Festival Bangsa Samudra Menelisik Kembali Jejak Sejarah dan Kebudayaan Jambi
Festival Bangsa Samudra akan digelar pada 17-23 September 2021. Sebagai bagian rangkaian festival, terdapat sayembara menulis bertajuk ”Jalur Rempah dan Sejarah Kemaritiman Dunia”.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jambi dikenal memiliki kekayaan sejarah dan budaya yang mampu menguatkan identitas bangsa Indonesia. Jambi juga menjadi sumber inspirasi dalam pengembangan literasi.
Ahli epigraf sekaligus Dewan Juri Sayembara Menulis Sedunia, Ninie Susanti, menyebut Jambi sebagai sumber inspirasi mulai dari peninggalan percandian, prasasti, sampai beragamnya aksara. Misalnya, Kerinci, Incung, dan Kawi. Ini membuktikan Sumatera secara umum dan Jambi secara khusus sudah maju literasi.
”Menelisik kembali Jambi mulai dari bidang sejarah sampai kebudayaan dapat menguatkan identitas bangsa,” ujarnya dalam pembukaan Festival Bangsa Samudra dan Pengumuman Sayembara Menulis Sedunia bertajuk ”Jalur Rempah dan Sejarah Kemaritiman Dunia”, Jumat (26/3/2021), di Jakarta.
Sama-sama kita memulangkan sirih ke gagangnya pinang ke tampuknya, mengumpulkan yang terserak menjemput yang tertinggal dan membangkit batang terendam. (Ramond Epu)
Ninie menjelaskan, sayembara menulis dengan tajuk itu bisa dikatakan melanjutkan tonggak visi literasi yang pernah unggul di masa lalu. Selain itu, sayembara dapat berfungsi memberi dukungan pelestarian sejarah dan budaya sehingga hasilnya bermanfaat bagi masyarakat Jambi secara khusus dan Indonesia.
Sayembara menulis itu bagian dari Festival Bangsa Samudra yang digelar pada 17-23 September 2021 di kawasan cagar budaya Muarajambi. Tiga kategori penulisan meliputi prosa, karya ilmiah, dan sastra.
Selain Ninie, dewan juri lainnya adalah Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Andalas Gusti Asnan, penyair Joko Pinurbo, dan ahli bahasa Ganjar Harimansyah Wijaya. Mereka akan memilih 10 dari masing-masing kategori untuk dibukukan. Para penulisnya difasilitasi menghadiri Festival Bangsa Samudra.
Ketua Panitia Festival Bangsa Samudra Ramond Epu mengatakan, Muaro Jambi dulu menjadi tujuan belajar. Festival Bangsa Samudra menjadi ajang mengembalikan tradisi itu.
”Kegiatan ini dilakukan secara gotong royong demi memajukan sungai sebagai urat nadi bangsa samudra dan demi menegakkan poros maritim dunia. Festival ini juga berfungsi sebagai pengembangan wadah edukasi warga mengenal keragaman budaya," kata dia.
Festival Bangsa Samudra digelar selama tujuh hari tujuh malam. Berkemah di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Dia menjelaskan secara detil kegiatan acara dari hari pertama sampai terakhir.
Misalnya, pada hari pertama tanggal 17 September 2021, peserta akan mengikuti sarasehan kebudayaan sirih sekapur. Peserta makan sirih bersama-sama dengan peserta lain. Pada hari kedua 18 September 2021 diisi dengan sarasehan mengenal kitab dan aksara kuno.
”Sanak saudara di mana pun berada, bagi yang mau datang, datanglah. Sama-sama kita memulangkan sirih ke gagangnya pinang ke tampuknya, mengumpulkan yang terserak menjemput yang tertinggal dan membangkit batang terendam,” kata Ramond.
Festival Bangsa Samudra didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.
Pengulas Jari Penyambung Lidah Dusun Muara Jambi, Abdul Haviz, mengatakan, pihaknya sangat terbuka membantu penyelenggaraan festival. Masyarakat siap menerima dan menolong peserta festival seperti layaknya saudara.
Jalur rempah
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Restu Gunawan saat dihubungi terpisah, mengatakan, semakin banyak komunitas mendukung Jalur Rempah sebagai program prioritas. Menurut rencana, pemerintah menargetkan Jalur Rempah masuk dalam tentative list warisan dunia UNESCO pada akhir tahun 2021.
”Kami terus menyiapkan bukti-bukti dan riset sejarah untuk memperkuat pengajuan itu,” katanya.
Sebagai program prioritas, Restu menceritakan akan ada kegiatan Muhibah Jalur Rempah di 13 titik pelayaran, antara lain Banda, Makassar, dan Belawan. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut. Pelayaran berlangsung pada 17 Agustus-28 Oktober 2021.
”Terbuka bagi mahasiswa lintas bidang ilmu. Kami akan memberikan pembekalan dulu kepada mahasiswa terpilih sebelum ikut pelayaran,” imbuh Restu.