Sekolah Adat Osing Pesinauan, Upaya Mewariskan Nilai dan Tradisi
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Pengurus Daerah Osing mendirikan sekolah adat pertama di Banyuwangi, Jawa Timur. Sekolah ini merupakan sarana pembelajaran sekaligus upaya pewarisan nilai dan tradisisi.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Pengurus Daerah Osing mendirikan sekolah adat pertama di Banyuwangi, Jawa Timur. Sekolah Adat Osing Pesinauan ini merupakan sarana pembelajaran sekaligus upaya pewarisan nilai dan tradisi masyarakat adat Osing.
Pendirian sekolah adat merupakan salah satu program Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Hingga saat ini, tercatat ada lebih dari 60 sekolah adat berdiri di sejumlah daerah di Indonesia. Hal itu disampaikan Perwakilan Perkumpulan Pembela Masyarakat Adat Nusantara Surti Handayani di sela peluncuran Sekolah Adat Osing Pesinauan di Sawah Art Space, Desa Olehsari, Banyuwangi, Minggu (24/1/2021).
”Konsep dasar sekolah adat ialah untuk mengembalikan rasa percaya anak-anak muda terhadap adat dan budayanya. Sekolah adat juga ingin memfasilitasi anak-anak adat yang tidak dapat mengakses sekolah formal,” ujarnya.
Surti mengatakan, di sekolah adat, peserta didik diharapkan dapat belajar sejarah kampungnya, obat-obatan tradisional, bercocok tanam cara tradisional, dan sebagainya. Pembelajaran dilakukan dengan cara saling berbagi. Tokoh-tokoh atau tetua adat akan mewariskan pengetahuannya kepada anak-anak.
Agar pewarisan ini bisa tersampaikan dengan baik, generasi muda dilibatkan dalam proses transfer pengetahuan ini. Generasi muda akan menyampaikan ilmu yang dimiliki tokoh-tokoh adat kepada peserta didik.
”Adat ini penting diwariskan kepada generasi muda dan anak-anak agar tidak terdegradasi. Agar generasi mereka mau menjaga wilayah dan nilai-nilai adatnya. Pewarisan adat yang dilakukan di sekolah adat bukan hanya sekadar pelestarian budaya berupa kegiatan kesenian, melainkan juga nilai-nilai yang terkandung di sana,” tutur Surti.
Surti mencontohkan, tari gandrung yang saat ini banyak ditarikan oleh generasi muda di Banyuwangi memang patut diapresiasi. Namun, jangan sampai gandrung hanya sekadar menjadi tontonan. Nilai-nilai yang terkadung dalam Gandrung juga bisa diwariskan sebagai tuntunan.
Sekretaris Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Pengurus Daerah Osing Wiwin Indriarti mengatakan, Sekolah Adat Osing Pesinauan bukanlah sanggar kesenian tradisional. Kendati akan mengajarkan beberapa kesenian tradisional, pewarisan nilai-nilai adat dan kearifan lokal leluhur akan menjadi fokus.
Secara khusus, menurut Wiwin, tujuan dari pembelajaran Pesinauan adalah mewadahi sistem pendidikan berbasis pengetahuan adat Osing dalam mewariskan pengetahuan leluhur kepada generasi muda adat agar menjaga wilayah adat, tradisi, budaya adat istiadat, dan lingkungannya.
Wiwin mengatakan, Pesinauan akan melibatkan 16 komunitas adat yang berada dalam naungan AMAN Pengurus Daerah Osing. Pembelajaran akan melibatkan tokoh-tokoh adat, pelaku adat, dan masyarakat adat dari komunitas tersebut.
Materi dan program belajar di Pesinauan akan disampaikan di setiap akhir pekan. Beberapa tema yang disiapkan, antara lain, tema budaya, ekologi, kesehatan, ekonomi, serta hukum dan advokasi.
Menurut Wiwin, tema budaya berisi pembelajaran bahasa, kesenian, adat istiadat, dan makanan tradisional. Tema ekologi meliputi pengetahuan jenis-jenis tumbuhan serta pemanfaatan dan pelestarian lingkungan. Pengobatan tradisional akan dipelajari dalam tema kesehatan.
Di Pesinauan, lanjut Wiwin, peserta didik juga akan belajar etika bisnis secara tradisional dan bercocok tanam dalam tema ekonomi. Adapun tema hukum dan advokasi akan membahas nilai-nilai toleransi dan hukum adat.
Pengarep Pesinauan atau Kepala Sekolah Adat Osing Slamet Diharjo menjelaskan, di masa awal ini, pembelajaran dilakukan setiap Minggu mulai pukul 08.00 hingga 12.00. Pembelajaran dilakukan di luar ruang dengan berbagai aktivitas.
Pembelajarannya, kata Slamet, tidak menggunakan konsep klasikal yang hanya duduk mendengarkan ataupun membaca buku. Akan ada banyak aktivitas yang dilakukan sembari melakukan pewarisan nilai-nilai dan tradisi.