Pandemi Pengaruhi Serapan Lulusan Perguruan Tinggi di Pasar Tenaga Kerja
Pandemi Covid-19 diyakini berpengaruh terhadap lulusan perguruan tinggi terserap pasar tenaga kerja. Kemandirian melalui penanaman jiwa kewirausahaan perlu terus ditingkatkan.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 berkepanjangan berdampak kepada lulusan perguruan tinggi yang berpotensi susah terserap ke dalam pasar ketenagakerjaan. Penguatan akan jiwa dan kemampuan kewirausahaan perlu terus ditingkatkan dan ditanamkan di perguruan tinggi.
”Kami berharap perusahaan dan perguruan tinggi bergotong royong agar bisa mengatasi tekanan yang dialami pasar ketenagakerjaan. Keduanya bisa bersama-sama melakukan inovasi riset produk. Kampus juga memberikan pembekalan pelatihan kewirausahaan kepada mahasiswa,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam di sela-sela menghadiri ”Universitas Indonesia (UI) Career, Internship, Scholarship & Entrepreneurship (CISE) Virtual Expo 2021”, Selasa (23/3/2021), di Jakarta.
Mengenai kewirausahaan secara khusus, Nizam menyampaikan, Indonesia menempati peringkat kelima di dunia untuk pertumbuhan usaha rintisan. Kondisi ini masih bisa diakselerasi sehingga semakin banyak wirausaha baru dan membuka lapangan kerja.
Lulusan perguruan tinggi termasuk penduduk usia bekerja. Sebelum pandemi Covid-19, nyaris satu juta lulusan menganggur. (Ida Fauziyah)
Untuk mendorong transformasi pendidikan tinggi, Kemendikbud telah menetapkan delapan indikator kinerja utama (IKU) yang mesti dipenuhi perguruan tinggi sejak 2020. Indikator pertama adalah lulusan mendapatkan pekerjaan layak.
Menurut Nizam, rapor IKU hingga sekarang belum masuk. Akan tetapi, dari informasi yang dia terima, kondisi lapangan kerja mengalami kontraksi sehingga lulusan perguruan tinggi mengalami kendala.
”Makanya, kami dorong perguruan tinggi untuk memperkuat kewirausahaan mahasiswa ataupun alumni sehingga mereka menciptakan lapangan kerja dan memulihkan ekonomi,” katanya.
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik pada Agustus 2020, jumlah angkatan kerja mencapai 138,22 juta orang atau naik 2,36 juta dibanding setahun sebelumnya. Dari jumlah itu, 128,45 juta orang di antaranya bekerja, dengan rincian 82,02 juta pekerja penuh, 33,34 juta pekerja paruh waktu, dan 13,09 juta setengah penganggur.
Sebanyak 9,77 juta orang dari angkatan kerja tercatat sebagai pengangguran. Jumlah ini naik 2,67 juta orang dibandingkan Agustus 2019.
Dilihat dari sisi latar belakang pendidikan, pada Agustus 2020, 49,96 juta penduduk bekerja adalah lulusan SD ke bawah, 23,47 juta orang SMP, 24,34 juta orang SMA, 14,85 juta orang SMK, 3,47 juta orang diploma, dan 12,36 juta orang universitas.
Kolaborasi
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah yang hadir saat bersamaan menyampaikan, dari total penduduk usia kerja sebanyak 203,97 juta orang, persentase kelompok itu yang terdampak Covid-19 sebesar 14,28 persen atau 29,12 juta orang. Jika diperinci, 29,12 juta orang penduduk usia kerja yang terdampak pandemi terdiri dari pengangguran karena pandemi (2,56 juta orang), bukan angkatan kerja (0,76 juta orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (1,77 juta orang), dan bekerja dengan pengurangan jam kerja (24,03 orang).
”Lulusan perguruan tinggi termasuk penduduk usia bekerja. Sebelum pandemi Covid-19, nyaris satu juta lulusan menganggur. Acara bersifat pameran lowongan pekerjaan atau career fair yang diselenggarakan kampusdapat berkontribusi mengurangi penganggur,” ujar Ida.
Menurut dia juga, acara career fair dapat dipakai memakai memetakan ataupun menyinkronkan suplai dan permintaan kompetensi tenaga kerja. Apalagi, saat ini masih berlangsung pandemi Covid-19 yang berdampak ke pasar ketenagakerjaan.
”Untuk bertahan dan memenangi disrupsi apa pun, seperti pandemi dan teknologi, setiap individu penduduk usia bekerja harus memiliki kompetensi memadai. Mereka bisa bekerja di institusi ataupun wirausaha,” kata Ida.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI Abdul Haris mengatakan, perguruan tinggi mesti berkolaborasi dunia usaha/dunia industri (DUDI). Kolaborasi bertujuan bersama-sama menyiapkan sumber daya manusia unggul. Hal itu sejalan dengan kebijakan Kampus Merdeka dari Kemendikbud.
Ia pun menjelaskan mengenai UI CISE Virtual Expo 2021 ini mulanya bernama UI Career Expo dan mulai dijalankan pertama kali tahun 2006. Rutinitas menggelar acara itu terus dipertahankan. UI CISE Virtual Expo 2021 diikuti 165 peserta dan 45 diantaranya adalah korporasi nasional/multinasional.
Dengan menjadi UI CISE, menurutnya, sudah tepat sesuai tuntutan kolaborasi perguruan tinggi-DUDI. Dia lantas menjelaskan, dalam Pasal 15 Ayat (1) Peraturan Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, terdapat delapan bentuk kegiatan pembelajaran yang boleh dilakukan dalam dan luar program studi.
Kedelapannya adalah pertukaran pelajar, magang/praktik kerja, mengajar di sekolah, penelitian riset, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, dan membangun desa/kuliah kerja nyata tematik.