Sejumlah penelitian menunjukkan, risiko penularan Covid-19 di sekolah sangat kecil jika sekolah dibuka ketika tingkat penularan di komunitas rendah.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
Penutupan sekolah dapat memengaruhi anak-anak dalam banyak hal, mulai dari ancaman hilang pembelajaran, kesetaraan pendidikan, kesehatan mental, hingga kekerasan. Namun, membuka sekolah di masa pandemi juga memunculkan perdebatan akan keamanan anak dan risiko penularan Covid-19 di sekolah.
Secara umum, seperti dilansir Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 21 Oktober 2020, anak-anak dapat tertular dan menularkan Covid-19. Dibandingkan pada orang dewasa, kasus Covid-19 memang lebih jarang terjadi pada anak-anak. Bahkan kasus pada anak-anak di bawah usia 10 tahun lebih rendah dibandingkan dengan orang yang lebih tua.
Proporsi anak yang terinfeksi virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 secara global sebesar 8 persen dari kasus yang dilaporkan. Di Indonesia lebih tinggi, berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) per 19 November 2020, yakni mencapai 11,3 persen dengan perincian 2,6 persen pada anak berusia 0-5 tahun dan 8,7 persen pada anak berusia 6-18 tahun.
Penelitian terbaru yang dilansir theconversation.com pada 24 November 2020 menunjukkan, anak-anak sama rentannya dengan orang dewasa. Hanya saja infeksi virus ini pada anak-anak sering kali tidak terdeteksi.
Namun, rendahnya kasus Covid-19 pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa tersebut bukan karena tingkat kerentanannya lebih rendah. Penelitian terbaru yang dilansir theconversation.com pada 24 November 2020 menunjukkan, anak-anak sama rentannya dengan orang dewasa. Hanya saja infeksi virus ini pada anak-anak sering kali tidak terdeteksi.
Anak-anak yang terinfeksi Covid-19 umumnya bergejala ringan, bahkan tidak terdeteksi dan dapat sembuh tanpa perawatan. Ini seperti terjadi pada 85 persen kasus Covid-19 pada anak di Indonesia. Penelitian di Korea Selatan juga menunjukkan, sebagian besar anak yang terinfeksi memiliki gejala ringan sehingga tidak dikenali dan hanya 9 persen yang didiagnosis pada saat gejala muncul.
Meskipun begitu, mereka tetap berisiko menularkan virus kepada orang lain, bahkan tingkat menularkan virusnya sama dengan orang dewasa. Penelitian terbaru yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) menemukan, anak-anak dan orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk menularkan virus kepada orang lain terutama yang tinggal serumah.
Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan, pada sebagian besar infeksi atau kasus Covid-19 yang dilaporkan pada anak-anak, infeksi diperoleh di rumah. Hasil penelusuran terhadap pasien anak dengan Covid-19 di Indonesia pun demikian. Sebagian dari mereka, kata Ketua Satuan Tugas Covid-19 IDAI dr Yogi Prawira dalam dialog yang disiarkan di kanal Youtube BNPB pada 20 November 2020, tertular dari orang yang tinggal serumah dengan mereka.
Membuka sekolah
Demikian juga ketika ditemukan kasus Covid-19 di sekolah di sejumlah negara yang telah membuka kembali sekolah, sebagian besar siswa yang positif Covid-19 karena tertular anggota keluarganya atau tertular di lokasi lain. Mereka membawa virus itu ke sekolah.
Analisis yang dilakukan para peneliti di Universitas Hallym, Chuncheon, Korea Selatan, sebagaimana dilansir nature.com pada 18 Agustus 2020, menunjukkan, tidak ada peningkatan kasus Covid-19 pada anak-anak dalam dua bulan setelah sekolah dibuka kembali. Data pemerintah setempat menunjukkan hanya satu dari 111 siswa yang dites positif pada Mei-Juli, tertular Covid-19 di sekolah.
Data tersebut mengonfirmasi bahwa pembukaan sekolah kecil kemungkinan memicu penularan Covid-19 jika dilakukan saat tingkat penularan Covid-19 di komunitas rendah. Korea Selatan membuka sekolah pada pertengahan Mei 2020 ketika kasus yang dikonfirmasi Covid-19 setiap hari turun menjadi di bawah 50 atau setara sekitar satu kasus per satu juta orang. Sekolah dibuka dengan protokol kesehatan yang ketat.
Survei yang dilakukan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa,serta penelitian tim Pusat Penelitian dan Pengawasan Imunisasi Nasional Australia di Sydney juga menunjukkan sekolah dapat dibuka dengan aman ketika transmisi (penularan) komunitas rendah. Masker, ukuran kelas yang diperkecil (untuk menjaga jarak), dan kebersihan penting, tetapi penyebaran Covid-19 di komunitas yang rendah menjadi kunci sekolah aman dibuka kembali.
Sonny Harry B Harmadi, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Rabu (2/12/2020), mengatakan, negara-negara yang selama ini dapat menangani dan menekan penularan Covid-19 karena masyarakatnya terbiasa melakukan protokol kesehatan. Karena itu, jika masyarakat dapat menerapkan protokol kesehatan dengan baik, akan dapat menekan bahkan memutus mata rantai penularan Covid-19.
Penerapan protokol kesehatan juga sangat penting untuk memastikan pembelajaran tatap muka dapat dilakukan. ”Kami mendapat laporan satgas daerah, penularan di keluarga meningkat. Di sekolah mungkin saja (anak) aman, tetapi kita tidak tahu dengan orangtua. Jika anak tertular (dari orangtua atau anggota keluarga lainnya) dan menularkan (Covid-19) di sekolah, ini bahaya,” katanya.
Dengan tingkat penularan Covid-19 yang sama dengan orang dewasa, anak-anak yang tertular Covid-19 di sekolah berpotensi menularkannya kepada keluarga mereka. Padahal, kata Yogi, banyak keluarga di Indonesia yang merupakan keluarga besar (extended family), yaitu selain anak dan orangtua juga ada kakek dan nenek. Mata rantai penularan Covid-19 pun akan sulit diputuskan.
Karena itu, ketika masyarakat memprioritaskan langkah-langkah untuk menekan penyebaran Covid-19, melaksanakan protokol kesehatan dengan baik, sekolah pun akan aman dibuka kembali. WHO menyebutkan, ketika penularan di komunitas masih tinggi, tindakan pencegahan dan perlindungan di sekolah menjadi lebih penting.
Jika sekolah dibuka kembali di daerah dengan tingkat penularan komunitas yang tinggi, peneliti pediatrik di Cincinnati Children’s Hospital Medical Center di Ohio, AS, Katherine Auger, mengatakan, disiplin protokol kesehatan serta menguji (testing) dan menelusuri (tracing) akan menjadi sangat penting.