajat Burhanuddin selaku pemantik diskusi mengatakan, ensiklopedia ini merupakan satu langkah penting untuk menampilkan sejarah Indonesia dalam format baru, memberi ruang partisipasi publik dan dirancang secara transparan.(SKA/ABK)