Berkebaya tidak perlu menunggu momen khusus. Mengenakan kebaya untuk aktivitas sehari-hari pun dapat dilakukan. Ini sebagai bagian pelestarian kebaya sebagai warisan budaya nasional.
Oleh
Mediana
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagai warisan budaya bangsa, pelestarian kebaya mesti didukung kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, pemerintah juga dapat melibatkan peran swasta.
Ketua Umum Perempuan Berkebaya Indonesia Rahmi Hidayati saat penutupan Kongres Berkebaya Nasional (KBN) 2021, Selasa (6/4/2021), di Jakarta, mengatakan, kebaya bisa menjadi pakaian sehari-hari, bukan sebatas busana nasional yang dipakai pada acara khusus. Oleh karena itu, butuh upaya-upaya sosialisasi dan afirmatif sehingga bisa mengubah persepsi publik.
Dukungan pemerintah bisa berupa peraturan daerah dan undang-undang. ”Hal itu bisa sekaligus membantu pengembangan usaha kecil dan menengah pendukung produksi kebaya. Perkembangan kreativitas dan inovasi kebaya mereka tetap perlu terakomodasi,” ujarnya.
Hal itu bisa sekaligus membantu pengembangan usaha kecil dan menengah pendukung produksi kebaya. Perkembangan kreativitas dan inovasi kebaya mereka tetap perlu terakomodasi. (Rahmi Hidayati)
Salah satu masukan hasil KBN 2021 adalah adanya penetapan Hari Kebaya Nasional. Penetapan ini dapat menjadi bagian perjuangan mengusulkan kebaya sebagai warisan budaya UNESCO. Menurut Rahmi, perjuangan mengumpulkan data yang dipersyaratkan untuk pengajuan akan berlangsung sekitar 1,5 tahun. Rahmi juga menyampaikan, KBN akan digelar secara berkala.
Dari sisi ekonomi, KBN 2021 sepakat untuk mengembangkan potensi ekonomi kebaya sebagai pendukung gerakan budaya. Sebagai contoh, edukasi dan penyuluhan untuk pemberdayaan usaha kecil menengah dan pemasaran digital.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki mengatakan, pandemi Covid-19 masih berlangsung. Meski demikian, masyarakat diharapkan tetap optimistis dan waspada.
Kinerja perekonomian Indonesia salah satunya tergantung pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sebanyak 60 persen dari pelaku UMKM di Indonesia adalah perempuan. Sektor usaha UMKM beragam, termasuk kebaya.
Menurut Teten, ajang KBN bisa mengajak masyarakat, konsumen dan swasta, mencintai produk UMKM lokal, khususnya kebaya. Selain ekonomi berputar, pelestarian kebaya sebagai warisan luhur budaya Indonesia terjalin.
”Kita semua harus bangga membeli dan memakai produk UMKM lokal,” katanya.
Ketua Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama (Kemenag) Farichah Nizar Ali menceritakan, dari zaman pemerintahan satu ke lainnya, ibu negara suka tampil dengan kebaya. Gaya berkebaya mereka selalu menarik. Istri almarhum Presiden Abdurrahman Wahid, yakni Sinta Nuriyah, misalnya tampil modis dengan kebaya dan penutup kepala.
Pemakaian kebaya dalam kehidupan sehari-hari amat memungkinkan. Tidak harus mengikuti penampilan mereka. Sejak zaman dulu, dia menyebut para perempuan Indonesia mengenakan kebaya untuk aktivitas harian, seperti bercocok tanam di sawah.