Digitalisasi Manuskrip Mendukung Pelestarian Seni Tradisional
Alih media manuskrip ke format digital menjadi bagian penting dalam pelindungan dan pemajuan kebudayaan. Penyelamatan naskah-naskah kuno itu juga mendukung pelestarian seni tradisi.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Kerusakan manuskrip dikhawatirkan bisa menggerus keberadaan tradisi pertunjukan seni tradisional. Langkah penyelamatan naskah kuno mendesak dilakukan yang salah satunya melalui alih media ke format digital.
Budayawan Tarka Sutarahardja, saat dihubungi Minggu (21/3/2021), di Jakarta, mencontohkan di Indramayu terdapat acara Bobotan, ritual syukuran hasil panen. Berbagai tembang wawacan ada dalam acara itu. Kemudian, tradisi Bujanggan yang dipakai untuk menanamkan nilai-nilai agama melalui teks petuah yang ditembangkan.
Para pelakunya biasa disebut pujangga dan kini rata-rata telah masuk usia nonproduktif. Mereka umumnya menerima panggilan terlibat dalam kegiatan Bobotan ataupun Bujanggan. Dari sanalah, mereka memperoleh pendapatan.
Namun, kini, lanjut Tarka, kegiatan yang mengikutsertakan seni tradisi tidak banyak berkembang. Warga berusia muda kebanyakan menganggap seni tradisi kuno sehingga enggan melestarikan. Kondisi itu turut berpengaruh langsung terhadap kehidupan para pujangga.
"Ada lima grup pujangga seni tradisi yang masih hidup. Masing-masing beranggotakan lima orang. Kehidupan (perekonomian) mereka bisa dikatakan kembang-kempis sekarang," ujarnya.
Pada tahun 2018, melalui program Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA), Tarka bersama Sanggar Aksara Jawa Kidang Pananjung Cikedung membantu 11 orang warga di Indramayu yang menyimpan puluhan manuskrip untuk dilestarikan dengan dialihmediakan ke format digital. Naskah-naskah kuno itu mengandung teks-teks seni tradisional.
Program DREAMSEA ini dinisiasi oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan Center for Study for Manuscripts Studies (CSMC) Hamburg University dan didukung penuh oleh Arcadia Foundation Inggris.
Langkah digitalisasi terus dilakukan. Tarka mengklaim, per tahun 2020, terdapat sekitar 200 naskah kuno coba diselamatkan.
Pada tahun 2021, selama sepuluh hari, yakni 18-27 Maret 2021, dari program DREAMSEA secara khusus menargetkan bisa menyelamatkan lebih dari 4.000 halaman manuskrip di Indramayu melalui alih media ke format digital. Pemilik naskah kuno berasal dari berbagai desa dan latar belakang profesi, seperti aparat desa, pelaku seni tradisional, serta penyuluh agama.
Data Converter di program DREAMSEA Abdullah Maulani menuturkan, manuskrip-manuskrip yang akan dialihmediakan selama 10 hari itu mengandung konten budaya Bujanggan, Kidung, Bobotan, sampai catatan desa. Usia naskah kuno tersebut berkisar lebih dari 200 tahun.
Pengaruh ajaran Islam yang masuk ke daerah pantai utara Jawa (Pantura) mewarnai isi dalam manuskrip yang ditemukan. Abdullah mencontohkan kisah nabi dan wali penyebar agama Islam. Ada pula naskah kuno yang memuat cerita Panji, pewayangan Baratayuda, primbon, dan pawukon yang ditulis dengan aksara Jawa dan Pegon.
Rentan rusak
Sementara untuk manuskrip catatan desa, isinya memuat, antara lain, adminstrasi perpajakan, sertifikat penghargaan dari pemerintah Kolonial Belanda, serta tanaman kopi dan mangga. Manuskrip tersebut ditulis menggunakan aksara latin.
Dari sisi material, manuskrip-manuskrip itu berbahan daun lontar, kertas daluang, kertas Eropa buatan tahun 1830-an, dan kertas bergaris 1920-an.
Menurut dia, penyimpanan naskah kuno kebanyakan menggunakan bambu, lalu diletakkan dalam kardus di langit-langit rumah. Hal seperti itu menyebabkan kondisi naskah kuno rentan rusak dimakan rayap.
Kalaupun ada perawatan, warga pemilik naskah melakukannya secara mandiri dan seadanya tanpa ada anggaran khusus. "Kami berusaha menyelamatkan 4.000 halaman. Sebab, ada bagian atau keseluruhan manuskrip yang tidak bisa diselamatkan karena sudah hancur. Begitu kami membuka bambu, kami hanya mendapati debu," tuturnya.
Pemajuan kebudayaan
Senada dengan Tarka, Abdullah mengatakan, pementasan seni tradisional di Indramayu jarang muncul. Pelakunya pun rata-rata sudah sepuh.
Manuskrip catatan desa kini hanya berfungsi sebagai bagian ritual pemilihan kepala desa. Kepala desa terpilih akan bertindak meneruskan sebagai pemilik. "Seni tradisi terancam punah kalau regenerasi tersendat. Paling tidak, langkah penyelamatan manuskrip-manuskrip harus terus berjalan," imbuh Abdullah yang juga filolog di Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Mannasa).
Manuskrip yang telah dialihmediakan ke format digital akan disimpan tempat layak dan diberikan kembali ke pemilik. Hasil alih media diunggah ke basis data daring DREAMSEA.
Seni tradisi terancam punah kalau regenerasi tersendat. Paling tidak, langkah penyelamatan manuskrip-manuskrip harus terus berjalan.
Kepala Desa Pamayahan, Kecamatan Lohbener, Indramayu, Abdul Hakim menganggap, manuskrip catatan desa merupakan bukti sejarah. Alih media dapat membantu generasi muda untuk mengenal dan mempelajari sejarah.
Dia mengaku termasuk warga yang mendukung penyelamatan manuskrip. Dia juga senang apabila ada yang mau datang mengkaji dan mempelajari naskah-naskah kuno di Desa Pamayahan.
Adapun Tarka memandang, setelah penyelamatan manuskrip dilakukan, upaya pemajuan seni tradisional di Indramayu mesti dilakukan, termasuk nasib para pelaku atau pujangga. Budaya Bujanggan dan Bobotan dapat diusulkan menjadi warisan budaya nonbenda. Pemerintah harus membantu upaya itu.