Jadikan Istiqlal sebagai Tempat Berkembangnya Islam Moderat
Presiden Joko Widodo meresmikan Masjid Istiqlal setelah direnovasi sejak 2019 lalu. Presiden meminta agar Masjid Istiqlal digunakan sebagai tempat untuk mengembangkan ajaran Islam moderat.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ajaran Islam yang mengutamakan toleransi diharapkan terus dikembangkan di Masjid Istiqlal, Jakarta. Masjid yang telah selesai direnovasi tersebut juga sekaligus menjadi milik dan kebanggaan seluruh rakyat Indonesia.
Presiden Joko Widodo mengingatkan, renovasi Masjid Istiqlal bukan sekadar untuk mendapatkan bangunan megah. Namun, masjid yang didirikan sebagai ungkapan syukur atas kemerdekaan bangsa Indonesia tersebut perlu menjadi tempat berkembangnya ajaran Islam yang moderat.
Renovasi Masjid Istiqlal bukan sekadar untuk mendapatkan bangunan megah. Namun, masjid itu perlu menjadi tempat berkembangnya ajaran Islam yang moderat.
Melalui pengembangan syiar yang mengembangkan toleransi ini, Masjid Istiqlal bisa menjadi contoh bagi masjid-masjid negara lain di dunia.
”Jadi, tidak hanya menjadi kebanggaan umat Islam, tetapi kebanggaan seluruh rakyat Indonesia,” tutur Presiden saat meresmikan rampungnya renovasi Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (7/1/2021).
Peresmian ini ditandai dengan pemukulan beduk dan penandatanganan prasasti oleh Presiden Joko Widodo. Hadir dalam peresmian ini, antara lain, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Masjid Istiqlal dipersiapkan untuk dibangun pada tahun 1953. Nama Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang artinya kemerdekaan. Presiden Soekarno menunjuk Friedrich Silaban sebagai arsitek yang menangani masjid yang kemudian dibuka untuk umum pada 22 Februari 1978.
Pada Mei 2019, masjid ini direnovasi untuk pertama kali. PT Waskita Karya menjadi badan usaha milik negara (BUMN) yang mengerjakan renovasi ini. Proyek ini menggunakan dana APBN senilai Rp 511 miliar.
Presiden Joko Widodo pun mengapresiasi perubahan di Masjid Istiqlal yang tetap mempertahankan kaidah renovasi cagar budaya bangunan masjid serta menyeimbangkannya dengan estetika.
”Saya lihat Masjid Istiqlal berubah total dan tampak seperti baru lagi. Landscape-nya ditata ulang semakin terlihat tertata rapi, lantainya juga lebih berkilau, tata cahayanya juga sangat modern dan indah. Dan sungai yang membelah Istiqlal semakin bersih dan rapi,” tuturnya.
Akan tetapi, kembali diingatkan bahwa renovasi yang menjadikan Masjid Istiqlal semakin megah bukan sekadar gagah-gagahan. Justru, ini sarana untuk meningkatkan iman dan takwa serta memberdayakan umat serta mendorong dakwah moderat.
Masjid Istiqlal akan menjadi percontohan sebagai pusat pemberdayaan segala agama. Terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di seberangnya bisa menjadi ikon toleransi.
Dalam laporannya, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menyampaikan, Masjid Istiqlal akan menjadi percontohan sebagai pusat pemberdayaan segala agama. Terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral di seberangnya juga selain meneguhkan toleransi, juga diharapkan bisa menjadi ikon toleransi di Indonesia.
Dalam penanggulangan dampak Covid-19, pengelola Masjid Istiqlal pun mengajak para tokoh lintas agama untuk bersama-sama berperan. Dari upaya ini, terkumpul Rp 12 miliar yang disalurkan kepada masyarakat melalui majelis-majelis agama.
Beberapa kegiatan yang juga disiapkan adalah pendidikan kader ulama Masjid Istiqlal, forum kader ulama perempuan, dan jaringan imam masjid.
Setelah peresmian, menurut Nasaruddin, kegiatan ibadah akan diatur berikutnya. Sebab, di tengah pandemi Covid-19, kegiatan ibadah perlu mengikuti protokol kesehatan.
Presiden Joko Widodo juga meminta para ulama tetap mengajak masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan.