Universitas Gadjah Mada menganugerahi H Solichin dengan gelar ”doctor honoris causa”. Ia dinilai berjasa dalam pengembangan filsafat wayang.
Oleh
NINOK LEKSONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Universitas Gadjah Mada menganugerahkan gelar doctor honoris causa kepada H Solichin atas sumbangsih dan perjuangannya yang besar dalam bidang kebudayaan, khususnya dalam pengembangan filsafat wayang.
Dalam acara penganugerahan secara daring serta luring di Yogyakarta dan Jakarta yang dipimpin oleh Rektor UGM Prof Panut Mulyono, Jumat (18/12/2020), Dr (HC) H Solichin menyampaikan orasi ilmiah yang dibacakan oleh putrinya, Elok Satiti. Filsafat wayang yang lahir dari pergulatan panjang Solichin, ia sebut sebagai filsafat asli Indonesia, yang digali atau bersumber dari bumi Nusantara yang juga berbasis Pancasila.
Filsafat wayang kini sudah diajarkan sebagai bidang studi di Fakultas Filsafat UGM dan juga di Program Studi Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Fisafat wayang memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena mengandung obyek materi (berupa pergelaran wayang, lengkap dengan struktur serta isi yang menyangkut adegan, karawitan, dan unsur-unsur lain) serta obyek formal (perspektif rasional, kritis, mendasar, dan komprehensif).
Penganugerahan gelar Doktor (HC) Solichin diprakarsai oleh Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Sena Wangi) dan Yayasan Kertagama serta di UGM diusulkan oleh Fakultas Filsafat, didukung oleh Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Bertindak sebagai ketua promotor penganugerahan ini adalah Prof Lasiyo.
Solichin, kelahiran Kertosono, 10 Maret 1939, selain berkiprah di Sena Wangi, sebelumnya juga aktif sebagai birokrat. Ia, antara lain, pernah sebagai Sekretaris Kementerian Koordinator Industri dan Perdagangan serta Staf Ahli Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN).
Penerima Bintang Mahaputera Utama ini berjasa dalam mengangkat pamor wayang sehingga Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengakui wayang sebagai satu Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Tak Benda pada 7 November 2003 (tanggal yang di Indonesia ditetapkan sebagai Hari Wayang Nasional tahun 2019). Solichin juga memprakarsai pembentukan Asosiasi Wayang Kulit ASEAN (APA) dan Serikat Marionet Internasional (Unima).