38 Santriwati dan Ustazah Ponpes di Surakarta Positif Covid-19
Penularan Covid-19 belum mereda, seperti dialami 38 santriwati dan guru perempuan di salah satu pondok pesantren di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Disiplin pelaksanaan protokol kesehatan perlu ditingkatkan.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Penularan penyakit Covid-19 terjadi di sebuah pondok pesantren khusus perempuan di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Hingga saat ini, sedikitnya ada 38 santriwati dan ustazah atau guru perempuan di ponpes itu yang terkonfirmasi positif Covid-19. Peristiwa ini menunjukkan, kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan di ponpes masih perlu ditingkatkan.
Ponpes yang menjadi lokasi penularan Covid-19 itu berada di Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Camat Pasar Kliwon Ari Dwi Daryatmo mengatakan, ada 38 orang di ponpes tersebut yang terkonfirmasi positif Covid-19. ”Mereka itu ada yang santriwati dan ada yang ustazah,” katanya saat dihubungi, Rabu (31/3/2021).
Ari menjelaskan, dari 38 orang yang positif Covid-19 itu, sebanyak 37 di antaranya dinyatakan positif Covid-19 pada Sabtu (27/3/2021). Sementara itu, satu orang lainnya yang merupakan ustazah diketahui positif Covid-19 beberapa hari sebelumnya. Satu orang ustazah itu kemudian dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta karena mengalami gejala.
Sementara itu, sebanyak 37 orang lainnya diisolasi di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Mereka tidak dirawat di rumah sakit karena tidak mengalami gejala. ”Jadi, ada satu yang dirawat di Rumah Sakit PKU dan 37 orang lainnya dibawa ke Asrama Haji Donohudan karena tidak ada gejala,” tutur Ari.
Ari menyatakan, pada Rabu ini juga dilakukan tes reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) secara massal di ponpes tersebut. Tes PCR secara massal itu dilakukan untuk mengetahui apakah ada santriwati dan ustazah lainnya yang terinfeksi Covid-19.
Ari memaparkan, tes massal yang dilaksanakan pada Rabu ini diikuti 59 orang santriwati dan ustazah di ponpes. Namun, hasil tes PCR itu kemungkinan baru keluar pada Jumat (2/4/2021). Oleh karena itu, saat ini belum diketahui apakah mereka yang mengikuti tes massal tersebut terinfeksi Covid-19 atau tidak.
Ari menambahkan, untuk mencegah meluasnya penularan, ponpes tersebut telah diminta menghentikan sementara kegiatan belajar-mengajar tatap muka. Namun, dia menyebut, wilayah permukiman warga di sekitar ponpes tersebut tidak ditutup. Selain itu, tidak ada warga sekitar ponpes yang diminta mengikuti tes PCR.
Interaksi minim
Hal ini karena interaksi penghuni ponpes dengan warga sekitar sangat minim. ”Lingkungan ponpes itu, kan, tertutup. Tidak ada aktivitas keluar masuk dari santriwati dan ustazah di situ. Jadi, mereka tidak bersinggungan dengan warga sekitar,” tutur Ari.
Jadi, ada satu yang dirawat di Rumah Sakit PKU dan 37 orang lainnya dibawa ke Asrama Haji Donohudan karena tidak ada gejala.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Jawa Tengah Musta’in Ahmad mengatakan, berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri yang terbit Juni 2020, ponpes memang sudah diizinkan menggelar pendidikan tatap muka.
Musta’in memaparkan, dalam berbagai kesempatan, Kanwil Kemenag Jawa Tengah telah memberikan arahan agar pengelola ponpes benar-benar menerapkan protokol kesehatan dalam proses pendidikan tatap muka. Namun, dia menuturkan, kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan di ponpes masih perlu ditingkatkan.
Peningkatan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan itu terutama dibutuhkan di kalangan ustaz dan ustazah yang mengajar di ponpes. Sebab, para ustaz dan ustazah itu terkadang harus keluar dari lingkungan ponpes karena berbagai keperluan. Saat keluar dari lingkungan ponpes itulah berpotensi terjadi penularan kepada mereka.
”Dalam pengamatan kami, tampaknya ada yang harus lebih ditingkatkan, yaitu kedisiplinan para ustaz dan ustazah. Sebab, anak-anak cukup aman karena mereka ada di lingkungan yang tidak bersinggungan dengan dunia luar, tetapi ustaz dan ustazahnya kadang-kadang keluar masuk,” ungkap Musta’in.
Oleh karena itu, Musta’in meminta pengelola ponpes meningkatkan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan. Kedisiplinan itu penting agar kasus penularan Covid-19 di lingkungan ponpes tidak kembali terulang. ”Saya minta kepada pesantren yang saat ini santri-santrinya sudah ada di pesantren agar kedisiplinan lebih ditingkatkan,” ujarnya.