Pulau Bali adalah tempat yang istimewa. Pemandangan alamnya menakjubkan dan kehidupan warganya selalu menarik untuk disaksikan. Penduduk Bali sangat menghormati leluhur dan alam lingkungan. Mereka berinteraksi dengan dimensi lain dalam kehidupan mereka melalui banyak sekali acara tradisi. Upacara-upacara adat dilakukan sepanjang tahun dengan berbagai tujuan. Mereka melakukannya secara personal dan secara kolektif bersama orang lain, mulai secara bersama-sama seluruh pulau hingga hanya tingkat kampung. Banyak sekali acara adat yang terjadwal dan bisa diabadikan dengan perencanaan yang matang terlebih dahulu. Meski demikian, bisa saja kita mendapatkan foto kegiatan adat tanpa merencanakan sebelumnya.
Hari terakhir di tahun 2016, saya bersama Pak Ketut, staf rumah tangga Kantor Biro Kompas Bali, menuju ke kawasan Gunung Batur, Bali, untuk sebuah kepentingan pemotretan. Dari Denpasar, kami sengaja tidak melintasi jalan utama menuju ke tempat tujuan. Mobil yang kami tumpangi melintasi jalan-jalan penghubung antardesa dan kecamatan di pinggiran Kabupaten Gianyar. Pak Ketut sudah hafal rute ini. Di sepanjang perjalanan, lalu lintas relatif sepi dengan jalan yang lapang dan aspal yang mulus. Di dalam mobil yang melaju pelan, saya yang duduk di samping Pak Ketut menikmati pemandangan alam. Hamparan sawah yang menguning siap panen dengan pohon-pohon rindang di tepi jalan membuat perjalanan menjadi menyenangkan.
Saat melintas di Desa Suwat, kami melihat kerumunan warga. Dari kejauhan, saya melihat warga berbincang sambil menyunggi gentong air. Mereka berbaris panjang di jalanan kampung dan seperti telah siap melakukan pelajaran. Saya yang sudah memiliki janji memotret di kawasan Gunung Batur memutuskan untuk berhenti dan memotret acara tersebut. Dengan secepat yang saya bisa, saya membawa dua bodi kamera (satu bodi dilengkapi lensa lebar, bodi lainnya dengan lensa tele). Setengah berlari saya mencari sudut pengambilan foto. Saat itu, yang ada di kepala saya adalah bagaimana secepat mungkin mendapatkan momen tersebut.
