Tes Rutin, Syarat Aman Buka Sekolah di Masa Pandemi Covid-19
Pembelajaran tatap muka di sekolah jika menerapkan mitigasi, protokol kesehatan, dan tes rutin mengurangi risiko penularan ataupun mencegah kejadian penularan cepat membesar.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemeriksaan rutin dan pelacakan yang cepat harus menjadi syarat pelaksanaan sekolah tatap muka selain penerapan protokol kesehatan yang ketat. Tanpa tes rutin, sekolah bisa menjadi kluster Covid-19 yang berisiko, terutama terhadap guru ataupun orangtua, karena penularan pada anak-anak dan remaja biasanya tanpa gejala.
”Beberapa penelitian telah menemukan bahwa suatu wilayah dapat mengurangi insiden Covid-19 sambil tetap membuka sekolah untuk pengajaran secara langsung. Namun, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi,” kata epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, Rabu (31/3/2021).
Menurut Dicky, pembelajaran tatap muka tidak meningkatkan tingkat rawat inap Covid-19 ketika tingkat rawat inap awal rendah atau sedang. Namun, sejumlah data menunjukkan, beberapa kluster sekolah telah terjadi sehingga menyebabkan penutupan. Ini termasuk terjadi di Indonesia.
Penularan SARS-CoV-2 dapat terjadi di lingkungan sekolah ketika strategi pencegahan tidak diterapkan atau tidak diikuti. Misalnya, tidak dikenakannya masker dengan baik dan benar serta ruang kelas yang padat.
”Bagaimanapun risiko penularan saat pembukaan sekolah tetap tinggi, terutama jika kasus penularan di komunitas juga masih tinggi. Hal ini harus diantisipasi dengan adanya tes rutin agar kasusnya tidak membesar,” kata Dicky.
Ia mengatakan, anak-anak dari segala usia termasuk rentan dan dapat menularkan SARS-CoV-2. Namun, anak-anak dan remaja yang mengidap Covid-19 lebih sering asimtomatis atau tidak menunjukkan gejala ataupun bergejala ringan. Ketika kemudian wabah terjadi di lingkungan sekolah, kecenderungannya terjadi peningkatan penularan di antara guru dan staf sekolah dibanding di antara siswa.
”Jika sekolah tidak melakukan tes rutin dan tidak memiliki kemampuan lacak yang baik, risikonya akan terjadi penularan yang meluas di sekolah yang bisa juga menular ke guru dan keluarga. Jadi, kalau tetap mau buka sekolah tatap muka, kita harus memperbaiki kemampuan tes dan lacak,” katanya.
Menurut Dicky, mitigasi mencegah risiko penularan Covid-19 di sekolah juga harus memperhatikan kondisi kesehatan siswa, keluarga siswa, dan guru. ”Siswa, keluarga siswa, atau guru yang berisiko tinggi mengalami penyakit parah atau punya komorbid harus diberi pilihan untuk pengajaran virtual,” katanya.
Pelajaran dari Amerika
Kajian ilmiah terbaru yang dipublikasikan di The Journal of School Health pada 25 Maret 2021 juga menekankan pentingnya tes rutin untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 di sekolah. Dalam studi ini, para ilmuwan menganalisis data dari dua sekolah di Amerika Serikat yang telah dibuka kembali sejak enam bulan lalu.
Hasilnya menunjukkan bahwa, dengan tes rutin dan langkah-langkah mitigasi, penularan di sekolah dapat tetap rendah meskipun tingkat penularan masyarakat sekitar meningkat. Kedua sekolah ini melakukan pemeriksaan rutin terhadap semua siswa dan staf, menerapkan secara ketat tindakan mitigasi, seperti pemakaian masker, jarak sosial, serta memperhatikan ventilasi dan penyaringan udara. Ketika kasus positif terdeteksi, sekolah dan otoritas kesehatan setempat melakukan pelacakan kontak untuk menentukan bagaimana orang tersebut kemungkinan terpapar.
”Karena rata-rata setiap infeksi di sekolah bisa dideteksi secara dini dan hanya menyebabkan kurang dari satu infeksi tambahan, infeksi tidak menyebar banyak di dalam sekolah,” kata Michael Lachmann, profesor dari Santa Fe Institute, penulis kajian ini, dalam keterangan tertulis.
Menurut kajian ini, sekitar 72 persen penularan yang ditemukan di sekolah karena tidak memakai masker dengan baik. Tes rutin juga menemukan, lonjakan kasus terjadi setelah liburan dan setelah ada pesta sepak bola di luar sekolah.
”Studi ini menyimpulkan, jika Anda menerapkan semua tindakan mitigasi, termasuk tes rutin, tidak akan ada wabah besar di sekolah. Jika Anda menerapkan semua tindakan mitigasi dan protokol kesehatan, tes rutin memungkinkan untuk melihat kapan terjadi kesalahan dan mencegah membesarnya penularan,” kata Lachmann.