Nitilaku UGM Yogyakarta, Peneguhan Modal Sosial Bangsa Saat Pandemi
Nitilaku Universitas Gadjah Mada, yang diadakan untuk memeriahkan dies natalis ke-71 perguruan tinggi tersebut, digelar secara virtual. Meski demikian, esensi perayaan tersebut tidak berubah.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Nitilaku atau napak tilas yang diadakan untuk memeriahkan Dies Natalis Ke-71 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tahun ini digelar secara virtual. Gelaran virtual dipilih karena pandemi Covid-19 belum berakhir. Tema tahun ini mengusung UGM sebagai tempat tumbuh dan semarak modal sosial.
Nitilaku Perguruan Kebangsaan Universitas Gadjah Mada merupakan kegiatan tahunan berupa napak tilas yang digelar untuk mengingat berdirinya perguruan tinggi tersebut. Perayaan itu diadakan tahunan sejak 2012. Dari tahun ke tahun, acara tersebut selalu mengundang antusiasme para alumnus perguruan tinggi tersebut. Ribuan alumnus ikut berjalan kaki dalam pawai budaya dengan rute dari Keraton Yogyakarta hingga Balairung UGM di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
”Kali ini, Nitilaku digelar secara daring dengan tajuk ’Nitilaku Virtual Tahun Kembar’. Perayaan dilakukan secara daring karena pandemi Covid-19 belum berakhir. Walau dilakukan daring, makna dan tujuan Nitilaku ini tetap sama, yakni memperingati dukungan Keraton Yogyakarta sejak berdirinya UGM,” kata Rektor UGM Panut Mulyono lewat siaran daring dari kanal Youtube milik Nitilaku UGM, Minggu (13/12/2020).
Bentuk dukungan Keraton Yogyakarta terhadap UGM ditunjukkan dengan peminjaman lokasi kuliah. Semasa awal berdiri, Pagelaran dan Siti Hinggil di dalam area keraton dipinjamkan sebagai lokasi perkuliahan. Sempat terjadi guncangan budaya karena ada sejumlah abdi dalem yang tak setuju dua tempat itu dijadikan lokasi belajar-mengajar.
Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Keraton Yogyakarta saat itu, mempunyai prinsip, pendidikan jauh lebih penting. Jalan keluarnya, lokasi perkuliahan dipindahkan dengan tanah miliknya di Bulaksumur, Kabupaten Sleman. Adapun arti dari Bulaksumur adalah ’tempat mengambil air’. Diharapkan keberadaan perguruan tinggi itu nantinya bisa menghidupi orang banyak lewat air pengetahuan yang ditimba darinya.
Tahun ini, pawai budaya dalam acara tersebut digantikan dengan menyaksikan siaran langsung video lewat kanal Youtube dan Zoom. Dalam siaran langsung itu ditayangkan video-video ucapan selamat dari para anggota Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) di seluruh Indonesia. Semuanya mengenakan pakaian adat. Ada pula yang menampilkan tarian tradisional.
Ketua Pengurus Pusat Kagama Ganjar Pranowo merasa takjub dengan antusiasme para alumnus yang tak surut meski perayaan dilakukan daring. Hal ini ditunjukkan dengan kemauan para alumnus mengenakan pakaian adat dalam acara daring itu. Kreativitas mereka seolah tidak hilang. Ia menilai, kemeriahan acara kali ini tidak kalah dengan pergelaran tahun-tahun sebelumnya.
”Saya lihat teman-teman tampil luar biasa. Ternyata, podho dandan kabeh (dandan semua). Rasa-rasanya, teman-teman Kagama ini tidak pernah mati langkah. Tidak pernah kehabisan kreativitas. Acara ini tetap berlangsung baik, tanpa mengurangi rasa khidmatnya juga,” kata Ganjar lewat siaran langsung.
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X berharap UGM selalu menjaga semangat sebagai kampus perjuangan, kebangsaan, kerakyatan, Pancasila, hingga pusat kebudayaan.
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X berharap UGM selalu menjaga semangat sebagai kampus perjuangan, kebangsaan, kerakyatan, Pancasila, hingga pusat kebudayaan. UGM juga diharapkan menciptakan generasi penerus yang senantiasa mengantarkan bangsa ini ke masa depan yang lebih baik.
”Semua predikat yang disandang UGM tidak lain adalah sebuah harapan agar UGM ke depan menjadi actor of change (agen perubahan) menuju peradaban baru yang maju dan tetap kukuh berakar pada jati dirinya,” kata Sultan.
Panut menyampaikan, dalam gelaran tahun ini, tema yang diambil adalah UGM sebagai tempat tumbuh dan semaraknya modal sosial. Tema ini berkaca dari kondisi pandemi Covid-19 yang mendorong banyak pihak bekerja sama menyelesaikan beragam persoalan.
”Kami berharap modal sosial bangsa Indonesia terus ditumbuhkan agar empati, kerja sama, gotong royong antarbangsa ini terus tumbuh dan berkembang. Mudah-mudahan kita dapat mengatasi pandemi Covid-19 dengan sebaik-baiknya,” kata Panut.
Terkait hal itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan, kuatnya modal sosial itu dapat ditunjukkan dengan keguyuban para lulusannya. Jejaring pertemanan senantiasa dirawat. Kekompakan itu yang mendorong perguruan tinggi tersebut semakin berdaya saing.
”Kekerabatan ini luar biasa. Ini jadi kekuatan UGM untuk punya daya saing. Kita biasa kompak. Maka, di organisasi, kita jadi perekat bagi siapa pun,” kata Budi Karya, yang juga alumnus perguruan tinggi tersebut.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto berharap UGM terus berkembang. Perguruan tinggi tersebut didorong menjadi pionir dalam bidang pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, serta pengabdian masyarakat. Para alumnus diharapkan dapat bersinergi dengan elemen masyarakat luas agar mampu membangun Indonesia lebih baik.