Kegiatan Pengabdian Masyarakat Tetap Berperan Strategis
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan perguruan tinggi mempunyai tujuan strategis, sama seperti penelitian dan pendidikan.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, kegiatan pengabdian masyarakat mempunyai peran penting yang setara dengan pendidikan dan penelitian. Oleh karena itu, dukungan pemerintah terhadap kegiatan pengabdian masyarakat perlu digencarkan.
Hibah pengabdian masyarakat Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi (Kemristek/BRIN) diambil dari dana bantuan operasional perguruan tinggi. Pada 2016, total hibah mencapai Rp 182,48 miliar, lalu pada 2017 Rp 152,93 miliar, 2018 Rp 158,76 miliar, 2019 sebesar Rp 158,99 miliar, 2020 Rp 89,78 miliar, dan pada 2021 Rp 54,88 miliar.
Adapun jumlah proposal pengabdian masyarakat bersifat setahun ataupun multitahun, yang menerima hibah Kemristek/BRIN mencapai 3.302 proposal pada 2016, lalu menurun menjadi 2.276 pada 2017 dan 2.328 pada 2018. Pada 2019, jumlah proposal yang didanai naik menjadi 2.438. Akan tetapi, tahun berikutnya, total proposal yang menerima pendanaan turun menjadi 1.104 dan tahun 2021 jumlah proposal kembali turun menjadi 718.
Pada 2021, berdasarkan bidang fokus, proposal pengabdian masyarakat yang berhasil menerima hibah mengenai pangan dan pertanian (302), sosial humaniora, pendidikan, dan seni budaya (268), kesehatan dan obat (64), energi (36), kemaritiman (23), rekayasa keteknikan (16), transportasi (3), pertahanan dan keamanan (3), serta multidisplin (3).
Kepala Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Okid Parama Astirin, Selasa (23/2/2021), di Jakarta, mengatakan, kegiatan pengabdian masyarakat mempunyai tujuan positif. Misalnya, membantu mengatasi persoalan kesenjangan dan memperlancar hilirisasi serta difusi ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Namun, dukungan eksternal terhadap kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan perguruan tinggi belum optimal. Bentuk dukungan pendanaan, misalnya. Selama ini, dukungan swasta—dunia usaha/dunia industri—terhadap kegiatan pengabdian masyarakat sudah ada, tetapi dukungan pendanaan tidak besar.
Dari sisi pemerintah, hibah pengabdian masyarakat dari Kemristek/BRIN termasuk salah satu yang diharapkan. Akan tetapi, alokasi dananya cenderung menurun lima tahun terakhir. Ini memengaruhi ketatnya seleksi proposal pengabdian masyarakat yang bisa mendapat hibah.
”Sementara saat bersamaan, alokasi dana untuk hibah penelitian masih besar. Padahal, penelitian ataupun pengabdian masyarakat menjadi bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dukungan terhadap keduanya seharusnya berimbang,” ujar Okid.
Kondisi seperti itu, lanjut dia, berpotensi membuat dosen kehilangan semangat. Tujuan hilirisasi produk dan difusi ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat pun berpotensi menjadi sebatas jargon.
Kepala LPPM Universitas Negeri Semarang Suwito Eko Pramono menyampaikan pandangan senada. Kegiatan pengabdian masyarakat memegang posisi yang sama strategisnya dengan penelitian dan pendidikan.
”Hasil penelitian tidak akan dikenali masyarakat apabila tidak disosialisasikan melalui kegiatan pengabdian masyarakat,” ujarnya.
Kegiatan pengabdian masyarakat juga membantu menggeliatkan partisipasi ekonomi. Sebagai gambaran, di Jawa Tengah terdapat sekitar delapan sentra usaha masyarakat, seperti batik di Lasem, kerajinan bambu di Purworejo, dan gula semut di Banyumas. Kegiatan pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi membantu meningkatkan nilai tambah dari sentra-sentra usaha tersebut.
Aneka program
Menristek/BRIN Bambang PS Brodjonegoro menjelaskan, pengurangan alokasi dana untuk hibah kegiatan pengabdian masyarakat karena ada pemfokusan ulang anggaran pemerintah akibat pandemi Covid-19. Selain hibah kegiatan pengabdian masyarakat, pengurangan juga terjadi di dana riset dan mata anggaran lainnya di kementerian.
”Kondisinya sekarang (pandemi Covid-19) belum meyakinkan. Kami harap, tahun 2022, kami mempunyai skema pendanaan untuk pengabdian masyarakat lebih baik,” ujarnya.
Bambang menjelaskan, kegiatan pengabdian masyarakat semula didesain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hingga kini tujuan itu dipertahankan. Pemerintah bahkan mempunyai program desa berinovasi. Perguruan tinggi melalui program pengabdian masyarakat bisa berperan serta.
Kondisinya sekarang (pandemi Covid-19) belum meyakinkan. Kami harap, tahun 2022, kami mempunyai skema pendanaan untuk pengabdian masyarakat lebih baik.
Dia mendorong penelitian di perguruan tinggi dikerjakan semaksimal mungkin sehingga hasilnya bisa digunakan masyarakat. Keluaran pengabdian masyarakat diarahkan teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu lama.
Berdasarkan data Kemristek/BRIN, hasil program pengabdian masyarakat khusus tahun 2020 meliputi tulisan media massa (700), seminar nasional/internasional (345), artikel konferensi (321), artikel internasional/nasional (274), hak cipta (214), buku (132), dan hak kekayaan industri (48).
”Tidak tepat jika disebut ada kesenjangan dana hibah penelitian dan pengabdian masyarakat. Kami selalu mendorong keluaran hibah pengabdian masyarakat bukan hanya berupa produk sekali pakai, melainkan juga berkelanjutan. Bahkan, kami berharap pengajuan proposal ke depan menyertakan terobosan teknologi digital sehingga mengurangi masalah kesenjangan akses di masyarakat,” tutur Bambang.
Pelaksana Tugas Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan Kemristek/BRIN Ismunandar mengatakan, selama proses seleksi proposal pengabdian masyarakat, pihaknya selalu memperhatikan ada tidaknya kesesuaian kebutuhan warga. Kementerian juga menilai potensi dampak keberlanjutan program.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam menuturkan, selama tahun 2020, pemerintah mendukung kegiatan pengabdian masyarakat melalui aneka program. Sebagai contoh, program Kampus Mengajar Perintis diikuti oleh sekitar 8.000 orang.
Kemendikbud telah menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi agar kampus-kampus melalui kegiatan pengabdian masyarakat bisa membantu mengakselerasi pembangunan di sekitar 27.000 desa tertinggal. ”Tri Dharma perguruan tinggi tetap akan selalu ada,” kata Nizam.