Optimisme Membangun Pendidikan Indonesia Perlu Terus Dibangun
Selama pandemi Covid-19, banyak guru belajar dan menguasai keterampilan-keterampilan baru yang tidak mungkin dilakukan pada era normal.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 tahun 2020 membuat sistem pembelajaran berjalan tidak optimal karena proses pembelajaran beralih dari tatap muka menjadi jarak jauh secara daring. Namun, optimisme membangun pendidikan Indonesia perlu terus dilakukan pada 2021 melalui berbagai upaya yang dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hasan Chabibie mengakui bahwa guru-guru di Indonesia tidak dirancang untuk menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ) berbasis daring. Hal ini membuat sistem pendidikan dan pengajaran di Indonesia tidak berjalan secara optimal.
”Inisiatif yang dilakukan Kemendikbud dengan melakukan aktivitas salah satunya belajar dari rumah yang tayang di TVRI dan menggunakan aplikasi yang diedarkan secara cepat. Namun, ini tetap saja meninggalkan lubang yang perlu disempurnakan, (salah satunya) bagaimana kecakapan guru untuk mendesain sebuah proses pembelajaran yang berbasis media,” ujarnya dalam diskusi daring bertajuk ”Refleksi Pendidikan 2020: Membangun Optimisme Pendidikan Indonesia”, Rabu (30/12/2020).
Menurut Hasan, situasi belajar-mengajar selama pandemi tidak dapat dibandingkan dengan situasi normal. Sebab, semua kegiatan selama pandemi diganti dengan aktivitas yang bersifat pembelajaran dari rumah dan tidak dibebankan pada tuntutan ataupun capaian bidang tertentu.
”Tujuan dan aktivitas ini disesuaikan dengan minat dan kondisi siswa dan mempertimbangkan akses serta fasilitas belajar dari rumah. Produk dan aktivitas yang sudah terjadi karena belajar dari rumah ini diberikan umpan balik yang sifatnya kualitatif. Sekali lagi kalau dibandingkan dengan proses yang terjadi di kelas jelas tidak bisa sama. Akan tetapi, optimisme tetap harus dinyalakan,” ujarnya.
Guna mendukung dan mengatasi solusi sistem PJJ daring, Kemendikbud juga telah memuat program bantuan kuota untuk peserta didik jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga mahasiswa. Selain itu, diberikan juga bantuan subsidi upah (BSU) untuk para pendidik hingga membuat akun pembelajaran elektronik belajar.id.
Deputi Bidang Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Agus Sartono mengatakan, menunda sistem pembelajaran tatap muka di tengah pandemi merupakan suatu keputusan bijak. Sebab, kesehatan harus diutamakan karena pendidikan yang tertinggal masih bisa dikejar.
”Tantangannya sekarang adalah bagaimana guru dan dosen mengembangkan konten pembelajaran yang baik supaya anak-anak juga bisa belajar dengan baik. Guru bisa merekam lalu dikirim ke siswa sehingga proses bisa lebih efektif,” katanya.
Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jejen Musfah menyatakan, pendidikan tidak kehilangan pembelajaran yang bermakna selama pandemi. Hal tersebut ditunjukkan dari tulisan guru-guru di Indonesia yang mengikuti lomba pengalaman guru mengajar selama pandemi yang diselenggarakan PGRI.
Pendidik menemukan semangat dan kreativitas terkait literasi digital dalam menyampaikan pembelajaran ke siswa. Guru belajar hal-hal baru yang tidak mungkin dilakukan pada era normal hingga menguasai keterampilan baru.
Bahkan, pendidik menemukan semangat dan kreativitas terkait literasi digital dalam menyampaikan pembelajaran ke siswa. Guru belajar hal-hal baru yang tidak mungkin dilakukan pada era normal hingga menguasai keterampilan baru.
”Ini suatu kondisi di mana pandemi di sisi lain melahirkan guru-guru yang cakap dalam literasi digital. Kami sangat tersentuh ketika membaca tulisan-tulisan guru dari 34 provinsi, termasuk daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Mereka belajar dan menguasai keterampilan yang bisa jadi didapatkan dari internet,” ujarnya.