Itera Operasikan Laboratorium PLTS, Dorong Riset Energi Terbarukan
Institut Teknologi Sumatera (Itera) di Lampung mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya yang menghasilkan daya 1 megawatt peak.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Institut Teknologi Sumatera di Lampung mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya yang menghasilkan daya 1 megawatt peak. Selain mendukung program kampus mandiri energi, PLTS yang juga difungsikan sebagai laboratorium itu diharapkan dapat mendorong pengembangan riset tentang energi terbarukan.
Peresmian Laboratorium PLTS Institut Teknologi Sumatera (Itera) digelar bersamaan dengan peresmian Indonesia Continuously Operating Reference Station (Ina-CORS) di Itera Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Kamis (7/1/2021). Acara peresmian itu dihadiri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Nizam melalui sambungan video dan disiarkan secara daring. Selain itu, hadir pula Pelaksana Tugas Kepala Badan Informasi Geospasial Muhtadi Ganda Sutrisna.
Rektor Institut Teknologi Sumatera Ofyar Z Tamin mengatakan, pembangunan PLTS itu mendukung Itera sebagai percontohan kampus mandiri energi di Indonesia. Dengan kapasitas 1 MWp, sekitar 50 persen kebutuhan energi di Itera bisa dipasok oleh PLTS tersebut.
Pembangunan PLTS di lahan seluas 1 hektar itu dilakukan berkat bekerja sama dengan PT Wijaya Karya dan PT Surya Utama Nuansa. PLTS yang memiliki 3.036 panel surya itu diprediksi mampu mengurangi emisi karbon hingga 5.600 ton per tahun.
Selain sumber energi listrik, PLTS itu juga akan difungsikan sebagai laboratorium. Bahkan, saat ini Laboraroium PLTS Itera disebut menjadi yang terbesar di Indonesia.
Pembangunan PLTS itu mendukung Itera sebagai percontohan kampus mandiri energi di Indonesia.
Ofyar berharap keberadaan laboratorium itu mampu memacu pengembangan riset energi terbarukan di Lampung. ”Laboratorium PLTS Ini yang harus bisa dimanfaatkan oleh dosen, mahasiswa, dan peneliti lainnya untuk pengembangan riset,” kata Ofyar.
Nizam mengapresiasi pembangunan laboratorium PLTS itu. Sebagai perguruan tinggi, Itera dinilai berhasil membangun kolaborasi dengan pemerintah, BUMN, industri, dan masyarakat. ”Semoga PLTS dan Ina-CORS Itera dapat mewarnai pembangunan di Provinsi Lampung dan membawa kemajuan untuk Sumatera dan Indonesia,” ujar Nizam.
Arifin berharap pembangunan PLTS mampu mendorong pemanfaatan energi terbarukan dan bersih di Indonesia. Ke depan, bangsa Indonesia juga diharapkan dapat meningkatkan penguasaan tentang teknologi PLTS.
Secara terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Laboratorium PLTS Itera Ali Muhtar mengatakan, laboratorium itu sudah dapat digunakan untuk penelitian dosen dan mahasiswa. Untuk sementara, kegiatan penelitian dilakukan secara terbatas karena situasi pandemi Covid-19. Sejumlah program studi bisa memanfaatkan PLTS untuk kegiatan penelitian, antara lain, teknik elektro, teknik sistem energi, teknik fisika, dan teknik mesin.
Saat ini, sejumlah dosen juga sudah melakukan riset terkait dengan material untuk pembangunan PLTS. Riset yang dikembangkan, antara lain, untuk mendorong peningkatan material yang lebih efektif untuk PLTS.
Ina-Cors
Dalam kesempatan yang sama, Ofyar juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Badan Informasi Geospasial atas pembangunan Ina-CORS di kampus Itera. Stasiun itu akan dimanfaatkan untuk mendukung penelitian di bidang ilmu kebumian.
Muhtadi menyampaikan, hingga tahun 2020, Badan Informasi Geospasial telah mengoperasikan 245 Stasiun Ina-CORS di Indonesia. Sistem pengamatan satelit itu dapat menghasilkan data dan informasi untuk keperluan survei dan pemetaan.
Sementara itu, Kepala Biro Perekonomian Lampung Elvira Umihanni berharap pembangunan laboratorium PLTS dan Ina-CORS Itera dapat mendukung pembangunan Provinsi Lampung. Ke depan, pembangunan PLTS juga diharapkan dapat dikembangkan hingga desa-desa, terutama untuk memenuhi kebutuhan energi di pulau-pulau kecil di Lampung.