Firmanzah, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dan Rektor Universitas Paramadina, meninggal, Sabtu (6/2/2021). Semasa hidup, Firmanzah dikenal sebagai sosok produktif, pemikiran logis, dan bijak.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Firmanzah, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dan Rektor Universitas Paramadina 2015-2021, tutup usia dalam usia 44 tahun, Sabtu (6/2/2021). Jenazah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Selain menekuni keilmuan manajemen, Firmanzah kerap memperhatikan dan menulis soal fenomena sosial politik di masyarakat. Semasa hidup, almarhum dikenal sebagai sosok produktif, santun, dan memiliki pemikiran logis.
Dalam ingatan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali, pada periode 2001-2002, Firmanzah termasuk satu dari sejumlah dosen muda sedang menempuh studi doktoral di luar negeri. Firmanzah studi di Perancis.
Saat itu, Rhenald yang baru tiga tahun pulang dari Amerika Serikat melihat belum banyak dosen menekuni keilmuan manajemen. Program studi doktor manajemen diisi oleh pengajar berlatar belakang ilmu ekonomi.
”Lulusan MBA biasanya lebih suka langsung bekerja di korporasi. Jarang sekali mau lanjut doktoral dan jadi pendidik. Profesor Fiz (panggilan akrab mendiang Firmanzah) mempunyai cerita berbeda karena dia menekuni strategic management dan tertarik dengan political marketing,” ujar Rhenald.
Pada kurun itu, Rhenald menginginkan ada contoh orang muda berhasil meraih gelar doktor di Indonesia. Dia sempat mengkaji riset Firmanzah di beberapa jurnal sebelum akhirnya meminta pulang berkarya di Tanah Air.
Di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Firmanzah pernah menjabat sebagai dekan dalam usia 32 tahun dan dinobatkan sebagai dekan termuda periode 2009-2012. Sebelumnya, dia menjabat sebagai Wakil Kepala Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi UI.
Pada usia 34 tahun, Firmanzah menjadi Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI. ”Guru besar termuda. Kebanyakan dosen menyandang gelar guru besar di atas 40 tahun, seperti saya memperoleh pencapaian itu di sekitar usia 49 tahun,” ujar Rhenald.
Beberapa karya populer almarhum adalah ”Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas” (2007), ”Globalisasi: Sebuah Proses Dialektika Sistemik” (2007), dan ”Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi” (2008).
Sebagai dekan, Rhenald mengenang, almarhum giat membuka hubungan kerja sama dengan sejumlah kampus besar internasional, misalnya Yale School of Management dan Tsinghua University.
”Sangat produktif. Dia juga sosok clear mind. Kami biasa berduet untuk kebutuhan kerja sama UI dengan kampus internasional, seperti saya buka kolaborasi dengan Harvard dan dia akan mengukuhkan secara resmi dalam payung universitas,” imbuhnya.
Firmanzah, yang lahir di Surabaya, 7 Juli 1976, pernah menjadi Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di bidang ekonomi pada tahun 2012.
Melalui akun Twitter resminya, SBY menyebut almarhum Firmanzah sebagai sosok muda yang mempunyai idealisme tinggi, berpikir positif, serta berpaham ekonomi berkeadilan dan politik yang berkeadaban. Yudhoyono mengatakan mengetahui hasrat Firmanzah pada bidang ekonomi politik dan pendidikan.
”Cara berpikirnya clear, bicaranya runtut, dan kuat dalam substansi. Saya kerap berdiskusi dengan Firmanzah dan staf khusus lainnya. Dari forum itulah, saya mendapat pandangan dan saran sangat berguna dalam pengambilan keputusan,” kata Yudhoyono.
Sosok muda yang punya idealisme tinggi, berpikiran positif, serta berpaham ekonomi yang berkeadilan dan politik yang berkeadaban.
Bijaksana
Wakil Rektor Universitas Paramadina Prima Naomi saat dihubungi terpisah mengatakan mengenal almarhum Firmanzah sebagai seorang ilmuwan yang selalu menggunakan ilmunya dalam menyelesaikan persoalan. Saat menghadapi masalah, Firmanzah selalu tenang dan bijaksana.
”Salah satu pesan dia yang tidak pernah saya lupakan adalah menjadi pemimpin samudra. Seperti samudra, seorang pemimpin menerima apa pun, bahkan sampah dan kotoran. Namun, samudra memberikan rasa dan menggarami,” kata Prima.
Manajer Humas Universitas Paramadina Lina Angraeni mengenang almarhum Firmanzah sebagai pemimpin yang membumi. Sebagai rektor, Firmanzah mau terjun langsung menangani urusan kemahasiswaan, seperti penerimaan mahasiswa baru. Pada penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2020/2021, untuk pertama kalinya kampus menerima jumlah mahasiswa baru terbanyak.
Ketika menghadapi persoalan mahasiswa, Firmanzah biasanya akan mencari latar belakang penyebab, kemudian memutuskan solusi. Dia juga akan mendiskusikan solusi itu dengan bagian kehumasan.
”Pemimpin yang memanusiakan manusia. Almarhum tidak segan berbincang dan terbuka diskusi dengan kami. Sikapnya seperti itu membuat kami sangat kehilangan,” kata Lina.