Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa merancang program pendidikan karakter untuk menangkal radikalisme di lingkungan kampus. Para mahasiswa pun diharapkan menjadi ujung tombak untuk mempromosikan nilai-nilai Pancasila.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa merancang program pendidikan karakter untuk menangkal radikalisme di lingkungan kampus. Para mahasiswa pun diharapkan menjadi ujung tombak untuk mempromosikan nilai-nilai pancasila.
Ketua Pengurus Harian Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa Karomani mengatakan, program tersebut dirancang sebangai kontrbusi nyata dalam penguatan karakter bangsa. Saat ini, perguruan tinggi tidak hanya dituntut untuk mencetak generasi penerus bangsa yang memiliki keahlian dan keterampilan di bidangnya. Namun, para lulusan juga diharapkan memiliki integrasitas dan sikap nasionalisme yang kuat.
”Bangsa yang unggul di dunia bukan hanya ditentukan oleh ketersediaan sumber daya alamnya, melainkan juga sumber daya manusia dan karakter yang kuat dalam menopang kemajuan bangsa,” kata Karomani dalam rapat koordinasi yang digelar di Bandar Lampung dan disiarkan secara daring, Selasa (23/2/2021).
Rapat tersebut dihadiri Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam. Selain itu, hadir pula para rektor dari 45 perguruan tinggi yang tergabung dalam forum tersebut.
Sejumlah kegiatan yang bakal digelar, antara lain seminar, dialog publik, dan festival budaya yang mengangkat potret keberagaman di Tanah Air. Selain itu, akan dirancang pula buku dan modul tentang pemahaman dan penerapan ideologi Pancasila di perguruan tinggi.
Pendidikan karakter di lingkungan kampus amat penting untuk menangkal radikalisme yang kerap menyasar kaum intelektual. (Nizam)
Inisiatif lainnya adalah sosialisasi tentang tolerasi dan keberagaman melalui sejumlah media, seperti pembuatan film pendek dan kompetisi konten digital. Cara itu diharapkan dapat menyasar generasi muda yang rentan terpapar radikalisme melalui internet.
Karomani menambahkan, pihaknya juga menginisiasi pemberian beasiswa belajar untuk kalangan santri. Beasiswa juga akan diberikan untuk para pelajar dari luar negeri, khususnya mereka yang berasal dari daerah konflik, seperti Palestina dan Suriah.
Dia berharap, pengenalan prinsip keberagaman yang berkembang di tanah air diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dari luar negeri. Dengan cara itu, perguruan tinggi turut mewujudkan amanah dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni turut menciptakan perdamaian dunia.
Tantangan bangsa
Nizam mengatakan, program yang dirancang forum rektor penguat karakter sejalan dengan program merdeka belajar. Pendidikan karakter di lingkungan kampus amat penting untuk menangkal radikalisme yang kerap menyasar kaum intelektual.
Apalagi, saat ini, Indonesia menghadapi sejumlah tantangan global, antara lain perubahan iklim, perubahan geoekonomi dan geopolitik, kemajuan teknologi, dan persaingan sumber daya alam. Selain itu, kesenjangan, kemiskinan, capaian pendidikan, dan ketersediaan infrastruktur juga masih menjadi persoalan di Tanah Air yang perlu diselesaikan.
Berbagai tantangan itu, kata dia, hanya bisa diatasi oleh generasi yang punya keinginan untuk memajukan bangsa. Untuk itu, perguruan tinggi diharapkan menjadi ujung tombak untuk mencetak lulusan yang memiliki keahlian dan karakter kebangsaan yang kokoh.
Rektor Institut Teknologi Sumatera (Itera) Ofyar Z Tamin mengatakan, mahasiswa baru di Itera wajib tinggal di asrama selama satu tahun untuk mendapatkan pembinaan karakter. Dengan tinggal bersama di asrama, para mahasiswa yang berasal dari berbagai suku, agama, dan ras bisa saling mengenal dan memahami keberagaman. Selain itu, mereka juga mendapatkan pembinaan tentang nilai-nilai Pancasila dan cinta Tanah Air.
Selanjutnya, para mahasiswa juga didorong untuk aktif dalam berbagai kegiatan diskusi, penelitian, dan organisasi mahasiswa. Dengan begitu, mereka diharapkan tidak mudah terjerat dalam ajaran radikalisme.