Universitas Airlangga Teliti Kerangka Manusia Situs Kumitir
Temuan kerangka manusia dalam ekskavasi tahap ketiga di Situs Kumitir, Mojokerto, Jawa Timur, segera diteliti untuk mengetahui keterkaitan dengan lokasi reruntuhan istana Bhre Wengker era Majapahit abad ke-13 atau ke-14.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·5 menit baca
MOJOKERTO, KOMPAS — Tim antropologi Universitas Airlangga, Surabaya, mengambil temuan kerangka manusia dari Situs Kumitir, Mojokerto, untuk penelitian, Selasa (16/3/2021). Hasil penelitian akan bermanfaat untuk memperkuat konteks dan narasi dari program ekskavasi Situs Kumitir oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur.
Menurut arkeolog BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho, saat ditemui di lokasi ekskavasi, kerangka manusia ditemukan di Sektor C pada Rabu (3/3/2021). Ketika itu, tim penggalian menemukan bagian tungkai paha yang tertindih oleh lapisan batuan andesit bulat atau bolder (boulders). Pembersihan secara hati-hati dan perlu waktu cukup lama akhirnya menyingkap kerangka manusia yang utuh.
”Kami juga menemukan kerangka manusia, tetapi tidak utuh yang memunculkan dugaan di lokasi ini pernah dikubur beberapa individu,” kata Wicaksono, Selasa siang.
Temuan kerangka itu kemudian dikomunikasikan dengan tim antropologi Unair untuk identifikasi. Tim BPCB juga kemudian membuka lapisan bolder yang sempat menutupi kerangka itu. Ada sedikit rongga antara lapisan boulders dan kerangka. Setelah pembukaan lapisan, kerangka itu dalam posisi tengkurap, rangka tangan di samping, dan tengkorak kepala condong ke barat.
Kami juga menemukan kerangka manusia, tetapi tidak utuh yang memunculkan dugaan di lokasi ini pernah dikubur beberapa individu. (Wicaksono)
Tim Unair datang dan mengambil kerangka manusia yang tidak utuh beberapa hari lalu. Kerangka yang utuh dijaga untuk kepentingan penelitian lanjutan. Sampai dengan kedatangan tim Unair yang dipimpin pakar palaeoantropologi dan antropologi forensik Toetik Koesbardiati pada Selasa (16/3/2021) petang, kerangka manusia itu ditutupi peti kayu sebagai perlindungan.
Lokasi ekskavasi
Penelitian oleh tim Unair nantinya diharapkan dapat memastikan jumlah individu, jenis kelamin, usia, dan masa kehidupannya. Untuk diketahui, lokasi ekskavasi yang dibagi menjadi Sektor A, B, C berada di sisi barat bersebelahan dengan Makam Dusun Bendo, Desa Kumitir. Ketiga sektor itu juga merupakan bagian dari pekuburan kurun 1960-1980. Selepas 1980, pekuburan bergeser ke sisi timur.
”Penelitian diharapkan memastikan apakah kerangka itu satu konteks dengan Situs Kumitir atau tidak. Jika misalnya merupakan individu dari masa 1960 berarti tidak terkait dengan narasi Situs Kumitir yang diduga merupakan kompleks istana Bhre Wengker,” kata Wicaksono.
Namun, jika ternyata berasal dari era Majapahit abad ke-13 atau abad ke-14, keberadaan kerangka itu akan menjadi penting dalam menyusun keping narasi Situs Kumitir.
Pamong BPCB Jatim Andi Muhammad Said mengatakan, ekskavasi tahap ketiga merupakan kelanjutan dari tahap kedua (4 Agustus-9 September 2020) dengan konsentrasi kegiatan di Sektor A, B, C. Di sini juga telah ditemukan fragmen bata bergores, batu putih bergores bentuk bintang segi enam, bata segi delapan, kerangka manusia, dan repihan atau serpihan tinggalan yakni pecahan genting, ukel (hiasan atau bangunan), gerabah, dan keramik.
”Keberadaan kerangka manusia itu jika memang berasal dari masa Majapahit akan menambah daya untuk menggali cerita bagaimana situasi ketika itu,” kata Said, mantan Kepala BPCB Jatim.
Keberadaan lapisan bolder, Said sependapat dengan Wicaksono, diduga kuat bagian konstruksi suatu bangunan dalam kompleks dimaksud. Pendapat ini diperkuat dengan kenyataan susunan batu andesit bulat itu rapi seolah melindungi struktur susunan bata. Jika bagian dari material bencana atau upaya menutupi penjarahan situs kuno di masa silam, letak bolder tidak akan beraturan.
Secara terpisah, peneliti senior kebencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Amien Widodo mengatakan, Situs Kumitir pernah diteliti dengan metode georadar dan geolistrik. Di lokasi ditemukan lapisan material bencana, yakni lumpur dan batuan dari aktivitas vulkanik dan banjir. Namun, bolder di Sektor A, B, C boleh jadi bukan merupakan material bencana di masa silam, melainkan bagian dari struktur bangunan.
”Dalam konteks kepurbakalaan, penelitian teknis dapat dimanfaatkan untuk memperkaya penelitian sehingga narasi yang ditawarkan kepada masyarakat lebih berwarna,” kata Amien.
Keruntuhan suatu peradaban termasuk Majapahit bisa terjadi antara lain karena konflik, migrasi, kebencanaan, atau kombinasi dari berbagai faktor tersebut.
Melalui BPCB Jatim, tim Unair meminta agar media massa memberi waktu kepada mereka untuk meneliti kerangka dari Situs Kumitir.
Tembok bata
Menurut hasil kajian BPCB Jatim, Situs Kumitir merupakan suatu kompleks bangunan yang dikelilingi tembok bata dengan luar perkiraan 6,2 hektar. Kompleks ini menghadap ke barat atau arah pusat Majapahit. BPCB telah menemukan tiga dari empat sudut benteng. Sudut yang sedang dicari berada di sisi tenggara.
Wicaksono mengatakan, di masa awal Majapahit abad ke-13, penguasa Wengker ketika itu adalah kesatria bernama Kudamerta. Lelaki ini, menurut kitab Pararaton, menjadi menantu Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), pendiri Majapahit. Bhre atau Batara Wengker menikahi Rajadewi Maharajasa (Bhre Daha), yang juga adik Tribhuwana Wijayatunggadewi (Bhre Kahuripan), dan mendapat gelar Wijayarajasa.
Kesimpulan itu didukung keterangan pada naskah-naskah kuno, yakni Negarakertagama, Pararaton, dan Kidung Wargasari. Keterangan itu dipadukan dengan legenda peta-peta Majapahit era Hindia-Belanda, yakni sketsa rekonstruksi Maclaine Pont, Stutterheim, Pigeaud, dan peta RA Kromodjoyo Adi Negoro 1921. Selain itu, juga menyelaraskan dengan peta Keletakan Kekunaan Majapahit di Trowulan dan peta Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan.
Keberadaan kerangka manusia itu jika memang berasal dari masa Majapahit akan menambah daya untuk menggali cerita bagaimana situasi ketika itu. (Andi Muhammad Said)
Naskah dan legenda peta menyebut ada suatu kompleks bangunan di sisi timur Trowulan yang disebut Kumitir (Kumeper versi Pararaton). Kumitir juga disebut sebagai tempat bangunan Pura van Wengker atau Compound of Wengker-Kadiri. Bhre Wengker merupakan raja bawahan atau vassal dari Majapahit yang menempati kompleks istana di Kumitir dengan masa abad ke-13 dan ke-14. Situs Kumitir bisa menjadi petunjuk dalam mencari kompleks istana atau kedaton Majapahit.
Negarakertagama memberi keterangan bahwa kompleks kedaton dikelilingi oleh istana para raja vassal atau bhre. Kitab ini juga mencatat, di timur, tersekat lapangan, menjulang istana ajaib Raja Wengker dan Rani Daha penaka Indra dan Dewi Saci berdekatan dengan istana Raja Matahun dan Rani Lasem, tak jauh di sebelah selatan kedaton Raja Wilwatikta (Majapahit).