Tingkatkan Kesiapan guna Cegah Kembali Munculnya Kluster Pesantren
Ribuan santri pondok pesantren dikabarkan telah terpapar Covid-19. Hal yang sama juga menimpa ulama dan beberapa di antaranya meninggal.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran tatap muka di pondok pesantren yang sudah berjalan berisiko meningkatkan persebaran Covid-19. Upaya penanganan atau menekan kasus paparan dinilai belum optimal.
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo, Rabu (9/11/2020), di Jakarta, mengatakan, FSGI turut membantu mengumpulkan data pemantauan pondok pesantren di sejumlah daerah yang sudah memulai pembelajaran tatap muka sejak Juni 2020. Hanya saja, pemantauan yang dilakukan FSGI baru mulai September hingga November 2020.
Saat pemantauan tersebut, FSGI mendapatkan informasi adanya paparan Covid-19 di pondok pesantren. Data dihimpun dari informasi jaringan tenaga pendidik FSGI di sejumlah daerah dan juga pemberitaan di media massa yang terkonfirmasi dengan data satuan gugus tugas Covid-19 di daerah.
Wilayah data pemantauan adalah enam provinsi dan 18 kabupaten/kota, di antaranya Jawa Tengah yang terdiri dari Kabupaten Tegal, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Kebumen. Lalu, wilayah Jawa Timur meliputi Kota Malang, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Trenggalek.
Hasil data yang dihimpun FSGI pada September 2020 menunjukkan, jumlah warga pondok pesantren yang positif Covid-19 mencapai 1.362 orang, lalu pada Oktober sebanyak 700 santri, dan November 940 santri. Selain santri, jumlah tersebut sudah termasuk pengelola, pegawai, dan pimpinan pondok pesantren. Namun, kasus positif Covid-19 didominasi oleh santri.
”Kalau infrastruktur protokol kesehatan ataupun prosedur standar operasi adaptasi kebiasaan baru kurang memadai, lalu tingkat kepatuhan rendah, maka potensi penularan Covid-19 menjadi tinggi,” kata Heru.
Lebih banyak
Ketua Rabhithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (asosiasi pesantren NU) Abdul Ghaffar Rozin saat dihubungi terpisah membenarkan adanya informasi yang disebarluaskan FSGI bahwa banyak santri terpapar Covid-19. Akan tetapi, Rabhithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama mempunyai data berbeda.
”Per pertengahan November 2020, sudah ada 5.000 santri terpapar Covid-19. Kami sudah capek ngomong (membicarakan kondisi darurat) ke Kementerian Agama,” katanya.
Berdasarkan Satuan Koordinasi Covid-19 Rabhithah Ma’ahid Islamiyah-Pengurus Besar Nahdlatul Ulama per 30 November 2020, total ulama yang wafat terpapar Covid-19 selama Maret-November 2020 mencapai 179 orang.
Jejaring kultural
Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran, Gondanglegi, Malang, Muhammad Adib, saat dihubungi terpisah, menjelaskan, dalam satu daerah, pesantren di kawasan perkotaan relatif berbeda dengan pesantren di perdesaan. Jadi, fenomena paparan Covid-19 tidak bisa dipukul rata.
Mengenai sarana-prasarana protokol kesehatan, rata-rata pondok pesantren telah merealisasikan dengan intensitas ataupun keketatan beragam. Menurut dia, ada pondok pesantren yang ketat menerapkan protokol kesehatan, sedang, dan ada pula yang relatif longgar.
Lebih jauh, Adib menceritakan, Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran, Gondanglegi, tidak hanya berkoordinasi dengan Kementerian Agama, tetapi juga dengan pemerintah kabupaten dan satuan tugas daerah lain. Hanya saja, dia mengakui, pandemi Covid-19 merupakan situasi darurat, serba sulit, dan kemampuan pemerintah dinilai relatif terbatas.
Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran, Gondanglegi, terbantu dengan jejaring Nahdlatul Ulama dan Rabhithah Ma’ahid Islamiyah sebagai banom mengurus pesantren.
”Dengan kata lain, penanganan pencegahan Covid-19 di pesantren selama ini cenderung dilakukan secara mandiri sekalipun tetap di bawah koordinasi pihak terkait, baik dari pemerintah maupun ormas, seperti Nahdlatul Ulama,” katanya.
Adib menekankan, penyebutan ”secara mandiri” berarti penanganan pencegahan Covid-19 di pesantren yang ada di perdesaan lebih banyak bertumpu pada jejaring kultural, misalnya jaringan komunikasi antarpesantren, wali santri, dan alumni.