NU Circle dan Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama membuat langkah strategis untuk memperkuat kesehatan ulama dan santri di lingkungan pondok pesantren dengan membuat jaringan klinik pesantren.
Oleh
Mediana
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat Profesional Santri atau NU Circle berinisiatif membangun jaringan klinik berbasis pesantren dengan memanfaatkan dana wakaf. Inisiatif ini akan dikerjakan secara kolaboratif dengan jaringan layanan kesehatan Nahdlatul Ulama.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum NU Circle Gatot Prio Utomo, Senin (25/1/2021), di Jakarta. NU Circle dan Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (NU) sudah duduk bersama memikirkan langkah strategis untuk memperkuat kesehatan ulama dan santri di lingkungan pondok pesantren. Inisiatif itu dilatarbelakangi dengan kondisi pandemi Covid-19.
Sebagai tahap awal, dia mengatakan, NU Circle memetakan pesantren yang dapat menjadi uji coba jaringan klinik. Menurut rencana akan dipetakan 10-20 pesantren.
Kami berharap bisa mengembangkan hingga 1.000 klinik dalam tiga tahun ke depan. Jaringan ini akan menjadi pilar penting ketahanan kesehatan Indonesia. (Gatot Prio Utomo)
”Kami berharap bisa mengembangkan hingga 1.000 klinik dalam tiga tahun ke depan. Jaringan ini akan menjadi pilar penting ketahanan kesehatan Indonesia,” ujar Gatot.
Ketua Bidang Kesehatan NU Circle Budi Wiweko mengemukakan, pandemi Covid-19 telah memberi pelajaran pentingnya fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Fasilitas ini berperan untuk promotif, preventif, dan deteksi dini.
Menurut dia, jaringan klinik pesantren merupakan contoh fasilitas kesehatan tingkat pertama. Berbasis layanan promotif dan preventif, jaringan klinik pesantren akan dapat membangun mahadata kesehatan.
”Tujuan akhirnya memang membangun ketahanan kesehatan masyarakat,” kata Budi.
Dia menyebutkan, pada 2020, data program jaminan kesehatan nasional menunjukkan 221,024 juta penduduk Indonesia telah terdaftar di 27.055 fasilitas pelayanan kesehatan. Sebanyak 22.840 dari fasilitas itu termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Budi menyampaikan tiga langkah strategis yang harus dilakukan sebagai peta jalan pembangunan jaringan klinik pesantren, di luar pemetaan pondok pesantren. Langkah pertama adalah penguatan sumber daya manusia, kedua infrastruktur, dan ketiga manajemen gotong royong yang profesional.
Perhimpunan Dokter NU menjadi modal utama mengembangkan sumber daya manusia jaringan klinik pesantren. NU Circle juga akan menggandeng Asosiasi Rumah Sakit NU dan Asosiasi Perguruan Tinggi Kesehatan NU.
”Harus segera disusun dan ditetapkan program pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia secara sistematik dan berjenjang,” ujarnya.
Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter NU, Muhammad S Niam, memandang, inisiatif itu diharapkan mampu mengokohkan kesehatan pesantren melawan Covid-19. Dia berharap secara khusus agar inisiatif itu akan mengokohkan ikhtiar mengatasi menjaga kesehatan ulama dan santri bukan hanya dari Covid-19, melainkan juga dari penyakit lainnya.