Banyak Sekolah Rusak, Pembelajaran Jarak Jauh Berlanjut Pascagempa Sulbar
Pembelajaran jarak jauh dipastikan berlanjut pascagempa magnitudo 6,2 yang melanda Sulawesi Barat 15 Januari lalu, terutama di Kabupaten Mamuju.
Oleh
videlis jemali
·3 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Pembelajaran jarak jauh dipastikan berlanjut pascagempa magnitudo 6,2 yang melanda Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021), terutama di Kabupaten Mamuju. Selain untuk menghindari risiko penularan Covid-19, model pembelajaran itu menjadi pilihan karena banyaknya bangunan sekolah yang rusak akibat gempa.
Jumlah sekolah rusak karena gempa di Mamuju masih didata. Berdasarkan data sementara yang dipegang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mamuju, sedikitnya 90 sekolah rusak. Jumlah itu dari jenjang taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah. Jumlah sekolah pada tiga jenjang tersebut adalah 280 sekolah.
Dari pantauan Kompas, kerusakan karena gempa terlihat di SD Inpres Simoro, Kecamatan Simoro, yang berjarak sekitar 50 meter dari pantai. Salah satu dinding sekolah ambruk. Tembok sekat pemisah ruangan kelas juga roboh. Tak hanya itu, di sejumlah ruangan lantainya terbongkar.
Di SD Negeri 4 Kecamatan Mamuju, selain dinding kelas ambruk, lantai juga turun. Sejumlah tiang bangunan pecah. Kondisi serupa juga terjadi di SMAN 1 Mamuju dan SMPN 2 Mamuju di pusat kota.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mamuju Murniani, Minggu (24/1), menyatakan, tim masih mendata total sekolah yang rusak beserta kategori kerusakannya, apakah rusak ringan, sedang, atau berat. Dengan kondisi kerusakan fasilitas umum tersebut, ia menyatakan kemungkinan besar sekolah masih menerapkan pembelajaran jarak jauh.
”Setidaknya sekolah-sekolah di empat kecamatan kemungkinan masih lanjut (pembelajaran jarak jauh). Sementara di kecamatan lain yang minim kerusakan dan risiko penularan Covid-19-nya rendah, pembelajaran tatap muka bisa dilakukan,” ujarnya.
Empat kecamatan dengan kerusakan sekolah dan juga kerusakan bangunan, rumah, dan fasilitas umum lainnya karen gempa adalah Mamuju, Simboro, Tapalang Barat, dan Tapalang. Di Mamuju, ada 11 kecamatan. Mamuju menjadi wilayah yang terdampak gempa selain Kabupaten Majene.
Untuk Covid-19, saat ini tercatat 800 kasus dengan 6 kematian di Mamuju. Pada semester ganjil yang berakhir pada ujung 2020, pembelajaran dilakukan jarak jauh, termasuk dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebenarnya telah menyiapkan sejumlah sekolah untuk pembelajaran tatap muka sebelum gempa melanda.
Terkait dimulainya pembelajaran, Murniani menyatakan, hal itu belum dibicarakan. Saat ini, fokus penanganan pascabencana masih pada tahap tanggap darurat, yakni pemenuhan kebutuhan di tenda-tenda pengungsian. ”Ada waktunya nanti kami akan bahas soal kapan dimulainya pembelajaran,” ujarnya.
Dana Kemanusiaan Kompas
Murniani menyatakan, sejauh ini belum ada pembahasan terkait perbaikan atau pembangunan kembali sekolah yang rusak. Ia mengaku tak ada anggaran pembangunan fisik pada instansinya untuk tahun anggaran 2021 sehingga anggaran perbaikan atau pembangunan sekolah diharapkan sepenuhnya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Terkait perbaikan sekolah rusak, Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) menjajaki pembangunan sedikitnya dua sekolah, masing-masing di Kabupaten Mamuju dan Majene. Yayasan DKK menghimpun dan menyalurkan bantuan dari pembaca harian Kompas.
Perwakilan Yayasan DKK Suyanto menyatakan, sejumlah sekolah di Mamuju dan Majene telah disurvei. Berdasarkan survei kilat itu, ada sekolah yang bisa dibiayai pembangunan kembalinya oleh DKK. ”Ini survei awal. Nanti ditindaklanjuti dengan survei teknis dan pengurusan administrasinya,” katanya.
Suyanto menuturkan, merujuk pada pembangunan sekolah atau fasilitas umum yang dibiayai DKK pada sejumlah bencana, seperti di Palu, Sulawesi Tengah, pada 2019, pembangunan memakan waktu tiga bulan. Artinya, jika tak ada halangan, sekolah yang dibangun tersebut bisa digunakan untuk tahun ajaran baru pada pertengahan 2021.