Perempuan merupakan sumber kekuatan bangsa. Karena itu, peringatan Hari Ibu 2020 seharusnya menjadi momentum menghapus berbagai diskriminasi dan ketidakadilan terhadap perempuan.
Oleh
Sonya Hellen Sinombor
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perempuan dengan sensitivitas dan kepekaan sosial yang luar biasa adalah ujung tombak kekuatan bangsa Indonesia pada masa-masa krisis. Sejarah membuktikan bahwa perempuan tanpa lelah terus berjuang dalam berbagai peristiwa besar yang terjadi di Indonesia, bahkan menyelamatkan bangsa dalam berbagai krisis.
Keberhasilan perempuan dalam mendukung kemajuan bangsa sangat nyata terlihat, bahkan sebelum Indonesia meraih kemerdekaan. Saat Indonesia mengalami krisis moneter yang berat di tahun 1998, para perempuan menjadi pahlawan ekonomi dengan menjadi pelaku usaha mikro kecil menengah yang berhasil memulihkan ekonomi bangsa.
Begitu juga di masa pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak 10 bulan terakhir di Indonesia, perempuan menjadi garda terdepan dalam upaya melawan wabah. Mereka berkiprah dan berperan menjadi tenaga kesehatan, pelaku usaha, pekerja, seniman, pelajar, serta ibu rumah tangga yang terus memastikan anggota keluarganya tetap sehat.
Karenanya, pada Puncak Peringatan Hari Ibu (PHI) Ke-92 Tahun 2020 yang berlangsung virtual, Selasa (22/12/2020) Ibu Negara Nyonya Iriana Joko Widodo dalam sambutan yang dibacakan Nyonya Wury Ma’ruf Amin, mengingatkan bahwa Hari Ibu adalah momentum untuk merefleksikan semangat perjuangan para perempuan di masa lalu, untuk diperkuat saat ini.
”Tahun 2020 mungkin bukan tahun yang mudah bagi kita semua, tetapi, semangat perjuangan perempuan tidak akan padam, bagaimana sulit pun kondisinya. Selalu ada ruang-ruang yang tersedia bagi kita semua untuk berkontribusi,” ucap Wury.
Karena itu Nyonya Iriana mengapresiasi atas berbagai hal yang dilakukan oleh perempuan di masa pandemi Covid-19, melalui aksi solidaritas. Selain itu, seluruh masyarakat Indonesia juga diajak untuk dapat menyatukan persepsi bahwa sudah bukan saatnya perempuan tertinggal dari laki-laki. Sebab, mandat Pancasila dan Konstitusi Undang-Undang Dasar Negara 1945, Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi kesetaraan dan persamaan kedudukan, baik perempuan maupun laki-laki.
Penjaga keluarga
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati dalam sambutan pembuka PHI 2020 yang mengangkat tema ”Perempuan Berdaya, Indonesia Maju” menegaskan, perempuan memiliki kualitas yang berharga.
”Perempuan mampu menggerakkan hati banyak orang untuk bersama-sama mencapai perubahan. Dengan ketangguhannya, perempuan mampu menerjang berbagai tantangan, berjuang untuk kebaikan bersama. Terutama dalam sulitnya situasi pandemi Covid-19 ini, perempuan adalah penjaga keluarga,” tegas Bintang Darmawati.
Bintang juga menyampaikan bahwa PHI yang diperingati setiap tanggal 22 Desember dimaknai untuk mengenang dan menghargai kaum perempuan yang telah berjuang dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. Kongres Perempuan pertama menandai tonggak awal perjuangan perempuan Indonesia, untuk turut ambil bagian dalam membangun bangsa dan negara.
Namun, setelah 92 tahun, masalah utama yang dihadapi perempuan masih belum berubah, yakni konstruksi sosial yang terbangun sebagai akibat mengakarnya budaya patriarki di Indonesia. Hal itu membentuk berbagai kebiasaan, pola perilaku, kebijakan, dan cara pandang menjadi tidak adil atau bias jender, yang merugikan perempuan.
”Menghadapi hal ini, kita tidak boleh tinggal diam. Sudah saatnya perempuan lepas dari titel ’kelompok rentan’, mengingat kemampuan, kekuatan, potensi, dan keahlian perempuan jauh dari kategori itu. Sejarah membuktikan, perjuangan perempuan berhasil memberikan sumbangsih luar biasa dan menyelamatkan bangsa dari berbagai krisis dan tantangan,” kata Bintang.
Pada PHI 2020, Menteri Bintang juga menyampaikan apresiasi kepada para perempuan inspiratif yakni Ketua DPR Puan Maharani, dan sejumlah menteri seperti Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan), Retno LP Marsudi (Menteri Luar Negeri), Ida Fauziyah (Menteri Tenaga Kerja), Siti Nurbaya Bakar (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur), Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya), dan Mooryati Soedibyo (tokoh perempuan).
”Kaum perempuan berhak menentukan pilihan sendiri. Jangan pernah menganggap rendah dan menghambat kemajuan dari perempuan,” ujar Rismaharini dalam narasi secara virtual yang kini ditunjuk menjadi Menteri Sosial.
Kementeran PPPA juga memberikan penghargaan kepada sejumlah perempuan inisiator dari berbagai provinsi, antara lain Nurmawalati (Pendiri Taman Baca ”Seribu Bintang di Aceh), Herlita Jayadianti (Pendiri Sekolah Gajahwong di DIY), Ni Made Laba Dwikarini d (Pendiri Yayasan ”Bali Kumara” Bali), Masriyah (Pendiri Sekolah Beriman di Kalimantan Selatan), Testi Tapat (Pelopor Bank Sampah Ramah Lingkungan di Kalimantan Timur), dan Empriani Maria Ina Magi (Pendiri Sekolah Alam Dyatame di Nusa Tenggara Timur).