5.135 Lulusan SD di Surabaya Bakal Masuk SMP dan MTs Swasta
Pengelola SMP swasta dan madrasah tsanawiyah di Kota Surabaya diberi kesempatan untuk menampung 5.135 siwa lulusan SD pada tahun ajaran baru 2021 karena rombongan belajar dibatasi 32 siswa setiap kelas.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya mengatur keseimbangan layanan pendidikan untuk jenjang SMP dengan menetapkan satu rombongan belajar 32 siswa. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 itu juga diatur maksimal satu sekolah 33 kelas. Berpedoman pada permendikbud ini, Pemkot Surabaya memberikan kesempatan pada SMP swasta dan madrasah tsanawiyah untuk menampung 5.135 siwa lulusan SD.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kota Surabaya Tri Aji Nugroho, Minggu (14/3/2021), mengatakan, berdasarkan data Dispendik Surabaya, jumlah lulusan SD dan madrasah ibtidaiyah (MI) tahun 2021 ada 46.575 siswa. Daya tampung SMP negeri 18.208 siswa atau terdiri atas 569 rombel, sedangkan SMP swasta dan madrasah tsanawiyah (MTs) ada 23.232 siswa sehingga dari total daya tampung tersebut ada selisih 5.135 siswa.
”Dari selisih jumlah 5.135 lulusan SD tersebut, Pemkot Surabaya memberikan kesempatan seluas-luasnya pada SMP swasta dan MTs untuk menampung mereka,” kata Tri Aji.
Meski demikian, Tri Aji menjelaskan, dalam rapat bersama kepala sekolah pada Rabu (10/3/2021), pengelola SMP/MTs swasta juga menyampaikan bahwa daya tampung 23.232 itu kemungkinan masih ada revisi penambahan jumlah.
Atas kesanggupan pengelola sekolah swasta tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mempersilakan sekolah swasta mendapatkan murid sebanyak-banyaknya, sesuai dengan daya tampung sekolah.
Konsekuensi kebijakan itu, saat selesai pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMPN tahun 2021, Pemkot Surabaya akan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi SMP/MTs swasta untuk menjaring siswa. ”Ketika sampai batas waktu pendaftaran SMP/MTs swasta masih ada anak yang tidak tertampung di sekolah, maka anak tersebut menjadi tanggung jawab Pemkot Surabaya,” katanya.
Terkait alokasi jumlah siswa itu, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Surabaya Erwin Darmogo mengatakan, saat ini pengelola SMP dan MTs memang sedang melakukan validasi terkait kemungkinan jumlah siswa lulusan SD yang bisa diterima di setiap sekolah.
Setiap tahun ajaran baru, warga berlomba-lomba memasukkan anaknya ke SMP negeri karena sejak 2010 biaya SD-SMP digratiskan. Jika siswa menimba ilmu di sekolah swasta, selain persaingan ketat, juga terkendala mahalnya sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).
Guna membantu orangtua yang tidak mampu membiayai anak-anaknya sekolah di swasta, Pemkot Surabaya mencari beasiswa dari perusahaan, lembaga, ataupun yayasan berupa corporate social responsibility (CSR).
September 2020, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat itu menandatangani nota kesepahaman (MOU) terkait beasiswa pendidikan bagi siswa dari keluarga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) jenjang SMP dengan 36 perusahaan/lembaga. Bantuan beasiswa pendidikan yang tahun lalu Rp 4,3 miliar itu diberikan hingga siswa SMP lulus.
Vaksinasi guru
Terkait vaksinasi, Pemerintah Kota Surabaya terus mempercepat pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Setelah sebelumnya menyasar tenaga kesehatan, petugas pelayanan publik hingga warga lansia, kali ini menyasar guru SD dan SMP di Surabaya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, vaksinasi bagi kalangan guru masuk program vaksinasi tahap kedua dengan dosis pertama serta diprioritaskan untuk guru, dosen, ulama, wartawan, dan warga lansia.
Vaksinasi dilakukan bertahap sesuai dengan jumlah vaksin yang diterima Pemkot Surabaya. Vaksin untuk guru diambil 20 persen dari jumlah vaksin yang tersedia.
Jumlah guru yang didaftarkan Dinas Pendidikan Surabaya untuk mendapat vaksin ada 25.422 orang. Jumlah tersebut terdiri atas guru jenjang SD dan SMP. Lokasi vaksinasi bagi guru dilaksanakan di puskesmas terdekat di tiap-tiap sekolah tempat guru mengajar.
Nantinya, pelaksanaan vaksinasi bagi tenaga pengajar atau guru ini dilakukan bertahap. Namun, pihaknya memastikan ke depan seluruh guru di Surabaya akan menerima vaksin, sembari menunggu distribusi bantuan vial vaksin dari pemerintah pusat.