Imlek di Manado Jauh dari Meriah, Umat Tri Dharma Berharap Pandemi Teratasi
Perayaan malam Tahun Baru Imlek 2572 di Manado, Sulawesi Utara, berlangsung jauh dari kemeriahan. Umat Tri Dharma berharap pandemi Covid-19 segera berlalu agar aktivitas manusia kembali normal.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Perayaan malam Tahun Baru Imlek 2572 di Manado, Sulawesi Utara, berlangsung jauh dari kemeriahan. Ibadah besar dan pesta kembang api ditiadakan. Umat Tri Dharma berharap pandemi Covid-19 segera berlalu agar aktivitas manusia kembali normal.
Hanya ratusan umat Tri Dharma yang datang untuk beribadah di tempat ibadah Tri Dharma (TITD) pada malam Tahun Baru Imlek, Kamis hingga Jumat lewat tengah malam (11-12/2/2021). Di TITD Ban Hin Kiong, Manado, hanya belasan anggota badan pengurus harian yang menggelar ibadah bersama, sedangkan umat lainnya datang dan langsung berdoa sendiri secara pribadi.
Dalam ibadah yang dipimpinnya, Heri Rumagit, salah satu pengurus harian TITD Ban Hin Kiong, memohon keselamatan dan pertolongan Thian (Tuhan) pada tahun 2572 menurut penanggalan China. Ia juga memohonkan keselamatan bagi seluruh umat manusia, salah satunya dengan pembuatan dan distribusi vaksin Covid-19.
Makna Imlek tidak berkurang, yaitu bersyukur serta mengharapkan yang baik untuk tahun yang baru. (Johan Rawung)
Menurut dia, berkat dari Tuhan akan sulit dirasakan manusia selama masih ada pandemi. Karena itu, umat Tri Dharma di Ban Hin Kiong juga berharap vaksin Covid-19 yang mulai disuntikkan kepada warga Indonesia sejak awal tahun 2021 bisa mengembalikan kehidupan normal manusia.
Di TITD Kwan Kong, tepat di seberang Ban Hin Kiong, umat Tri Dharma bahkan beribadah secara tertutup. Halaman TITD tetap dibuka bagi publik, tetapi warga tidak boleh masuk ke dalam gedung. Ini adalah upaya menghindari penularan Covid-19 saat perayaan keagaman. Pola serupa telah terlihat dalam perayaan Idul Fitri 1441 Hijriah dan Natal 2020.
Wakil Ketua Badan Pengurus TITD Kwan Kong Johan Rawung mengatakan, Imlek tidak bisa dirayakan meriah karena dunia masih dalam keadaan berduka akibat pandemi. Karena itu, sembahyang di TITD Kwan Kong hanya diikuti 10-15 pengurus didampingi rohaniwan pada pukul 23.00 Wita, satu jam menjelang detik-detik pertama tahun yang baru.
”Kami sarankan umat untuk mengikuti yang sama dari rumah. Malam Tahun Baru Imlek memang tidak disertai barongsai dan kembang api tahun ini untuk menghindari kerumunan. Namun, makna Imlek tidak berkurang, yaitu bersyukur serta mengharapkan yang baik untuk tahun yang baru,” ujar Johan.
Mendatangi pecinan
Warga Manado dari berbagai latar belakang agama tetap antusias mendatangi pecinan di Kecamatan Wenang tersebut sejak pukul 23.00 Wita. Polisi pun meminta mereka pulang jelang tengah malam dengan menyerukan tidak ada pesta kembang api dan pembagian angpau. Umat Tri Dharma juga langsung pulang selepas ibadah.
Kepala Kepolisian Sektor Wenang Komisaris Benjamin Undap mengatakan, pihaknya harus merekayasa lalu lintas dengan menutup akses satu arah menuju Jalan DI Panjaitan yang merupakan jalur masuk area pecinan. ”Kami sudah koordinasi dengan pengurus kelenteng dan dikatakan bahwa tidak ada kegiatan lain selain ibadah. Tujuannya, jangan sampai yang berkumpul di sini menjadi kluster baru,” katanya.
Tradisi penting Imlek, yaitu berkunjung dan berkumpul bersama keluarga untuk makan bersama, juga tidak dapat terlaksana tahun ini. Johan Rawung mengatakan, biasanya umat Tri Dharma akan mengunjungi orangtua mereka. ”Namun, tradisi yang sudah diharap-harapkan itu tidak bisa dilakukan karena pandemi,” ujarnya.
Kepala Polda Sulut Inspektur Jenderal RZ Panca Putra Simanjuntak mengatakan, Tahun Baru Imlek yang jatuh pada hari Jumat membuka peluang warga bepergian karena akhir pekan yang panjang. Ia pun meminta warga untuk berdiam di rumah saja demi mencegah penularan Covid-19.
”Rayakan Imlek secara sederhana agar kita bisa memutus mata rantai penularan Covid-19. Kita harus lakukan ini demi keselamatan kita. Kurangi euforia,” katanya.
Panglima Komando Daerah Militer XIII/Merdeka Mayor Jenderal Santos Gunawan Matondang menambahkan, penambahan kasus di Sulut mulai menurun sepanjang dua pekan pertama Februari. Pencapaian ini bisa dipertahankan apabila warga menahan diri untuk berdiam di rumah saja. Pihaknya telah menugaskan 310 orang Bintara Pembina Desa (Babinsa) untuk mengawasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.