Unhas dan UNM Bebaskan Biaya Kuliah Mahasiswa Terdampak Gempa Sulbar
Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Negeri Makassar (UNM) menggratiskan biaya kuliah selama satu semester bagi mahasiswa terdampak gempa Sulawesi Barat.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Dua universitas negeri di Makassar, Sulawesi Selatan, yaitu Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Negeri Makassar (UNM), menggratiskan biaya kuliah selama satu semester bagi mahasiswa terdampak gempa Sulawesi Barat. Hal ini dilakukan untuk meringankan beban mahasiswa terdampak agar tetap bisa melanjutkan pendidikan.
Ishaq Rahman, Kepala Subdirektorat Humas dan Informasi Publik Direktorat Komunikasi Unhas, menyampaikan, pihak Unhas telah memberlakukan kebijakan pembebasan sementara biaya kuliah atau uang kuliah tunggal (UKT) untuk mahasiswa terdampak gempa. Kebijakan ini berlaku bagi mahasiswa di jenjang sarjana, juga mereka yang menempuh profesi dokter hingga fisioterapi.
”Salah satu pertimbangan utama kebijakan ini adalah mereka yang terdampak gempa, baik di Mamuju maupun Majene, mengalami banyak hambatan. Tidak hanya keselamatan, tetapi juga ekonomi yang menurun atau hilang akibat gempa,” ucapnya.
Menurut Ishaq, kebijakan ini berlaku untuk semester genap tahun ajaran 2020/2021. Bagi mahasiswa yang telah membayar biaya perkuliahan sebelumnya tetap bisa mengajukan permohonan dan akan ada kompensasi dalam bentuk lain. Sebab, kebijakan administrasi tidak bisa berlaku surut.
Saat mengajukan permohonan, terang Ishaq, mahasiswa diwajibkan menyertakan dua buah dokumen, yaitu surat keterangan dari kepala desa atau lurah setempat dan pernyataan dari orangtua. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan menyertakan foto rumah sebelum dan setelah bencana. Hal tersebut untuk mengetahui kondisi mahasiswa penyintas gempa.
”Pengajuan paling lambat pada 28 Januari. Mahasiswa yang mengajukan pembebasan sementara pembayaran UKT ini silakan mengakses laman https://regmhs.unhas.ac.id sebagai tahapan pengajuan secara daring,” tambah Ishaq.
Sebelum Unhas, UNM juga telah memberlakukan kebijakan yang sama. Selain untuk membantu mahasiswa terdampak gempa, kebijakan ini juga sebagai misi kemanusiaan yang diemban kampus.
Gempa dengan magnitudo 6,2 melanda Majene, Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021) pukul 02.28 WITA. Gempa ini menimbulkan kerusakan bangunan parah, termasuk Kantor Gubernur Sulawesi Barat, longsoran yang menutup jalan, dan puluhan korban jiwa. Kerusakan bangunan parah banyak terjadi di Mamuju dan Majene. Rumah sakit juga rusak parah dan rumah-rumah rata dengan tanah.
Sejak gempa mengguncang wilayah Sulbar, ratusan orang mengungsi ke Makassar. Menggunakan pesawat milik TNI-AU, pengungsi ini diterbangkan dan mendarat di Lanud Hasanuddin. Sebagian besar pengungsi menginap di rumah keluarga masing-masing, baik di Makassar maupun wilayah sekitarnya. Sebagian dari mereka ditampung di fasilitas milik Dinas Sosial Sulsel.
Hingga Selasa sore, jumlah pengungsi di Panti Inang Matutu, Makassar, mencapai 84 orang. Sebagian besar dari mereka adalah perantau asal Jawa di Sulbar, yang trauma akan gempa dan mengalami kesulitan logistik setelah gempa melanda.
Di posko pengungsian ini, bantuan juga terus berdatangan. ”Kami tidak buka posko, tapi ada saja masyarakat yang datang bawa bantuan. Malam ini juga ada yang mau datang bawa makanan,” kata Ahyan, petugas Dinsos Sulsel.
Selain itu, bantuan logistik juga telah dikirimkan ke wilayah terdampak. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui dinas sosial sebelumnya telah mengirim bantuan ke Mamuju.
”Kami juga telah mengirimkan bantuan, baik berupa 10 ton beras, selimut 3.000 buah, maupun logistik lainnya. Bantuan ini masih didistribusikan ke wilayah terdampak di Mamuju dan Majene,” kata Pelaksana Tugas Dinsos Sulsel Gemala Faozan.
Menurut Gemala, pihaknya menyiapkan tiga tempat untuk pengungsi. Selain di Panti Penitipan Anak Inang Matutu, disiapkan juga lokasi di kantor Dinsos Sulsel dan Asrama Haji Sudiang.
Dari Palu, masyarakat yang belum pulih betul dari hantaman gempa dahsyat pada 2018 juga mengirimkan bantuan. Hanya dalam hitungan dua hari, sukarelawan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Sulawesi Tengah (Sulteng), misalnya, menerima 2 ton donasi kebutuhan pokok untuk penyintas gempa di Mamuju. Bantuan disalurkan kepada penyintas lewat posko MDMC Sulbar di kompleks Masjid Fastabiqulkhaerat Muhammadiyah, Mamuju, Senin (18/1) siang.
”Respons masyarakat sangat cepat. Ini pengumpulan donasi tercepat dengan jumlah banyak yang pernah kami terima,” kata Ketua Bidang Organisasi MDMC Sulteng Fery El Shirinja.