Pandemi Covid-19 membuat perayaan Imlek tahun ini tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Namun, adaptasi digital membuat tradisi-tradisi dalam Imlek tetap bisa berjalan.
Oleh
Erika Kurnia
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tahun Baru China atau Imlek 2572 Kongzili dirayakan secara sederhana oleh warga keturunan Tionghoa di berbagai penjuru Tanah Air. Pandemi Covid-19 yang masih mendera membuat perayaan Imlek tahun ini tak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Namun, pesatnya perkembangan teknologi digital membuat Imlek tetap bisa dirayakan dengan sukacita.
Ali, warga yang merayakan Imlek di Wihara Dharma Bhakti di Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, Jumat (12/2/2021), mengaku mengurangi belanja dekorasi atau pernak-pernik selama perayaan Imlek tahun ini. Ia hanya membelikan keluarganya baju baru untuk beribadah.
Namun, pandemi, yang telah membuat warga sedapat mungkin menghindari mobilitas dan pertemuan fisik, nyatanya tak mematahkan semangat keturunan Tionghoa untuk merayakan Imlek dengan kerabat yang tinggal berjauhan.
Cahyadi (53), warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat, tetap bisa menyapa keluarga dan kerabatnya secara virtual. Sebelum ibadah di Wihara Dharma Bhakti, Cahyadi merayakan Imlek secara virtual dengan rekan kerjanya lewat sebuah aplikasi konferensi video.
”Setelah ini, kami melakukan video call dengan anak saya yang masih tertahan di Singapura dan saudara jauh lainnya. Kami tetap akan bagi-bagi angpau ke keponakan, tetapi transfer online saja,” katanya.
Adaptasi digital tak hanya membuat warga tetap bisa merayakan Imlek bersama kerabat yang berjauhan, tetapi juga menjalankan tradisi lainnya. Tradisi itu, di antaranya, pemberian angpau. Salah satu yang banyak dilakukan warga ialah menggunakan dompet digital.
Maraknya penggunaan dompet digital untuk pemberian angpau tergambar dalam survei daring yang dilakukan Neurosensum selama masa Imlek tahun ini. Survei menunjukkan, 50 persen responden akan menggunakan e-wallet sebagai sarana pemberian angpau. Hanya 38 persen responden yang mengatakan akan menggunakan uang tunai sebagai bentuk tanda pemberian angpau.
”Kami kagum akan kefasihan, pemahaman, dan adaptasi digital masyarakat Indonesia,” kata Managing Director Neurosensum Indonesia Mahesh Agarwal dalam keterangan resminya.
Perayaan di daerah
Di sejumlah daerah, perayaan Imlek juga berlangsung secara sederhana, tetapi tetap penuh kegembiraan.
Di Manado, Sulawesi Utara, ibadah besar dan pesta kembang api ditiadakan saat malam tahun baru China. Di tempat ibadah Tri Dharma Ban Hin Kiong, hanya belasan anggota badan pengurus harian yang menggelar ibadah bersama. Umat lainnya datang dan langsung berdoa secara pribadi.
Dalam ibadah yang dipimpinnya, Heri Rumagit, salah satu pengurus harian Ban Hin Kiong, memohon keselamatan seluruh umat manusia dari pandemi Covid-19. Ia berharap vaksin yang mulai disuntikkan kepada warga Indonesia sejak awal 2021 bisa mengembalikan kehidupan normal manusia.
Di Medan, Sumatera Utara, Imlek di tengah pandemi Covid-19 juga dirayakan dengan sederhana. Tidak ada dekorasi dan kemeriahan seperti tahun sebelumnya.
”Kami mendoakan supaya negara kita tahun ini bisa membaik dan pulih dari dampak pandemi,” kata pengurus Maha Vihara Maitreya, Dicky Paskarianto, di kompleks Cemara Asri, Jumat.
Lampion yang biasanya memenuhi seluruh kompleks wihara kini dipasang hanya secukupnya. Rangkaian perayaan Imlek, seperti acara bazar dan Cap Go Meh, pun tak dilaksanakan tahun ini.
Di Palembang, Sumatera Selatan, pengurus tempat ibadah membatasi umat yang datang. Pengurus mengimbau umat untuk beribadah di rumah saja.
”Kami sudah mengimbau umat untuk beribadah di rumah dengan memanfaatkan jaringan virtual,” kata Ketua Wihara Vajra Bhumi Sriwijaya Palembang, Biksu Sukarman.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengapresiasi langkah pengurus tempat ibadah yang berkomitmen untuk merayakan Imlek dengan mematuhi protokol kesehatan. ”Perayaan boleh terus berlangsung, tetapi harus ingat protokol kesehatan,” ujarnya.
Di Surabaya, Jawa Timur, perayaan Imlek dalam masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro menjadi momentum bagi warga peranakan untuk memunculkan Wisata Kampung Pecinan. Setidaknya terdapat empat kampung pecinan di Surabaya, yakni Kya-Kya (Kembang Jepun), Kapasan Dalam, Karet, dan Tambak Bayan.
Warga Kapasan Dalam, Kapasan, Simokerto, Surabaya, menghiasi kampung dengan berbagai ornamen Imlek, antara lain lampion dan naga (liong) di enam gang serta rumah-rumah. Dinding gang dihiasi mural yang sedap dipandang. Kampung pun menjadi area yang asyik untuk menjadi lokasi pemotretan dan swafoto.
Di Magelang, Jawa Tengah, perayaan Imlek di Liong Hok Bio dilakukan secara sederhana dan diatur sehingga hanya diikuti warga dalam jumlah terbatas.
Penerapan protokol kesehatan secara ketat juga terlihat dalam perayaan Imlek di Bandung, Jawa Barat. (HRS/NCA/OKA/ETA/BRO/RAM/NSA/RTG/EGI)