Sumbar Mulai Buka Sekolah Tatap Muka untuk SD dan SMP
Semua daerah di Sumatera Barat, kecuali Padang Panjang, mulai membuka sekolah tatap muka, terutama untuk tingkat SD dan SMP. Pembelajaran tatap muka di kelas diadakan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Oleh
YOLA SASTRA
·7 menit baca
PADANG, KOMPAS — Semua daerah di Sumatera Barat, kecuali Padang Panjang, mulai membuka sekolah tatap muka, terutama untuk tingkat SD dan SMP. Pembelajaran tatap muka di kelas diadakan dengan menerapkan protokol kesehatan. Kepala daerah diminta mematuhi semua persyaratan yang terdapat dalam Surat Keputusan Bersama atau SKB Empat Menteri.
Pantauan Kompas di SMP 30 Padang, Kelurahan Simpang Haru, Padang Timur, Senin (1/4/2020) pagi, siswa datang diantar oleh orangtua atau kerabatnya. Guru mengecek penggunaan masker dan suhu tubuh siswa sebelum masuk ke pekarangan sekolah. Sebelum masuk kelas, guru lainnya mencatat data suhu tubuh siswa serta keterangan apakah siswa diantar orangtua dan membawa bekal.
Saat belajar, siswa dan guru tetap menggunakan masker. Di dalam kelas, jarak siswa sudah diatur sekitar 1-1,5 meter. Jumlah siswa separuh dari biasanya, yakni hanya 16 orang, sedangkan sisanya 16 orang lainnya belajar secara daring. Siswa yang telah dibagi bergilirian masuk ke sekolah, yaitu Senin, Selasa, dan Rabu untuk kelompok pertama, serta Kamis, Jumat, dan Sabtu untuk kelompok kedua.
Kepala SMP 30 Padang Reviati mengatakan, untuk minggu pertama, hanya siswa kelas IX yang masuk. Pada minggu kedua siswa kelas VIII mulai masuk, disusul siswa kelas VII pada minggu ketiga. ”Jadwal sekolah mulai pukul 07.30 hingga pukul 12.00. Ada istirahat pada pukul 09.30 selama 15 menit, tetapi siswa tetap di dalam kelas didampingi guru yang mengajar,” kata Reviati.
Reviati menambahkan, Senin ini, ada delapan rombongan belajar yang belajar tatap muka atau sekitar 128 siswa. Adapun total siswa di SMP 30 Padang ada 756 orang. Dari semua siswa kelas IX, beberapa di antaranya belum diizinkan orangtua untuk belajar tatap muka, umumnya siswa berkebutuhan khusus.
Ayesya, siswa kelas IX SMP 30 Padang, mengaku, senang bisa kembali belajar di sekolah meskipun masih bergantian. Menurut dia, siswa kelas IX butuh pendampingan dari guru saat belajar karena akan menghadapi ujian akhir. ”Siswa kelas IX tidak bisa lagi belajar sendiri, memang harus ada bantuan dari guru karena hendak masuk ke SMA,” kata Ayesya.
Di SD 05 Sawahan, Kelurahan Sawahan, Padang Timur, pembelajaran tatap muka juga dengan menerapkan protokol kesehatan. Siswa dan guru menggunakan masker saat proses belajar-mengajar berlangsung. Tempat duduk siswa diatur berjarak 1-1,5 meter dengan jumlah siswa separuh dibandingkan kondisi biasa. Sekolah berlangsung pada pukul 07.30-10.20.
Kepala SD 05 Sawahan Media Gusti mengatakan, untuk minggu pertama, hanya siswa kelas V dan VI yang masuk. Jika situasi kondusif, siswa kelas III dan IV juga akan masuk pada minggu kedua, disusul siswa kelas I dan II pada minggu ketiga.
Menurut Media, Senin ini, ada empat rombongan belajar yang belajar tatap muka di kelas, yaitu kelas VI dua lokal dengan jumlah setiap kelas 17 orang dan kelas V dua lokal dengan jumlah setiap kelas 16 orang. ”Adapun total jumlah siswa kami 350 orang,” kata Media.
Protokol kesehatan tidak jauh berbeda juga diterapkan di SD Percobaan Padang, Kelurahan Ujung Gurun, Kecamatan Padang Barat. Semua siswa menggunakan masker ketika berada di kelas dan duduk berjarak 1-1,5 meter. Waktu istirahat di dalam kelas dimanfaatkan siswa untuk menikmati bekal makanan.
Ada sekitar 10 persen orangtua siswa di Padang belum mengizinkan anaknya mengikuti pembelajaran secara tatap muka. (Mahyeldi)
Wali Kota Padang Mahyeldi mengatakan, hampir semua SD dan SMP di Padang sudah memulai pembelajaran tatap muka. Karena sudah tidak sekolah tatap muka sejak Maret 2020, sebagian besar siswa masih canggung ketika kembali ke sekolah. Saat berkomunikasi, siswa juga masih berjaga-jaga antara satu sama lain.
Sejauh ini, kata Mahyeldi, ada sekitar 10 persen orangtua siswa di Padang belum mengizinkan anaknya mengikuti pembelajaran secara tatap muka. ”Tidak apa-apa, kami mempersilakan orangtua apabila belum memberikan izin. Kami di sekolah berupaya untuk mematuhi protokol kesehatan,” kata Mahyeldi, di sela-sela kunjungannya ke SD Percobaan Padang.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Padang, di ibu kota Sumbar ini, terdapat 407 SD dan 98 SMP, baik sekolah negeri maupun swasta. Dari total jumlah tersebut, ada 10 SD dan 12 SMP, semuanya sekolah swasta, belum membuka pembelajaran tatap muka. ”Mereka belum siap dari sarana dan prasarana atau izin orangtua,” kata Habibul Fuadi, Kepala Dinas Pendidikan Padang.
Habibul melanjutkan, selain SD dan SMP, TK/PAUD juga sudah mulai dibuka di Padang. Sementara itu, SMA/SMK, yang dikelola oleh Pemprov Sumbar, Senin ini belum dibuka karena gurunya belum selesai menjalani tes usap PCR. Di Padang, hampir semua guru yang jumlahnya sekitar 12.500 orang telah selesai dites usap PCR.
Ditemui terpisah, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, semua daerah di Sumbar yang berjumlah 19 kabupaten/kota sudah memulai sekolah tatap muka, kecuali Padang Panjang. Gubernur menyerahkan kebijakan pembukaan sekolah tatap muka kepada bupati dan wali kota masing-masing.
Apabila ditemukan kasus positif Covid-19 pada guru atau siswa, sekolah akan ditutup. (Irwan Prayitno)
”Apakah hendak sekolah tatap muka atau daring, kami serahkan kepada bupati/wali kota masing-masing. Yang penting syarat-syaratnya harus dipenuhi, sesuai SKB 4 Menteri. Sarana dan prasarana, jadwal dan durasi belajar, serta protokol kesehatan harus memenuhi syarat, termasuk harus ada persetujuan orangtua dan komite sekolah,” kata Irwan.
Irwan melanjutkan, sekolah tatap muka akan dievaluasi tiap bulan. Selain itu, ada pula tim pengawas dari kepolisian dan satpol PP di setiap daerah yang memantau penerapan protokol kesehatan saat pembelajaran tatap muka. Kemudian, apabila ditemukan kasus positif Covid-19 pada guru atau siswa, sekolah akan ditutup.
Riskan
Kepala Dinas Pendidikan Padang Panjang M Ali Tabrani mengatakan, pemkot menunda sekolah tatap muka karena para guru belum selesai menjalani tes usap PCR. Sementara secara fisik dan sarana pendukung pembelajaran di masa pandemi Covid-19, secara umum sekolah di Padang Panjang sudah siap karena pada Agustus 2020 sempat mengadakan sekolah tatap muka.
”Rabu (6/1/2021), kami akan rapat dulu dengan forum koordinasi pimpinan daerah. Guru-guru dites usap dulu. Baru ditetapkan nanti kapan sekolah tatap muka dimulai,” kata Ali, ketika dihubungi dari Padang.
Menurut Ali, tes usap guru diadakan pada Selasa (5/1/2021) hingga selesai, dimulai dengan guru SMA/SMK terlebih dahulu. Pembukaan sekolah di Padang Panjang direncanakan bertahap, mulai dari tingkat SMA/SMK, disusul SMP, kemudian SD.
Selain guru yang belum dites usap PCR, Ali berpendapat, kegiatan sekolah tatap muka di pekan-pekan awal semester juga riskan terhadap penularan Covid-19 karena libur sekolah baru saja berakhir dan siswa bisa saja bepergian ke daerah lain saat libur. Karena siswa tidak dites usap PCR, kata Ali, setidaknya butuh waktu sekitar dua pekan untuk masa inkubasi sehabis libur.
Karena siswa tidak dites usap PCR, setidaknya butuh waktu sekitar dua pekan untuk masa inkubasi sehabis libur. (M Ali Tabrani)
Kepala Dinas Pendidikan Sumbar Adib Alfikri mengatakan, sekolah tatap muka untuk SMA/SMK di Sumbar diperkirakan terlambat dari jadwal 4 Januari 2021 karena belum semua guru menjalani tes usap PCR atau minimal tes cepat antigen. Namun, sejumlah daerah, seperti Bukittinggi, mulai mengadakan sekolah tatap muka untuk SMA/SMK.
”Salah satu bentuk kesiapan sekolah adalah guru harus dipastikan bebas dari Covid-19. Jadi, kemungkinan ada keterlambatan dari SMA/SMK untuk sekolah tatap muka. Banyak guru yang sedang dalam pemeriksaan, hari ini baru bisa dites karena kemarin libur panjang,” kata Adib.
Adib melanjutkan, guru SMA/SMK mulai dites usap atau tes cepat antigen pada Senin ini. Bagi sekolah yang gurunya telah dites dan hasilnya negatif Covid-19, diperkenankan memulai sekolah tatap muka. ”Paling lambat 11 Januari 2021 sekolah tatap muka diadakan di SMA/SMK. Tes usap atau tes cepat antigen kepada guru ini bentuk kehati-hatian kami memulai sekolah tatap muka,” ujar Adib.
Berdasarkan data Satgas Percepatan Penangan Covid-19 Sumbar, Minggu (4/1/2021), tidak ada kabupaten/kota yang berstatus zona merah dan zona hijau di Sumbar. Sebelas kabupaten/kota berstatus zona oranye, yaitu Pasaman Barat, Bukittinggi, Dharmasraya, Agam, Solok (kota), Solok (kabupaten), Pesisir Selatan, Sawahlunto, Padang Pariaman, Limapuluh Kota, dan Padang Panjang. Sementara daerah lainnya berstatus zona kuning.
Hingga Minggu sore, total kasus positif Covid-19 di Sumbar 23.689 orang (sejak 26 Maret 2020). Pada Minggu, kasus positif Covid-19 di Sumbar bertambah 62 orang dari 853 sampel, terbanyak dari Padang dengan tambahan kasus 45 orang.
Dari total kasus 23.689 orang, 529 orang meninggal, 21.872 orang sembuh, dan sisanya sedang dirawat atau diisolasi. Sejauh ini jumlah orang diperiksa 304.565 dengan rasio kasus positif (positivity rate) Covid-19 sebesar 7,78 persen atau melebihi rekomendasi WHO maksimal 5 persen.