Banyak sekolah dan pemerintah daerah memutuskan melanjutkan pembelajaran jarak jauh daring pada semester genap 2020/2021 karena risiko penularan Covid-19 masih sangat mengkhawatirkan.
Oleh
Tim Kompas
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penularan Covid-19 yang masih tinggi membuat banyak sekolah memutuskan melanjutkan pembelajaran jarak jauh dalam jaringan. Sekolah menjadikan situasi ini untuk lebih kreatif mengembangkan metode belajar-mengajar yang kontekstual dan berkualitas.
Suparno Sastro, Kepala SMA Labschool Jakarta, saat dihubungi, Senin (4/1/2021), di Jakarta, mengatakan, pihaknya menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) daring menggunakan platform eLabs (e-learning Labschool). ”Kami terus berupaya meningkatkan kapasitas eLabs sehingga ringan saat diakses dan bisa menampung data lebih banyak,” ujarnya.
Wakil Kepala SMA Negeri 6 Jakarta Husniwati menyampaikan, sekolahnya juga memutuskan melanjutkan PJJ daring pada semester genap 2020/2021. Keputusan ini diambil lantaran lebih dari setengah orangtua siswa mendesak agar anak-anak tidak kembali ke sekolah. ”Siswa-siswa sebenarnya ingin pembelajaran tatap muka di kelas karena bosan terus-menerus PJJ daring. Namun, orangtua khawatir bahaya pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir. Kami ikut keputusan wali murid,” kata Husniwati.
Tunda tatap muka
Keputusan yang sama juga dilakukan sejumlah pemerintah daerah di Indonesia. Di Provinsi Sulawesi Utara, misalnya, pembelajaran tatap muka belum dapat digelar di sekolah-sekolah karena 15 kota dan kabupaten di sana masih berstatus zona risiko sedang dan tinggi Covid-19.
Kepala Dinas Pendidikan Sulut Grace Punuh mengatakan, Disdik Sulut telah memberikan kebebasan bagi sekolah yang sudah siap menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Namun, belum ada satu pun dari 270 SMA dan 189 SMK negeri dan swasta di Sulut yang melaksanakan pembelajaran tatap muka. ”Dilematis juga kalau mau izinkan anak ke sekolah. Jangan-jangan jadi kluster baru,” katanya.
Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga tidak mau ambil risiko dengan membuka pembelajaran tatap muka dalam waktu dekat. Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, angka kasus harian positif Covid-19 di Kota Bogor masih tinggi, yaitu sekitar 70 kasus.
”Kesehatan dan keselamatan siswa serta seluruh pemangku kepentingan dunia pendidikan merupakan hal utama. Kami tidak ingin mengambil risiko ketika terlalu cepat mengambil keputusan membuka pembelajaran tatap muka di sekolah,” kata Dedie.
Di Kabupaten Purwakarta, Jabar, pemkab masih meninjau kembali rencana belajar tatap muka pada sejumlah sekolah di tiga kecamatan zona hijau Covid-19, yakni Maniis, Kiarapedes, dan Sukasari. ”Tim gugus tugas akan mengevaluasi kembali potensi risiko yang muncul di tiga kecamatan tersebut dengan meminta pendapat dari Ikatan Dokter Indonesia dan dinas kesehatan,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Purwanto.
Peningkatan kasus Covid-19 membuat PJJ di Bandar Lampung diperpanjang hingga 4 April 2021. Pembelajaran tatap muka baru akan dilakukan jika penularan virus korona baru mereda dan Bandar Lampung berstatus zona hijau. Keputusan perpanjangan masa PJJ tertuang dalam Surat Edaran Wali Kota Bandar Lampung Nomor 420/1534/III.01/2020.
Wali Kota Bandar Lampung Herman HN mengatakan, kegiatan belajar-mengajar tatap belum bisa dilakukan karena kasus Covid-19 terus meningkat. Situasi ini dapat memperparah penularan virus dan membahayakan guru serta siswa.
Penundaan pembelajaran tatap muka juga terjadi di Kota Bekasi, Jabar, dan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. ”Kami evaluasi. Kesiapan itu sebenarnya bukan dari pemerintah, melainkan dari penyelenggara,” kata Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi.
Berbeda dengan beberapa daerah lainnya, semua daerah di Sumbar, kecuali Padang Panjang, mulai membuka sekolah tatap muka, terutama SD dan SMP. Keputusan membuka sekolah tatap muka juga dilakukan di Nusa Tenggara Barat khusus untuk SMA dan sederajat.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, sekolah tatap muka akan dievaluasi tiap bulan. Ada tim pengawas dari kepolisian dan satpol PP di setiap daerah yang memantau penerapan protokol kesehatan. Kemudian, apabila ditemukan kasus positif Covid-19 pada guru atau siswa, sekolah akan ditutup.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Barat Aidy Furqan mengatakan, pelaksanaan belajar tatap muka di NTB dilakukan secara terbatas dengan sistem sif atau blok untuk SMA dan sederajat atas persetujuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB.(MED/OKA/CIP/VIO/MEL/JOL/ZAK/MEL/VAN/GIO)